Share

Bab 5

Author: Fahira Khanza
last update Last Updated: 2022-06-15 15:15:25

"Andai dia memintaku untuk memilih, tentu aku akan memilih kamu, Sayang. Tapi semua butuh waktu, jangan sampai dia menikmati hasil jerih payahku." 

Aku mengepalkan kedua tanganku dengan erat hingga terciptalah rasa nyeri di kedua telapak tanganku akibat kuku-kuku yang tertancap di sana. 

Mata yang semula terasa mengantuk, kini terbuka dengan sepenuhnya. 

Satu fakta lagi terkuak. Sekarang aku tahu, saat ini Mas Yoga masih bertahan untuk tidak menceraikan aku karena ingin menguasai harta yang kami dapatkan setelah menikah. 

Ya, Mas Yoga dan aku berasal dari keluarga yang sama-sama sederhana. Setelah kami menikah, kami memutuskan merantau ke kota yang kami tempati saat ini. Kami bekerja sama dalam memulai menjalankan usaha. 

Semula, kami hanya berjualan keliling dengan gerobak. Dan itu berjalan hampir satu tahun lamanya. Hingga pada akhirnya kami pun memiliki pelanggan yang bisa terbilang banyak. Dan di tahun kedua, kami memberanikan diri untuk mengontrak ruko berukuran kecil yang kami gunakan untuk berjualan makanan. Dan di ruko itu pula lah kami tinggal. Hitung-hitung menekan biaya pengeluaran kontrakan rumah. 

Tahun demi tahun terus berjalan, rasanya Tuhan seperti benar-benar melancarkan usaha kami. Omset setiap harinya meningkat hingga kami pun merasa kuwalahan untuk melayani konsumen. Dan dari situ lah semua berawal. Kami mulai mencari pelayan, hingga seorang juru masak. 

Dan seperti ini lah keadaan kami sekarang, memiliki rumah dua lantai, memiliki satu rumah makan yang merupakan bangunan sendiri meskipun tak terlalu luas, dan juga kendaraan roda empat yang biasanya dipakai oleh Mas Yoga berangkat dan pulang bekerja.  

Selain usaha rumah makan, Mas Yoga juga menjalankan bisnis sampingan. Yaitu, jual beli motor bekas. Akan tetapi, kata Mas Yoga, usahanya yang satu itu masih belum berkembang. Setiap minggu, hanya terjual satu atau dua sepeda motor saja. 

"Tenang saja, Sayang. Sampai kapan pun tak ada yang bisa memisahkan kita," ucap Mas Yoga dengan begitu entengnya. 

Sebenarnya ingin sekali kutendang tubuhnya saat ini juga. Akan tetapi, aku tak boleh bertindak dengan gegabah. Aku harus membalas pengkhianatan Mas Yoga dengan elegan. Tentu demi harta yang kami dapatkan selama ini. 

Terdengar Mas Yoga tergelak tawa, mungkin selingkuhannya itu sedang membuat lelucon untuknya. 

"Mana mungkin. Nggak bisa lah kalau dia minta harta gono-gini. Kalau pun pada akhirnya bercerai, dia yang harus keluar dari rumah ini tanpa membawa satu peser pun dari sini," ucap Mas Yoga dengan pongahnya. 

"Dan satu lagi ... tak akan kubiarkan dia membawa sehelai baju sekalipun. Lebih baik kubakar baju-baju miliknya itu daripada dia bawa pergi." 

Lagi, Mas Yoga kembali tergelak tawa setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. 

Aku tersenyum miris di dalam hati. Tak menyangka, ternyata lelaki yang sempat bertahta di dalam sini memiliki watak yang begitu kejam. 

Akan tetapi, mendengar kalimat demi kalimat yang ia lontarkan dengan kedua telingaku sendiri membuatku yakin untuk menjalankan rencanaku itu. Biarlah orang menyebutku perempuan licik. Aku benar-benar tak peduli. 

"Ok, baiklah. Semua akan di mulai dari hari ini, Mas. Kita lihat, aku atau kamu yang akan terjatuh dan pada akhirnya bakal terpuruk." Aku bermonolog di dalam hati. 

Aku menghela napas dalam-dalam, berusaha meredamkan gejolak di dalam dada yang terasa tak karuan. 

