Beranda / Rumah Tangga / Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya / Bab 254 Pertengkaran Maura dan Amanda

Share

Bab 254 Pertengkaran Maura dan Amanda

Penulis: Dhesu Nurill
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-04 22:34:31

"Jadi, gimana keadaan Lusi di rumah?" tanya Arya, setelah Maura dan Raka berkumpul di tempat Amanda.

Sebelumnya Maura pikir mereka memang menyewa sebuah tempat yang mewah untuk dijadikan markas, tetapi ternyata ini adalah rumah kontrakan Amanda. Bahkan gadis itu baru tahu kalau Arya menyewa Amanda untuk menghancurkan hubungan kedua orang ini.

Padahal, dia pikir Lusi dan Devan mengakhiri hubungan karena permintaan dirinya. Ternyata, memang ada andil Arya. Maura benar-benar tidak terima karena keterlibatan Amanda, tidak diketahui oleh dirinya sendiri.

"Kenapa Mas Arya tidak bilang kalau ada orang baru di tim kita?!" tanya Maura, dengan wajah kesal.

Arya menoleh kepada gadis itu dan langsung tersenyum kecil. "Memangnya kenapa? Bukankah memang tujuan kita itu untuk memisahkan mereka. Kamu juga senang kan kalau keduanya berpisah?" tanya Arya membuat Maura kesal.

Sebenarnya bukan itu poin yang penting, hanya saja dia tidak mau berdebat dan memilih untuk diam. Amanda yang melihat kehadi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 255 Tekad Maura

    Arya menghela napas kasar. Dia, lalu menoleh kepada Raka sembari tatapan sinis."Lihatlah, begini kalau misalkan kamu ikut sertakan anak ingusan sepertinya. Aku sudah bilang kan, apa manfaatnya? Tapi, kamu bilang dia pasti bermanfaat dan memata-matai Lusi di rumah. Kalau dia bekerja bagaimana dia bisa memata-matai Lusi? Apalagi Maura ini masih sekolah, kan? Mana mungkin dia bisa bekerja, hah?!" papar Arya, membuat Raka jadi bingung sendiri.Dia menoleh kepada Maura, berusaha menenangkan gadis itu agar tidak terbawa emosi sebab cuitan dari Amanda. Raka berusaha untuk menenangkan semua orang yang ada di sini. Dia tahu, dialah yang memulai semua ini. Lagi pula kalau misalkan Raka tiba-tiba saja membuang Maura dari grup yang sudah ditentukan mereka, merasa bersalah. Sebab karena Maura dia bisa menjalankan rencana semua ini. "Sudahlah. Kenapa kalian harus mendebatkan semua ini? Biarkan saja kalau misalkan Maura berkata seperti itu. Bukankah kamu tahu sendiri, Arya? Kalau dia juga yang me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 256 Mulai Terlihat Mencurigakan

    Sudah lewat dari Magrib, tapi Maura belum juga pulang. Padahal yang lain. sudah makan malam. Sebenarnya Lusi ingin menunggu Maura terlebih dahulu, tetapi mengingat Adiba dan juga Alia, dia tidak tega kalau misalkan membiarkan mereka menunggu terlalu lama. Terpaksa Lusi pun membiarkan keduanya untuk makan. Sementara dia memilih untuk menunggu Maura. Wanita itu tampak mondar-mandir di depan pintu utama, berharap kalau Maura segera datang. Sebenarnya Lusi sudah menelepon Maura beberapa kali. Tetapi, sayangnya tidak juga diangkat. Adiba yang melihat kegundahan Lusi pun menghampiri temannya itu. "Kenapa, Lus? Kok, kamu kayak lagi bingung seperti itu?" "Diba, Maura belum juga pulang. Padahal, sudah Magrib. Aku sedang berusaha meneleponnya untuk cepat pulang, tapi bagaimana ini?" tanya Lusi. Wajahnya begitu khawatir. Adiba merasa kasihan kepada Lusi, bertambah beban sejak kehadiran Maura. Tetapi mau bagaimana lagi? Dari mereka berdua sama-sama mengalir darah yang sama, jadi pasti Lusi t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 257 Kebohongan Maura

