Share

Tiga Puluh

Author: Chew Vha
last update Last Updated: 2022-03-25 06:54:49

POV Ibu Reno

Ternyata Ningrum tidak seperti yang aku pikir. Memiliki menantu kaya tidak membuat hidup ini berubah menjadi lebih baik. 

Reno pun sekarang seperti tunduk pada Ningrum sialan itu. Kurang ajar dia, seharusnya Reno memberikan gajinya padaku. Namun, karena Ningrum menguasai semua gaji anakku, aku pun hanya gigit jari. 

Dari mana aku mendapatkan uang untuk sehari-hari? Beda sekali saat dia masih bersama Widya. Beberapa kali aku mencercanya, wanita itu masih mau memberikan aku uang. 

Beda sekali dengan Ningrum. Sialan janda rese itu. Membuat aku percaya hingga mau membujuk Reno menikah dengannya. 

Perkataannya kemarin membuat aku muak. Dia pikir Reno akan tunduk padanya. Lihat saja, sebentar lagi kuminta anakku menceraikannya seperti pada Widya.

Kebetulan Reno datang. Pasti dia mau makan. Sudah pasti, dia tidak diurus oleh wanita sialan itu.

"Mau makan kamu, No?"

"Iya, Bu."

Ku

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Satu

    Aku bingung dengan hidupku sekarang. Kenapa harus banyak orang yang iri padaku? Padahal aku siapa? Hanya wanita yang hidup menjanda. Di kantor sudah mulai beredar gosip yang digosok kencang oleh Rena. Belum lagi Kakaknya si Pak bos. Duh, banyak banget sih orang berhati busuk.Hari ini Pak Erlan memintaku ke pabrik barunya. Otomatis aku pasti bertemu dengan Mas Reno. Aku sudah menolak, tapi seperti biasa jiwa pemaksa Pak Erlan sangat kuat.Seperti sekarang, aku sudah berada di pabrik baru ini. Berdua dengannya membuat aku canggung. Apalagi setelah aku membuat dirinya malu. Berbicara pada kakaknya kalau pria di sampingku yang kekeh mengejar aku.Pantas saja Kakaknya agak kesal denganku. Aku tidak mau diremehkan lagi. Semua usahaku bangkit tidak boleh jatuh kembali."Bu Widya dan Pak Erlan sudah menunggu lama?" tanya Pak Bagus."Baru saja datang, kok, Pak," ujar Pak Erlan.Kami mengikuti Pak Bagus ke ruang meeting. Aku sudah b

    Last Updated : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Dua

    Ketukan palu perceraianku sudah terdengar. Tidak ada mediasi, dan semua berjalan lancar sampai pada sidang terakhir. Kini, aku resmi menjanda.Tidak perlu ditanya bagaimana rasanya. Lega, setelah menunggu lama. Aku bisa terbebas dari keluarga parasit itu.Budeh Sri datang mengunjungiku. Wanita tua itu sengaja menemani aku sementara waktu. Katanya rindu pada keponakannya ini.Senang bukan kepalang saat tahu Budeh akan datang. Aku jadi memiliki teman ngobrol. Sekalian sharing tentang Pak Erlan.[Kamu ke kantor lagi, nggak?"]Sebuah pesan masuk dari Pak Erlan.[Saya langsung pulang saja, Pak.][Oke, selamat atas status barunya, ya]Ya Tuhan. Tolong hati ini, jangan sampai jatuh ke lubang yang sama. Semoga jika memang aku berjodoh dengannya, jangan ada Rena dan ibu mertua seperti keluarga Mas Reno."Bosmu ganteng, Wid. Kaya lagi.""Memang, sih. Aku masih takut, Budeh.""Jalani saja dulu, s

    Last Updated : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Tiga

    POV RenaAku bahagia bisa menikah dengan Mas Baskoro. Derajatku semakin tinggi menjadi istri dari manajer kantor. Tidak kalah dengan Mbak Widya mantan kakak iparku.Pesta pernikahan dua hari lalu pun sangat mewah. Banyak tetangga dan kawan berdecap kagum. Pintar aku memilih pasangan kata mereka. Setelah kemarin gagal menikah karena permintaan ibu di tolak, aku sempat kesal. Namun, ada untungnya. Mas Baskoro melamarku dan menyetujui pesta besar untuk pernikahan kami.Mas Baskoro memboyongku ke rumah besar miliknya. Aku pun membawa ibu juga karena dia ingin menikmati hidup enak. Kapan lagi buat dia senang."Ren, uang amplop kemarin mana? Bukanya itu jatah perempuan, ya?" Ibu bertanya padaku."Iya, juga, Bu. Nanti aku tanyakan pada Mas Baskoro,” jawabku.Seperti yang Ibu bilang, aku segera menanyakan uang amplop pernikahan kemarin. Suami selesai mandi dan bersiap berangkat ke kantor."Mas, aku mau tanya, uang amplo