Besok, aku akan mulai menjalankan rencanaku. Yaitu menyelamatkan sebagian harta yang memang seharusnya untukku. Bukan hanya setengah harta, melainkan sepenuhnya. 

"Sudah ya, aku tidur dulu. Besok pagi-pagi aku jemput kamu." 

Hening. 

"Emuah ...."

Dada ini kembali berdenyut. 

Cepat aku berjalan kembali menuju ke arah ranjang, merebahkan tubuh di tempat yang semula. 

Aku pura-pura memejamkan kedua netraku hingga beberapa menit kemudian terasa seseorang sedang naik ke atas ranjang. 

****

Aku menghidangkan sarapan untuk Mas Yoga seperti biasanya. Membuatkan secangkir kopi pahit kesukaannya. Sebenarnya ingin sekali kutaburkan racun ke dalam minumannya, akan tetapi aku tak mau masa tuaku akan kuhabiskan di dalam penjara. Bukankah lebih baik bertindak secara elegan dan halus tetapi mampu menghancurkan lawan?

Kami menikmati sarapan kali ini dengan saling diam. Tak ada pembicaraan, hanya suara denting sendok yang memecahkan keheningan. 

Sempat aku berusaha mencairkan suasana, akan tetapi Mas Yoga tak menanggapi celotehanku hingga akhirnya suasana kembali menjadi hening. 

"Nanti aku pulang malam." Tiba-tiba mulut yang sebelumnya tertutup rapat itu mengeluarkan satu kalimat. 

Aku mengangkat pandanganku, mengedarkan pandang ke arah Mas Yoga yang sedang nenyelesaikan sarapannya. Akan tetapi, Mas Yoga terus menunduk, mengamati denting sendok yang beradu dengan piring. 

"Memang ada acara apa lagi, Mas?" tanyaku masih berusaha bersikap tenang. 

"Ada urusan! Kenapa? Kau mau mencurigaiku pergi dengan perempuan lain?!" Nada suara Mas Yoga langsung meninggi. 

Aku tersenyum kecut. 

Ternyata seperti ini cara Mas Yoga menutupi kesalahannya. Pagi ini dia bersikap ketus agar tak mendapatkan pertanyaan beruntun saat ia berpamitan dan mengatakan jika ia ingin pulang malam. Pandai sekali bukan?

Aku menghembuskan napas kasar, bergegas kuselesaikan sarapanku. Hingga tak berselang lama terdengar Mas Yoga meletakkan sendok ke piringnya. Setelahnya ia meraih tas kerjanya yang ia letakkan di belakang punggung lalu bangkit dari tempat duduknya dan melenggang pergi begitu saja.

Lagi-lagi aku tersenyum kecut. Aku membersihkan meja makan dan langsung mencuci piring-piring kotor bekas kami makan. 

Setelah memastikan rumah rapi dan bersih, aku kembali ke kamar. Mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas lalu menghempaskan tubuhku di ranjang.

Sebenarnya aku sendiri sudah merindukan sosok bayi kecil untuk melengkapi keluarga kecilku. Aku merindukan suara tangis dan gelak tawa yang keluar dari mulut mungil itu. Akan tetapi, hingga usia pernikahan kami sudah berjalan lima tahun, Tuhan tak kunjung menitipkan keturunan pada kami. 

Sebenarnya aku pernah mengandung. Bahkan selama usia pernikahan ini, aku sudah pernah hamil tiga kali. Akan tetapi, di saat usia kandungan sudah menginjak tiga bulan, janin itu selalu gugur. 

Aku mulai membuka aplikasi sosial media yang berlogo F dan berwarna biru itu setelahnya aku mengeluarkan akun f******k asliku.

Bergegas aku mendaftarkan akun email beserta aku f******k fake pada ponselku.

Aku membuat akun dengan nama Bunga Mentari. Nama yang cantik bukan?

Bergegas aku meng-upload salah satu foto suamiku beserta selingkuhannya itu ke akun f******k, guna menjadikan foto profil di akun fake milikku. Kalian tahu, aku memilih foto yang paling jelas pada wajah keduanya, dan pilihanku jatuh pada foto saat Mas Yoga sedang duduk di lobby hotel bersama perempuan jalang itu yang kemarin dikirimkan oleh temanku.