    Adiba tiba-tiba saja tersenyum miring, tampaknya dia tahu apa yang dipikirkan Maura. Tiba-tiba saja gadis itu ke dalam dengan membawa tas Maura, tentu saja si empunya juga kaget. Dia menyusul Adiba. "Mbak, mau diapain?! Ke siniin tas aku!" Maura berusaha untuk menyusul Adiba, tampaknya penutup hari ini akan diisi dengan pertengkaran atau debatan lagi. Sampai akhirnya tiba-tiba saja Adiba sudah ada di depan Lusi, yang kebetulan sedang duduk bersama Alia. Mereka kaget mendengar ribut-ribut dari arah depan."Ada apa, sih?" tanya Lusi. "Nih, lihat itu isi tas Maura." Lusi langsung menerima tas gadis itu, membuat Maura langsung terkesiap. Wajahnya pucat pasi dengan jantung yang berdetak sangat cepat. Ini benar-benar sebuah hari yang tak disangka. Sudah bertemu dengan Amanda, sekarang dia harus berhadapan dengan Lusi sebab kebohongannya sendiri. Lusi pun melihat isi tas itu, yang ternyata baju dengan barcode. Itu artinya baru saja dibeli."Apa ini, Maura?" tanya Lusi dengan wajah seriu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 258 Berusaha Menemui Raka

    "Tidak ada, Mbak. Kenapa Mbak bertanya seperti itu? Tatapannya kayak menyelidik. Aku benar-benar ingin kerja paruh waktu agar mandiri," papar Maura dengan wajah ketus, tapi terlihat serius. Lusi yang melihatnya pun tampak diam sejenak, sepertinya sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan, mendengar permintaan dari adiknya ini. Sampai tak lama kemudian, akhirnya wanita itu memberikan keputusannya yang membuat Adiba geleng-geleng kepala. "Ya, sudah kalau begitu. Tapi hanya Sabtu Minggu, ya? Hari sekolah, kamu harus tetap sekolah dengan baik dan aku tidak mau sampai mendengar kalau nilaimu turun gara-gara kerja paruh waktu ini. Mengerti?" Maura tersenyum senang. "Tentu saja, Mbak. Aku akan mempertahankan nilai-nilaiku yang baik dan tidak akan pernah mengecewakan Mbak Lusi," ucap Maura. Gadis itu pun bereuforia dan meninggalkan Adiba yang terperangah kaget. Setelah gadis itu menghilang, sekarang Adiba mengajukan protes. "Kamu yakin memberikan izin kepadanya?" "Ya, lagian untuk ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 259 Akhirnya Raka Tahu

    "Untuk apa kamu mau berbicara dengan anak saya? Anak saya mau berangkat kerja!" seru Bu Sinta, berusaha untuk mencegah pembicaraan yang terjadi antara anaknya dan Mila. "Jangan gitu, dong, Bu. Aku kan belum pernah bicara dengan Mas Raka. Lagi pula sebentar, tidak akan lama," ucap Mila memohon. Raka yang melihat kalau Mila ini memang seperti ingin membicarakan sesuatu yang penting, akhirnya memilih untuk membiarkan sang wanita berbicara dengannya."Loh, kok kamu kayak gitu, sih? Nanti kamu terlambat kerja bagaimana?" ucap Bu Sinta berusaha untuk mencegah anaknya."Nggak apa-apa, Bu. Ya, ini masih ada satu jam lagi sampai jam masuk kerja. Jadi, biarkan saja aku berbicara dulu dengan Mila." Mila tersenyum, senang saat mendengar kalau Raka mau berbicara dengannya. Berbeda dengan Bu Sinta, ketakutan kalau Mila itu akan membicarakan sesuatu perihal tes DNA. Tetapi dia juga tidak mungkin tiba-tiba saja menyerobot dan mungkin ini akan lebih mencurigakan untuk Raka. Raka dan Mila pun agak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 260 Terungkap