    Last Updated : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Empat

    Aku takjub mendengar Baskoro meminjam sejumlah uang begitu besar untuk biaya pernikahannya. Tak habis pikir dengan permintaan mantan ibu mertuaku.Pernikahan mewah, begitu yang Baskoro ceritakan padaku. Aku hanya tertawa mendengarnya. Bahkan, dia memuji kecantikan sang istri. Lagi, aku tercengang saat Baskoro bercerita tentang pembudgetan yang luar biasa.Kembali aku teringat perbincangan dengannya saat dia menunggu Pak Erlan selesai meeting."Kamu kenapa tertawa begitu?" tanya Baskoro padaku."Istrimu kuat di kasih jatah segitu? Jadi laki jangan perhitungan. Nanti Rena kabur, baru nyesel." Aku sengaja menggodanya, sebagai perempuan pun aku menolak jika diberi jatah seperti itu."Ah, nggak mungkin, Wid. Dia pasti tahan dan kuat. Dia juga bekerja, pasti bisa buat tambahan. Dia sendiri yang mau acara mewah." Pembelaan Baskoro mengingatkan aku pada Mas Reno. Pria memang selalu benar dan tidak mau disalahkan.Ternyata kasihan, ingin

    Last Updated : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Lima

    Dua bulan sudah menjanda, banyak sekali yang mengajak ta'aruf.Aku tidak bisa tidur malam ini. Ucapan Pak Erlan membuat aku bimbang. Kembali aku berguling ke kanan, lalu ke kiri. Sama sekali tidak menemukan sisi nyaman kali ini.Netra pun sulit terpejam. Akhirnya kuputuskan untuk bangun dari rebahan. Sepertinya Budeh masih di dapur, tumben malam seperti belum tidur. Aku melangkah menghampirinya di dapur. Ternyata Budeh sedang makan mie instan."Budeh belum tidur?""Budeh lapar. Kamu sendiri kenapa belum tidur? Ada yang dipikirkan?""Ada Budeh.""Masalah apa?""Pak Erlan melamarku, dia meminta jawaban secepatnya. Setelah itu akan langsung melamar resmi dan melangsungkan pernikahan.""Kamu masih bingung?""Iya, Budeh. Aku masih trauma. Takut pernikahanku ini seperti yang lalu. Kakaknya sama persis dengan Rena. Kalau Ibunya, hampir mirip."Budeh diam sejenak, lalu memakan mie instannya. Melihat Budhe makan, aku jadi in

    Last Updated : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Enam

    Kebaya putih melekat indah di tubuhku. Hari ini, kedua kalinya aku mendengar seorang pria akan mengucapkan ijab kabul untukku.Air mata ini tak henti membasahi pipi saat Pak Erlan mengucapkan janji suci itu."Sah."Dada ini bergemuruh hebat. Akhirnya aku menjadi istri dari pengusaha kaya. Bersyukur setelah melewati cobaan terberat memiliki masa kelam yang membuatku lelah.Aku mencium tangan Pak Erlan dengan takzim. Cincin emas pun sudah melingkar di jari manis ini. Acara akad nikah, tetapi sudah terlihat seperti acara resepsi.Bahagia, itu yang kini aku rasakan. Kini, aku sudah menjadi istri dari bosku. Perjanjian pra rumah tangga, aku tidak boleh bekerja. Harus di rumah menunggunya."Kamu cantik," bisiknya pelan."Baru, tahu?""Hmm ... baru, sih."Senyumnya itu membuat aku merasa nanti malam akan merasa sangat lelah. Belum lagi alis yang dia naik turunkan. Aduh, rasanya akan menghadapi singa lapar. Setelah aca