Langkah awal yang kulakukan adalah mengirimkan permintaan pertemanan pada akun f******k Mas Yoga.

Sembari aku menunggu Mas Yoga menerima permintaan pertemananku, aku mengirimkan permintaan pertemanan pula ke akun beberapa kerabat dekat Mas Yoga yang masih terbilang muda. Tak lupa pula aku mengetik satu akun milik tetangga Ibu mertua di kampung yang terkenal paling julid. Aku tahu, sebab aku pun juga berteman dengan beberapa tetangga kampung Mas Yoga. 

Setelah semua selesai, satu per satu permintaan pertemananku sudah mulai dikonfirmasi. Bahkan, tak lama setelah itu ada dua pesan yang dikirimkan oleh nama akun yang berbeda masuk ke aplikasi inbox milikku. 

Tanpa membuka terlebih dahulu, bergegas aku meletakkan ponselku dengan asal. Bangkit dari ranjang lalu mulai mengganti pakaianku. Sebab aku akan keluar menemui seseorang. 

Setelah penampilanku sudah terlihat pantas, aku menghubungi nomor milik Mas Yoga melalui sambungan telepon. 

"Halo, Mas," sapaku setelah panggilan itu diangkat setelah terdengar dering ke tiga.

"Hm ...."

"Mas, aku mau pergi sebentar." 

"Ke mana? Menemui lelaki lain di luar sana?" ucap Mas Yoga dari seberang sana dengan nada yang begitu ketus. 

Aku mengusap dadaku, menenangkan diriku sendiri yang hampir saja tersulut oleh emosi. 

"Aku ingin bertemu dengan ...."

"Lelaki kan?" pekik Mas Yoga memotong ucapanku. 

"Astaga ... bukan, Mas. Aku hanya ingin pergi dengan Maya, Mas." 

Aku berusaha bersikap setenang mungkin, meskipun aslinya ingin kutendang dan kuhajar lelaki kep*rat itu. 

"Gimana? Enak?" tanya Mas Yoga yang membuatku melipat kening. 

"Apanya, Mas?"

"Gimana rasanya dicurigai? Nggak enak kan?!" 

Aku menghembuskan napas berat. 

"Sudahlah, Mas. Aku hanya meminta izin dari kamu, jangan memperpanjang masalah sepele begitu, dong," protesku tak terima. 

Padahal kemarin bukanlah kecurigaan belaka. Padahal aku melihat dengan kedua bola mataku sendiri saat Mas Yoga berjalan dengan mesra saat akan masuk ke dalam rumah. 

Sedikit menyesal sebenarnya saat aku tidak langsung menyerang perempuan itu. Padahal aku bisa saja langsung menyerangnya saat itu juga. Tapi, aku tak boleh bersikap seperti itu untuk menjalankan beberapa rencanaku. 

Mas Yoga mematikan teleponnya secara sepihak. Kumasukkan ponselku ke dalam tas yang akan kubawa, bergegas aku keluar kamar lalu berjalan menuju ke arah depan rumah. Menghenyakkan tubuh di kursi yang ada di teras rumah. Menunggu seseorang datang menjemputku untuk mengantarkanku ke suatu alamat yang ingin kutuju. 

Belasan menit aku menunggu kedatangan Maya, akhirnya terdengar suara klakson dari depan rumah. Cepat aku bangkit dari tempat dudukku, bergegas aku melangkah ke arah sana setelah memastikan pintu rumah sudah terkunci. Sebab aku yakin, mobil yang berhenti dan membunyikan klakson adalah Maya. 

Aku langsung membuka pintu mobil bagian depan, menghenyakkan tubuhku di jok tepat di samping Maya yang duduk di balik kemudi. 

"Sudah bawa berkas-berkasnya?" tanya Maya saat aku sedang mengenakan sabuk pengaman. 

"Sudah," jawabku dengan singkat. 

"Kamu yakin bakalan melakukan ini?"

Cepat aku menolehkan kepala ke arah Maya. Sepertinya ia tengah meragukan langkah yang kuambil saat ini. 

"Yakin! Sedikit pun tak ada keraguan di dalam sini. Lebih baik aku melakukan semua ini, peduli setan jika semua orang menganggapku seorang perempuan licik."