    "Anak itu licik juga. Dia pikir bisa mengelabuiku dengan cara masuk ke gang kecil seperti itu? Awas aja! Akan aku ikuti kamu kemana pun," ujar Adiba.Sang gadis lalu parkir di depan sebuah toko yang kebetulan masih tutup, jadi dia bisa langsung mengikuti Maura. Adiba tidak boleh sampai kehilangan jejak Maura, karena seterusnya gadis itu pasti akan turun di sini. Sebenarnya bisa saja besok dia mencari tahu, tetapi mumpung hari ini libur, dia juga tidak mau menunda-nunda lagi perihal ini semua. Kecurigaannya harus segera dituntaskan, yaitu dengan melihat sendiri apa yang dilakukan oleh adiknya Lusi itu. Dari tadi Maura menoleh ke belakang, takut jika diikuti oleh Adiba. Sang gadis yang berlari kecil pun akhirnya berhenti sejenak, menghela napas berkali-kali. Berusaha untuk tenang. Setelah keluar dari gang kecil itu, dia kembali berjalan di jalan raya yang sebelumnya. Beberapa meter lagi dia pun sampai ke tempat itu. Untunglah Adiba mengikuti Maura dengan jalan cepat dan melihat kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 261 Rahasia yang Mulai Terkuak

    Mendengar itu, Arya memijat pelipisnya yang berdenyut. Padahal ini masih pagi, tetapi ada saja keributan disebabkannya oleh kedua orang yang menginginkan Devan. "Bisakah kalian tidak ribut? Malu di sini sudah ada pelanggan. Amanda, sebaiknya kamu tunggu saja Devan di ruangannya dan kamu Maura, harus ikut denganku. Kita akan memulai training dulu," papar Arya.Adiba melirik kepada pria bernama Arya, sang gadis kesal karena pria itu malah mengakhiri pembicaraan mereka. Padahal, biarkan saja Amanda dan Maura debat, dengan begitu Adiba akan tahu sampai mana rahasia Maura terhadap perilakunya kepada Lusi. Sayangnya, semua sudah berakhir. Adiba jadi bingung, dia harus tetap di sini atau memilih untuk pergi. Sementara tidak ada informasi lagi yang dia dapatkan. Sialnya, dia tidak merekam pembicaraan mereka tadi. Hanya mengambil foto saja.Adiba memilih tetap di sini, mungkin ada kesempatan lain untuk mendapatkan rekaman kedua orang itu. Selang 10 menit, Devan pun datang. Adiba kaget meliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 262 Langsung Dipecat

    Devan semakin bingung karena kehadiran Maura. Sebelumnya, dia sama sekali tidak merasa mempekerjakan Maura. Sekali lagi Devan memastikan apa yang membuat Maura ada di sini. Mungkin saja gadis itu hanya sedang bermain atau berkunjung saja. "Kamu kerja di sini?" tanya Devan, lagi membuat Maura jadi salah tingkah, lebih tepatnya takut kalau pria itu marah kepadanya. Sementara Adiba masih berusaha untuk merekam pembicaraan mereka. Rasanya tak nyaman sekali memakai kacamata, hoodie dan juga masker. Tetapi demi kebaikan Lusi, dia harus melakukan ini semua. "Ayo jawab! Kenapa kamu ada di sini? Kamu bekerja?" tanya Devan lagi, karena belum mendapat jawaban apa pun dari Maura.Gadis itu terkesiap mendengar nada bicara Devan. Dengan cepat Maura pun menjawabnya walaupun terbata-bata."I-iya, Mas. Aku kerja di sini.""Apa?!" Devan memejamkan mata sembari berdecak kasar. Ini masalah untuk Devan. Dia sama sekali tidak pernah memperkerjakan Maura. Pria itu langsung melirik kepada Arya dan tahu k