    Last Updated : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Tujuh

    POV Outhor"Bu, apa kita keterlaluan sama Mbak Widya dulu?" tanya Rena pada Ibunya.Sejenak sang ibu menghentikan aktivitas mengaduk nasi dalam wadah. Mejicom rusak, jadi kembali mereka memasak melalui kompor. Sang ibu menyeka keringat yang mengalir di dahi. Seperti mendengar petir di siang bolong, ucapan Rena terus mengingatkan perlakuannya pada mantan menantunya."Nggak usah berpikir macam-macam,” ungkap sang ibu."Bu, tapi apa yang aku alami sama seperti Mbak Widya dulu. Dia bekerja sendirian, sedangkan gaji Mas Reno terus saja mengalir ke rekening Ibu." Lagi, Rena terus merasa bersalah."Ren, sudahlah. Semua ini nggak ada sangkut pautnya dengan Widya. Ini memang kita saja yang mendapat sial." Sang Ibu terus saja mengelak, padahal dirinya tahu, ini semua adalah karma dari perbuatan mereka pada Widya.Wanita tua itu terduduk lesu menghadap jendela rumah. Sedih, bercampur amarah saat menantu yang disayanginya malah me

    Last Updated : 2022-03-25
  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Tiga Puluh Delapan

    POV Outhor"Bu, apa kita keterlaluan sama Mbak Widya dulu?" tanya Rena pada Ibunya.Sejenak sang ibu menghentikan aktivitas mengaduk nasi dalam wadah. Mejicom rusak, jadi kembali mereka memasak melalui kompor. Sang ibu menyeka keringat yang mengalir di dahi. Seperti mendengar petir di siang bolong, ucapan Rena terus mengingatkan perlakuannya pada mantan menantunya."Nggak usah berpikir macam-macam,” ungkap sang ibu."Bu, tapi apa yang aku alami sama seperti Mbak Widya dulu. Dia bekerja sendirian, sedangkan gaji Mas Reno terus saja mengalir ke rekening Ibu." Lagi, Rena terus merasa bersalah."Ren, sudahlah. Semua ini nggak ada sangkut pautnya dengan Widya. Ini memang kita saja yang mendapat sial." Sang Ibu terus saja mengelak, padahal dirinya tahu, ini semua adalah karma dari perbuatan mereka pada Widya.Wanita tua itu terduduk lesu menghadap jendela rumah. Sedih, bercampur amarah saat menantu yang disayanginya malah me

    Last Updated : 2022-03-25

Latest chapter

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat puluh delapan

    Kenapa Budeh menangis, apa aku keguguran saat terjatuh tadi? segera aku mengusap perut ini, tetapi sama sekali aku tidak tahu, apa masih ada janin atau tidak di perut ini?aku kembali menatap raut wajah Budeh. lagi, ia memelukku dengan erat. air matanya tumpah membanjiri pipi. Budeh, apa yang sebenarnya terjadi?"Budeh, jangan menangis. Apa ini ada hubungannya dengan anakku?" tanyaku penasaran."Budeh menangis bahagia, akhirnya lengkap sudah kebahagiaan kamu. Untung Erlan cepat membawamu. Untung Allah masih melindungi kalian.”Kini aku yang menangis, karena kecerobohanku, hampir saja aku kehilangan janin ini. Namun, hati ini masih sakit jika mengingat semuanya. Aku benci mereka. Bodohnya aku, saat ia bilang mencintaiku. Diri ini juga terlalu terhanyut saat Mas Erlan ingin membahagiakanku. Aku pikir, diri ini paling beruntung memiliki suami seperti dia.nyatanya, aku harus menahan pedih di hati. Mas kenapa kamu tega! Kenapa dirinya harus datan

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat puluh tujuh

    "Jangan mengungkit masa lalu. Aku pun tidak pernah usil dengan kamu Mba. Tolong, jangan buat keributan di rumahku." Ibu mertuaku merasa terganggu dengan perkataan Budhe Ratih.Memang, menurutku keterlaluan Budhe Ratih. Sudah ditolong, tapi dia malah berbuat tidak baik. Kulihat wajah Mama sampai memerah. Belum lagi Papa mertua yang menarik napas."Anakku, Erlan tidak seperti itu. Bagaimana bentuknya sang istri, itu sudah menjadi kodratnya. Makanya anakmu suruh nikah, jangan bisanya julid sama orang. Untung saja Erlan tidak tertarik dengan Gladis. Malu aku punya menantu dengan ucapan tidak baik,” ujar Mama.Aku terkesiap dengan penuturan Mama. Wanita tua itu bangkit, dan langsung meninggalkan meja makan. Tidak lama Papa juga ikut masuk ke kamar."Wid, kita makan di luar saja, yuk," ajak Mas Erlan."Iya, kamar"Kalian mau ke mana?" tanya Gladis."Bukan urusan kamu,” jawab Mas Erlan.Mas Erlan memberi kode agar ak