Aku menghela napas dalam-dalam. 

"Aku sama sekali tak rela, May, jika perempuan itu bisa menikmati harta yang telah kami kumpulkan bersama. Kamu tahu sendiri kan seperti apa kerja keras kami dulu?" tanyaku dan Maya mengangguk cepat. 

"Cukup sudah dia menikmati harta yang seharusnya menjadi hakku. Sebab aku yakin kalau Mas Yoga pasti menggelontorkan uang ke rekening perempuan itu," lanjutku kemudian. 

"Iya, aku mengerti perasaan kamu. Kita berangkat sekarang ya," ucap Maya yang kubalas dengan anggukan kepala. 

Setelah beberapa saat kemudian, suara mesin mobil mulai terdengar hingga sepersekian detik setelahnya mobil mulai melesat membelah jalan raya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Egi Latto Egi
sebenarnya klu langsung di labtak, kaka langsung win tapi cerita ini menjadi pendek dan sakit hati itu tidak terasa dalam. (ada bukti ajukan cerai/selesai)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 6

    Kendaraan roda empat yang aku tumpangi membelah jalan raya dengan kecepatan sedang, hingga puluhan menit kemudian mobil milik Maya berhenti di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi. Maya menekan klakson mobil beberapa kali hingga tak berselang lama pintu gerbang itu terbuka.Sepersekian detik kemudian terlihatlah sosok lelaki berkumis tebal berperawakan tinggi besar dan berpakaian khas orang satpam menyembul dari balik pintu gerbang. Maya menurunkan kaca mobil hingga akhirnya satpam itu bisa melihat wajah Maya. Maya meminta orang itu untuk membuka pintu gerbang. Mungkin karena satpam tersebut sudah mengenal Maya sehingga ia itu membuka pintu gerbang setelah menganggukkan kepalanya ke arah Maya. Beberapa detik mobil melaju masuk ke dalam halaman rumah hingga pada akhirnya kendaraan roda empat kami berhenti tepat di depan rumah yang terlihat begitu megah. Rumah yang bergaya modern, berlantai tiga dan berwarna putih. Ada banyak bunga-bunga yang berjajar dengan rapi dan terlihat begi

    Last Updated : 2022-06-17
  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 7

    "Ada surat-suratnya?" "Ada, Om," ucap Maya lalu menolehkan kepalanya ke arahku yang duduk di sampingnya. "Tunjukkan surat-suratnya," ucap Maya dengan nada setengah berbisik. Bergegas aku membuka tas yang kubawa, lalu mengeluarkan surat-surat penting dari dalam sana. Ya, aku memang berniat menggadaikan rumah, restoran dan juga mobil. Jika kalian bertanya kenapa aku melakukan ini, salah satunya karena aku ingin mengambil semua harta-harta itu. Kedua, karena aku ingin memberikan pelajaran pada mereka berdua. Sebenarnya ada pilihan lain, yaitu menjual aset-aset ini. Akan tetapi, terlalu lama tentunya untuk mencari pembeli dengan cepat. Apalagi semua aset itu atas nama Mas Yoga. Tentu aku yang akan kesulitan jika menjual tanpa sepengetahuan Mas Yoga. Dan aku memilih jalan yang paling mudah, yaitu menggadaikan. Meskipun uang yang kuterima tak sebanyak dari hasil penjualan. Ya, biarlah mereka nanti terkejut saat mengetahui jika semua aset telah kugadaikan dan uang telah kubawa semuanya

    Last Updated : 2022-06-18
  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 8

    Aku bangkit dari persimpuhanku, bergegas aku berjalan menuju ke arah tempat dudukku yang semula. Aku menghapus jejak-jejak air mata yang masih tersisa dengan punggung tanganku. Entah setan apa yang merasukiku kali ini, begitu mudahnya aku mengeluarkan air mata. Padahal selama ini aku bukanlah tipe perempuan yang cengeng. Bahkan, mendapati suamiku berselingkuh pun aku tak bisa menangis. Lantas, kenapa hari ini begitu mudahnya aku mengeluarkan air mata? Oho ... sepertinya itu karena aku takut jika aku tak mendapatkan harta itu. Bukankah jika semua aset jatuh ke tangan Mas Yoga beserta selingkuhannya itu jauh lebih menyakitkan dibandingkan dengan sebuah pengkhianatan?"Akting kamu bagus sekali, Ren." Maya mengacungkan jempolnya tepat di depan wajahku. Segera aku menepis tangan itu, sebab tinggal satu centi saja jempol maya sudah menyentuh pucuk hidungku. "Aku nggak nyangka kamu pintar sekali mengeluarkan air mata palsu." Maya tergelak tawa setelah menyelesaikan satu kalimatnya. "Apa