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26

Bab terbaru

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 478 Sifat Asli yang Mulai Keluar

    "Apa di otakmu itu hanya terpikirkan kalau aku ini berkhianat dan kejelekanku saja, Mila?" tanya Raka.Akhirnya Raka bersuara, sudah tidak kuasa. Tetapi dia berusaha untuk tetap mendam emosinya dengan berkata tanpa menaikkan nada bicara. "Bagaimana aku tidak curiga, Mas? Dan bagaimana aku tidak berpikir tentang kejelekanmu? Kamu tidak pamit kepadaku dan aku juga tidak tahu kamu pergi ke mana, ditambah kamu tidak menerima teleponku. Bagaimana aku bisa berpikiran positif kepadamu? Coba saja! Semua wanita dan istri di seluruh dunia akan berpikiran macam-macam kalau kamu melakukan hal itu, Mas!"Mila berucap dengan bahu naik turun, menandakan kalau wanita ini sedang benar-benar emosi. Raka memejamkan mata, berusaha untuk tetap tenang dan menahan emosinya agar tidak meledak. Bagaimanapun wanita ini sedang mengandung anaknya. Dia tidak boleh membuat Mila stress dan akan berakibat fatal kepada anaknya itu. "Dengar, Mila. Aku sudah bilang kemarin, kan? Aku ke rumah Ibu." "Oh, ya? Mana buk

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 477 Mila Murka

    "Aaah, sial!"Mila berteriak sembari membanting semua barang-barang yang ada di kamarnya. Ini sudah jam 08.00 pagi, tapi dia belum mandi dan sarapan. Perutnya yang terasa lapar pun tak dipedulikan, dari tadi sudah termakan emosi. Padahal berkali-kali dia menghubungi Raka, tapi tak ada sahutan. Ditambah Maura juga tidak ada di sini.Kecurigaan menyeruak dalam dada, mungkin saja kedua orang itu kabur darinya dan meninggalkan Mila sendirian bersama anak yang ada dalam kandungan. Membayangkannya saja yang membuat dia merasa terbakar. Ingin sekali memaki atau menyakiti dua orang itu. "Kenapa tidak ada satu pun orang yang mengerti posisiku di sini?! Aku sedang hamil, tapi tak ada yang mau berusaha untuk mengikuti semua kemauanku!" seru Mila dengan berteriak.Dia mengacak rambutnya dan menangis. Ini benar-benar memuakkan untuknya. Harusnya Raka itu mengangkat telepon dan memberi kabar di mana sang pria berada. Tak masalah kalau misalkan pria itu pergi ke tempat lain, asalkan Raka memberi k

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 476 Tidak Mempan

    "Karena Mila itu beda dengan Lusi. Mau seperti apa pun aku berusaha menyamakan Mila dan Lusi atau mengubahnya, itu mustahil, Bu. Mila ya Mila. Lusi ya Lusi, tidak bisa disamakan," ungkap Raka. Dia tidak suka kalau misalkan ada yang membanding-bandingkan dan menyuruh Mila sesuai dengan Lusi, karena mantan istrinya itu tidak ada duanya. Tak bisa ada yang menyamai sifat Lusi yang begitu baik hati."Kalau begitu untuk apa kamu melanjutkan hubungan dengan Mila? Kalau kamu alasannya anak, percaya pada Ibu, hati kamu tidak akan pernah bisa tenang dan anakmu juga akan punya trauma karena kalian menikah dengan terpaksa.""Bu.""Raka, dengarkan Ibu. Ibu tahu kamu tidak percaya kepada Ibu karena kejadian-kejadian kemarin, tapi kali ini Ibu benar-benar melakukan semua ini karena kebaikanmu. Ibu yakin, Mila itu bukan wanita yang baik. Coba kamu pikirkan ulang perkataan Ibu, jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari." Raka tidak mau menanggapi perkataan Bu Sinta dan memilih untuk mengeluarkan