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Enam

    Terpaksa aku kembali ke rumah ini. Rumah besar yang dihuni beberapa kepala. Demi suami, aku bertahan untuk menyenangkan ibu mertua.Cucu pertama dari keluarga ini sangat diharapkan. Anak perempuan mereka yang sudah beberapa lama menikah tak kunjung hamil. Sampai aku hamil, antusias mereka sangat besar."Kamu mau rujak, nggak, Wid?" tanya Ibu mertuaku."Nggak, Ma. Aku malah nggak mau asem-asem. Maunya yang pedas." Aku menjawab sambil duduk di kursi dapur."Makanan pedas gitu? Atau ikan, ayam atau apa gitu? Bilang aja sama Mama, nanti suruh Bibi masak. Jangan sungkan.""Iya, Ma. Apa aja, yang penting pedas.""Ya, sudah nanti ayam saja di cabeiin. Biar makan semua, enak juga kayanya."Akhirnya aku mendapat perhatian Ibu mertua. Kupikir ia sama seperti Ibunya Reno. Namun, ternyata Mama berbeda. Memang dia terlihat apa adanya.Gladis berlari masuk ke rumah. Aku lihat beberapa kali dia mengintip jendela rumah. Ada apa sebenarnya?

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Lima

    "Ancaman Apa?" tanyaku."Bukan ancaman apa-apa. Ya, tapi takutnya aja si Gladis melakukan hal macam-macam." Mba Erni menjelaskan padaku.Kenapa masih banyak orang seperti Gladis. Sudah jatuh miskin, masih saja bersikap seperti ratu dalam istana. Kenapa tidak sadar diri, jika dia sudah menjadi miskin."Biarkan, Mba.""Kamu terlalu lembek. Budhe Ratih itu cuman manfaatin Mama. Dia tinggal di rumah Mama itu bakal lama. Lihat aja kataku nanti."Mbak Erni ikut emosi jika mengingat kelakua kedua orang itu. Belum lagi, sikap Gladis yang tidak mengenakkan. Aku bisa frustrasi menghadapinya. Sekarang dia berani meminjam uang dua puluh juta. Besok-besok pasti akan lebih berani. Astaga, jauhkan aku dari orang seperti itu Ya Allah.Ponsel Mas Erlan berdering, ia mengambilnya dari nakas. Wajahnya mengerut seperti melihat sesuatu."Ada apa, tumben si Mba Nani telepon. Ada apa, ya?" tanya Mas Erlan."Angkat dulu aja," kataku.Mas

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Empat

    "Temui aja, Mas," ujarku pelan.Rasanya mengingat ia menyukai suamiku itu membuat aku ingin mengusirnya. Kenapa bisa ada wanita tidak tahumu seperti Gladis. Mas Erlan membuka pintu setelah aku mengizinkannya."Ada apa, Dia?" tanya Mas Erlan."Mas, aku boleh pinjam uang? Hari ini ada acara, nanti aku ganti. Soalnya uang Papa---""Uang Papamu habis. Bagaiamana kamu bisa menggantinya?""Ya, aku sedang mencari pekerjaan. Makanya aku butuh uang untuk ke mana-mana. Boleh, ya, Mas?" Gladis seperti memohon pada suamiku.Aku mendekati mereka, astaga, gadis ini memakai pakaian sexy di depan Suamiku. Belahan dadanya saja sengaja ia umbar. Memang tidak tahu malu."Berapa?""Sepuluh juta,” ujar Gladis.Mendengarnya membuat aku sakit kepala. Yang sebanyak itu dia pinjam dan entah kapan mengembalikannya.Mas Erlan melihat ke arahku. Aku tidak mengerti maksudnya."Sekarang Widya istriku, jadi Widya yang ber