    Last Updated : 2022-06-18
  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 9

    Aku mengalihkan pandangan ke arah Pak Chandra yang sedang menatapku lalu aku berkata, "Saya setuju, Pak.""Silahkan ditandatangani."Aku mengangguk yakin. Bergegas aku membubuhkan tandatangan lalu kuselipkan nama di bawah tandatangan yang sudah tertempel oleh materai. Aku menerima jangka waktu selama enam bulan sebab aku yakin, di bulan itu aku sudah resmi bercerai dengan Mas Yoga. Seyakin itu kah diriku?Tentu!Tak lama lagi aku akan melayangkan gugatan ceraiku ke pengadilan. Proses perceraian pun pasti tak akan berlangsung lama. Sebab, tak akan ada penyelesaian soal harta gono-gini maupun hak asuh anak di persidangan nanti. Toh Mas Yoga pun juga sudah berniat menceriakan aku. Tentu ia senang hati kalau aku telah menggugat cerai dirinya, apalagi tanpa membawa secuil harta miliknya. Aku benar-benar bernapas lega.Kuletakkan lembaran kertas yang sudah kububuhi tandatanganku. Pak Chandra menyerahkan dua amplop tersebut. Dengan senang hati tentunya aku menerima amplop itu. "Hitunglah

    Last Updated : 2022-06-18
  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 10

    Setelah membayar tagihan makanan, kami pun bergegas keluar, hingga saat kami hampir sampai di ambang pintu, gendang telingaku menangkap suara yang sangat aku kenali mengucapkan kalimat yang seketika menciptakan gemuruh di dalam dada. Seketika aku menghentikan langkahku saat mendengar suara dari seseorang yang begitu aku kenali. Maya yang menyadari langkahku yang terhenti, seketika ikut menghentikan langkahnya lalu menolehkan kepalanya ke arahku. "Rena sudah lima tahun nikah dengan Yoga, tepi belum juga mendapatkan keturunan. Ibu yakin, setelah menikah dengan kamu. Kamu akan cepat memberikan cucu pada Ibu. Dia itu perempuan mandul. Bukan perempuan sempurna."Deg. Seketika jantungku terasa berdegup dengan kencang saat mendengar penuturan yang keluar dari mulut ibu mertua. Entah sejak kapan ibu mertua datang ke kota ini. Di sana, di meja makan itu ada ibu mertua yang duduk memunggungi keberadaanku, sedangkan perempuan itu menghadap ke arahku. Mungkin ia belum mengenali aku yang merup

    Last Updated : 2022-06-18
  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 11

    Akhirnya aku pun mengenakan sabuk pengaman, pun juga yang dilakukan oleh Maya. Hingga beberapa menit kemudian, mobil mulai keluar dari halaman cafe dan melesat membelah jalan raya. "Kamu tahu kalau mertua kamu ada di sini?" tanya Maya yang saat aku menolehkan kepala ke arahnya, pandangannya lurus ke depan menatap jalan raya. "Aku nggak tahu. Entah sejak kapan Ibu ada di sini. Bisa jadi hari ini dia baru datang.""Kok bisa sama selingkuhan suami kamu ya? Apa mereka sudah saling mengenal dan Ibu mertua kamu pun tahu soal hubungan gelap mereka? Dan ya, apalagi mertua kamu bilang soal cucu. Bukankah itu artinya ....""Ya, itulah yang juga aku pikirkan saat ini. Mungkin Ibu mertua sudah mengetahui dan mendukung perselingkuhan yang dilakukan oleh putranya, bahkan sampai mendukung ke jenjang pernikahan," jawabku dengan cepat saat kurasa Maya sengaja menggantung ucapannya. Mungkin ia tak enak jika ingin melanjutkan apa yang ingin ia katakan itu. "Kebangetan itu kalau sampai-sampai emaknya