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 475 Tetap Pada Pendirian

    Seketika Raka terdiam. Dia melihat ibunya dengan tatapan bingung, tapi Bu Sinta saat ini begitu serius memandangi Raka dan berusaha untuk meyakinkan anaknya agar meninggalkan Mila."Apa maksudnya, Ibu? Aku meninggalkan Mila dan calon anakku?" tanya Raka, wajahnya berubah menjadi serius. "Iya, kamu benar.""Tidak bisa, Bu. Di dalam kandungan Mila itu ada anakku. Bukankah tes DNA sudah membuktikan kalau dia itu adalah anakku? Aku tidak bisa meninggalkan anakku, tidak bisa." Sesuai dengan perkiraan Bu Sinta, kalau pria ini tidak akan pernah tega meninggalkan anaknya. Sisi lain dari Raka itu sangat menyayangi darah dagingnya sendiri, meskipun Mila adalah wanita yang benar-benar memuakkan. "Ya, Ibu tahu kamu sangat menyayangi anakmu, tapi juga pikirkan ke depannya. Kamu akan terus-terusan dikekang oleh Mila. Kamu tidak akan betah kalau terus-terusan begini. Percaya pada Ibu. Mila itu bukan wanita yang baik untuk dijadikan seorang istri," ucap Bu Sinta mengatakan ini dengan sepenuh hati,

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 474 Sisi Rapuh

    Raka menundukkan kepala dengan menutupi wajahnya. Terdengar suara sesenggukan begitu menyakitkan. Tiba-tiba saja Bu Sinta merasa kalau dirinya saat ini benar-benar melihat anaknya yang masih kecil. Raka yang begitu polos dan memohon agar apa yang diinginkannya dikabulkan.Sudah cukup lama dia tidak melihat sisi rapuh anaknya sendiri."Aku bingung, Bu. Aku harus bagaimana? Semua orang menghimpitku, menyalahkanku seolah-olah aku ini adalah orang yang paling berdosa di sini. Aku tidak ingin hal yang lebih, Bu. Aku ingin kembali kepada Lusi dan hidup seperti dulu bersama anakku. Tapi, itu juga tidak bisa. Sekarang yang aku inginkan adalah bertemu dengan Alia. Dia anakku, dia adalah hidupku. Jika aku sekarang hancur karena perbuatanku dulu, setidaknya ada anakku yang bisa menguatkanku untuk tetap bertahan dan melanjutkan hidup," ungkap Raka, kembali sesenggukan. "Kenapa, Bu? Kenapa Ibu tidak bisa mengerti dengan keadaanku saat ini? Aku menghukum Ibu karena memang Ibu sudah sangat keterlal

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 473 Tangisan Raka

    Bu Sinta kembali pura-pura menangis, karena dia akan benar-benar membuat anaknya merasa bersalah sebab sudah meninggalkannya. "Jadi, karena itu kamu berani mengusir Ibu? Kamu meninggalkan Ibu karena wanita itu?" tanya Bu Sinta dengan mata berkaca-kaca.Raka langsung menggelengkan kepala, menghela napas berkali-kali dan berusaha untuk tenang. Di hadapannya ini adalah ibunya sendiri. Dia harus membuat Bu Sinta mengerti, kalau dirinya punya tujuan tertentu dan tidak sembarangan melakukan hal-hal itu. "Bu, Kalau boleh jujur. Dari dulu saat aku bersama Lusi sudah berkali-kali aku ingatkan, Ibu tolong jaga sikap. Jangan terlalu banyak meminta uang kepada Lusi dan apa pun yang membuat Lusi mungkin merasa terbebani, tapi apa? Jawaban Ibu selalu saja memaksakan kehendak. Itu pun aku tetap diam, karena memang Lusi tidak mempermasalahkan itu. Tapi kemarin, aku hampir saja benar-benar kehilangan Lusi karena ide Ibu, kan? Apa Ibu tidak merasa bersalah kepadaku?" Sekarang giliran Raka mengungkap