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Tiga

    Gladis menyukai menyukai Mas Erlan? Pantas saja ibunya tidak terima saat aku menjadi istri sang pujaan hati anaknya. Mereka aneh, masa mau menikah dengan sepupu?Kok bisa, mereka menginap di sini? Katanya kaya raya, masa, iya, menumpang. Aku beranjak ke luar kamar. Seharian di ruangan ini membuat aku bosan. Lebih baik aku mencari buah di kulkas. Siapa tahu Mama ada simpanan buah. Kebetulan ada Mama di dapur. Aku mengurungkan niat menyapanya, ada Budhe Ratih di sana.Terdengar mereka sedang mengobrol. Di posisi aku berdiri, masih bisa terdengar mereka berbicara. Aku bukan mau menguping, tapi ingin tahu saat nama Mas Erlan di sebut."Mbar, kamu yang benar saja menikahkan Erlan dengan wanita biasa. Kamu nggak lihat anakku Gladis lebih cantik." Terdengar suara bude membuat aku sakit hati."Itu pilihan dia, mana bisa aku melarang. Tahu sendiri, kalau sudah mau A ya tetap A. Mana bisa berubah menjadi B." Ibu mertuaku seperti tak banyak bicara."Halah, ng

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Dua

    "Sayang, aku mau ke luar kota seminggu, kamu di rumah Mama dulu, ya. Mama minta selama kamu hamil tinggal di sana, mau?"Aku berpikir ulang dengan permintaan Mas Erlan. Untuk seminggu tidak masalah, tapi kalau untuk waktu yang lama, aku belum tentu mau.Biasanya kata orang, deket itu bau, kalau jauh baru wangi. Aku takut, hubungan dengan Mama seperti hubunganku dengan Ibu yang selalu saja bertengkar."Di rumah Mama, semua sudah pembantu yang mengerjakan. Mama juga sama seperti kamu, tidak bisa masak."Mas Erlan seperti tahu keraguanku. Ia kembali menjelaskannya."Bukan itu, sih maksudku. Hanya takut seperti dulu, dekat dengan mertua dan selalu ribut."Semoga saja Mas Erlan mengerti apa yang aku maksud. Hmm ... aku pikir enak juga tinggal di sana. Dalam keadaan hamil seperti ini, setidaknya ada Mama dan banyak orang yang sigap jika terjadi sesuatu denganku."Iya, aku mengerti sayang, terserah kamu aja. Yang penting kamu nyaman.

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh Satu

    Baskoro bersama Rena menunggu di bagian administrasi. Memang sengaja mereka menunggu kami datang. Saat aku sampai, kasihan sekali melihat Rena menangis tak henti.Mas Erlan segera menghampiri bagian administrasi bersama Baskoro. Sejenak mereka saling berbicara. Entah, apa yang mereka perbincangkan. "Ibu kenapa, Ren?" tanyaku. "Ibu jatuh saat sedang mencuci, Mba." "Mesin cuci rusak?" "Air di rumah masih kecil. Lama kalau nunggu masuk ke mesin. Adanya nanti rusak mesinnya." Rena menjelaskan padaku. Aku kembali teringat saat ibu datang menumpang mencuci. Datang dengan makian yang membuat Budhe Sri mengamuk. Setelah itu terjadi perang. Sudah lama sekali hal itu. Kupikir sudah tidak seperti itu lagi. Dari kejauhan Mas Reno datang tergopoh-gopoh. Bagaimana ini, tidak mungkin aku langsung menghindar, sedangkan di ujung sana, suamiku tak henti menatap ke arahku. "Ren, aku mau ke Mas Erlan dulu." "Iya, Mba

  • Kuhidupi Suamiku Dan Keluarganya   Empat Puluh

    POV WidyaSudah dua bulan aku mengalami kelelahan. Badanku semua sakit, bahkan Indra penciumanku terasa sensitif. Mencium aroma yang menusuk, membuat aku memuntahkan kembali isi dalam perutku.Mba Erni datang berkunjung, wanita itu seperti biasa selalu bawel padaku. Dia datang membawa beberapa katalog untuk berlibur. Memang Mas Erlan menjanjikan kami liburan. Apalagi suamiku menjanjikan mengajak Mba Erni."Nih, Wid. Tinggal pilih, mau ke mana?" Aku menatap brosur dengan harga tiket dan penginapan yang begitu mahal. Sayang sekali biaya liburan mahal sekali."Nggak usah bingung, sih. Sekarang kamu istri Erlan, pengusaha muda dan kaya. Mau apa tinggal tunjuk,” tukas Kakak iparku."Bukan begitu, Mba. Aku kurang enak badan, lemas pula. Baru aja muntah. Bagaimana mau liburan?""Kamu udah menstruasi belum?" tanya Mbak Erni antusias.Aku berpikir, sepertinya aku terlalu bahagia dengan pernikahan ini sampai melupakan kalau aku sudah dua

DMCA.com Protection Status