    Last Updated : 2022-06-18
  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 12

    Saat baru saja pintu itu terbuka terlihatlah tiga seseorang yang saat ini berdiri di hadapanku. Seseorang yang seakan-akan mampu membuat dekap jantung ini seketika seperti berhenti berdetak. Bagaimana tidak, aku melihat Mas Yoga, ibu mertua dan juga selingkuhan suamiku datang ke rumah ini. Aku tidak terkejut jika Mas Yoga membawa ibunya akan tetapi berani sekali dia membawa gundiknya itu untuk datang ke sini. "Assalamualaikum, Ren."Aku tersentak dari lamunanku saat Mas Yoga mengucapkan salam. Aku mengerjapkan kedua mataku. "Waalaikumsalam, Mas," ucapku. Bergegas aku meraih punggung tangan Mas Yoga lalu mencium punggung tangan lelaki itu, setelahnya aku pun mencium punggung tangan ibu mertua. "Ibu datang ke sini, Ren. Baru saja tiba," ucap Mas Yoga yang tentu saja adalah sebuah kebohongan, Padahal jelas-jelas tadi siang aku melihat ibu bersama gundiknya itu. Akan tetapi Mas juga mengatakan jika Ibu baru saja tiba."Dia siapa Mas?" tanyaku pura-pura tidak tahu."Oh dia, namanya muti

    Last Updated : 2022-06-18
  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 13

    "Mas, makanannya habis?" "Iya Ibu dan mutiara lahap sekali makan masakan kamu, katanya enak," ucap Mas Yoga tanpa sedikitpun merasa bersalah. Bahkan lelaki itu masih dengan lahapnya memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. "Ya Mbak, masakan kamu enak sekali. Bolehlah nanti selama saya tinggal di sini, Mbak mengajari saya masak. Biar suami saya nanti betah makan di rumah dan tidak jajan di luar," ucap Mutia menimpali sembari melempar senyum. Senyum yang menurutku terlihat begitu memuakkan.Aku hanya melirik sinis ke arah perempuan itu pandanganku kembali tertuju pada Mas Yoga yang masih dengan lahapnya menyantap makanan itu. "Tapi aku sama sekali belum makan loh, Mas. Kok kalian enak sekali langsung menghabiskan makanan ini?" Mendengar suaraku yang mulai meninggi kepala Mas Yoga langsung terangkat pandangan itu langsung menatapku. "Kamu belum makan? Maaf ya, Mas, kira kamu sudah makan. Makanya Mas langsung ajak Mutia dan ibu untuk makan duluan. Mas bener-bener nggak tau," ucap

    Last Updated : 2022-06-18

Latest chapter

  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Ending

    Rasanya masih seperti mimpi melihat makam Yoga. Rasanya suara hinaan, cacian, dan bentakan itu masih terdengar nyata di telinga Mutia. Tapi kini seseorang yang sudah menghina, menzolimi dirinya sudah tidak ada lagi. Entah Mutia harus merasa lega atau tidak. Mutia tidak tau. Sekarang yang terasa hanya ruang hampa.***Tak terasa 1 Minggu telah berlalu. Setiap harinya kesehatan ibu mertua Mutia berangsur membaik. Bahkan kata dokter, Ia sudah bisa pulang besok siang.…Keesokan harinya,Mutia tengah melipat pakaian dan memasukkannya ke dalam tas, ketika Ibu mertuanya membuka mata setelah tertidur cukup lama. Mutia yang menyadari ibu mertuanya telah sadar langsung menghampiri ibu mertuanya tersebut.“Bu, ibu sudah sadar?” tanya Mutia lembut.Sang ibu mertua hanya bisa menatap Mutia nanar, mulutnya yang setenga miring itu, hanya bisa terbuka tertutup tanpa mengeluarkan kata. Hanya sebuah suara samar yang menunjukkan penyakitnya.“Bu, makan dulu, ya, Mutia suapi Ibu,” ucap Mutia lembah lemb