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 472 Kesempatan Langka

    Bu Sinta tetap diam di teras dan duduk dengan wajah sendu. Dia melihat ke sekeliling, mengecek mungkin ada Maura. Tetapi entah itu ada Maura atau tidak, yang penting saat ini rencananya sudah berhasil. Berharap kalau kali ini Raka mau mendengarkan ibunya. Saat ini pria itu sedang mengambil minum ke dalam. Setelah datang dia meminta ibunya untuk hati-hati meneguk air yang bersedia. Setelah itu Raka duduk di depan ibunya. Dia menatap Bu Sinta sedemikian rupa, takut jika ibunya itu terluka. "Ibu, nggak apa-apa, kan? Apa ada yang terluka?" tanya Raka, yang langsung digelengi kepala oleh Bu Sinta.Wanita paruh baya itu mengusap pipi anaknya dengan sangat pelan dan juga penuh perasaan. "Akhirnya kamu pulang juga, Nak. Entah sudah berapa lama. Ibu merasa kangen sama kamu, sulit sekali untuk bertemu dengan kamu. Tapi kamu datang ke sini untuk bertemu Ibu? Benar-benar ibu merasa senang," ungka Bu Sinta, kali ini ucapannya dicampur dengan kebohongan. Karena itu terlalu berlebihan jika diung

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 471 Hanya Garam

    Raka tampaknya masih ragu untuk menghampiri Bu Sinta, karena dia tahu kalau ibunya itu sangat licik. Bisa saja Bu Sinta itu sedang pura-pura. Tetapi dia berpikir ulang, mana mungkin ibunya bisa berpura-pura sementara wanita paruh baya itu belum tahu kalau dirinya akan datang ke sini.Raka masih menganalisis Bu Sinta dari jauh. Wanita itu masih terus menangis dan berpura-pura sedih, mengatakan hal yang macam-macam. Membuat Raka semakin tak enak hati.Di sisi lain, Maura mulai merekam kejadian itu. Dia ingin tahu apa yang akan dilakukan Raka. Kalau misalkan memang pria itu mudah sekali terhasut, maka dipastikan saat ini Raka akan menghampiri ibunya. Wanita itu kesal sekali karena dari tadi Raka hanya mematung dan meneliti apa yang dilakukan Bu Sinta di sana. Begitu juga dengan sang wanita paruh baya, dalam hati menggerutu. Kenapa Raka hanya diam di situ saja? Tidak menghampirinya. Tampaknya dia harus benar-benar membuat kejadian yang ekstrem, agar anaknya itu mau menghampirinya. "Aku

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 470 Trik dari Maura

    Di mobil, Maura langsung menelepon Bu Sinta. Untunglah wanita paruh baya itu memang sudah dari tadi menunggu. "Halo, Bu," ucap Maura saat menelepon. "Gimana? Kenapa kamu dari tadi susah banget dihubungi atau kamu nggak hubungi Ibu?" tanya Bu Sinta kesal sendiri."Sabar dulu, Bu. Jangan marah-marah dulu. Sekarang Ibu sebaiknya ikutin perkataanku. Ibu ke depan gerbang dan terlihat pura-pura menangis." "Apa maksudnya?" "Pokoknya, Ibu buat hal yang sedih aja. Soalnya Mas Raka menuju ke sana.""Terus, apa yang terjadi barusan?" "Nanti aku akan ceritakan, tapi sekarang Ibu jangan banyak tanya. Pokoknya Ibu pura-pura makan sama nasi aja atau digaramin atau apa kek, yang penting Ibu itu terlihat sedih dan menderita. Tapi Ibu harus ada di depan. Dengan begitu Mas Raka pasti tidak akan tega dan langsung menghampiri Ibu." "Begitu, ya?" "Iya, pokoknya Ibu ikuti semua perkataanku," ucap wanita itu yang langsung disetujui oleh Bu Sinta.Wanita paruh baya itu sebenarnya tidak mengerti dengan

DMCA.com Protection Status