  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 136

    Setelah melakukan serangkaian keagamaan, akhirnya Yoga pun dibawa ke liang kuburnya.Melihat Yoga dikubur, membuat perasaan Mutia sedikit tidak karuan. Tidak ada air mata, tapi tidak ada juga rasa bahagia suka cita.Mutia merasa mungkin ini pembalasan dari Tuhan, untuk semua kesakitan dan penderitaan yang telah ia terima dari suaminya yang selalu menyakiti dirinya. Tapi di satu sisi, Mutia juga kembali teringat akan masa lalunya, yang sempat bahagia bersama Yoga. Bagaimanapun juga Yoga pernah menjadi hal yang paling membuat Mutia bahagia dalam hidupnya.***Kabar Yoga sudah tidak ada akhirnya sampai ke telinga sang mantan istri, Rena. “Apa, Mas Yoga? … Innalilahi wa innalilahi rojiun,” ucap Rena yang masih tak percaya dengan kabar yang baru ia dengar.Ternyata seorang kerabat yang ikut hadir dalam pemakaman Yoga, mengetahui keberadaan Rena, dan memberitahukan kepada Rena tentang kondisi Yoga.“Terima kasih sudah memberitahu.” Rena menutup telepon nya.“Ada apa Ren,?” tanya Ibunya Re

  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 135

    Seketika suasana warung menjadi lebih ramai dan kacau akibat perkelahian Yoga dan Tono. Tapi jujur saja, walaupun keduanya sama-sama mabuk, tetap saja Yoga tampak jauh lebih unggul untuk memberikan hantaman demi hantaman kepada Tono. Tono semakin kehilangan kesadaran.Walaupun sudah mendapatkan serangan bertubi-tubi dari Yoga, tidak lantas membuat Tono menyerah dari Yoga. Tono justru semakin berniat untuk menghabisi Yoga. Dilihatnya oleh Tono sebuah pisau tergeletak bebas di atas meja, entah habis digunakan untuk apa, tapi ada pisau di sana. Tanpa ragu Tono segera meraih pisau tersebut.Dengan gelap mata, semuanya pun terjadi dengan cepat.JLEB!Pisau tersebut berpindah posisi. Tono berhasil menusukkan pisau tersebut menembus tubuh Yoga.Tidak puas dengan satu kali tusukan, Tono menusuk beberapa kali tubuh Yoga hingga Yoga akhirnya tak sadarkan diri.Suara teriakan para wanita yang melihat kejadian tersebut sontak membuat para warga sekitar yang berada di sana langsung berdatangan mel

  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   bab 134

    “Apa, Stroke?” Mutia begitu terkejut setelah mendengar diagnosa dokter terhadap ibu mertuanya.“Iya, kemungkinan itu yang terjadi setelah kami memeriksa kesehatan Pasien tadi,” ucap sang dokter. “Tapi untuk mengetahui lebih dalam apa penyakitnya, kita memerlukan waktu lebih.”Mutia mulai tampak kebingungan. Kabar tidak enak ini terlalu mendadak untuk ia tanggung sendiri. “Tapi ibu mertua saya akan sembuh kan, Dokter?” tanya Mutia penuh harap.“Kemungkinan sembuh ada, tapi mungkin tidak sesehat sebelumnya,” jawab sang dokter. “Sebaiknya kita berdoa saja semoga Bu Leha cepat sadar dan pulih kembali.”Sudah kurang lebih dua jam Mutia menunggu mertua kejamnya itu di rumah sakit. Sudah berulang kali Mutia mencoba menghubungi suami dan iparnya, tapi tetap tidak ada yang menjawab. Lelah, capek, sakit hati, semua Mutia rasakan saat ini. Ingin rasanya Mutia berteriak sekencang mungkin mengeluarkan semua beban yang terasa di dalam dada. Tapi apa daya, Mutia tidak bisa melakukan semua itu. Mut

  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 133

    "Sialan! Kau sembunyikan dimana uangku, Mutia!" pekik wanita paruh baya itu saat tak menemukan apa yang ia cari di segala tempat. "Mutia nggak ambil uang milik Ibu ....""Halah! Nggak usah bohong kamu! Balikin uangku!" Sang ibu mertua melangkah mendekat ke arahnya dengan tatapan tajam. Seketika perasaan Mutia menjadi tak enak. Hingga jantung pun terasa seperti berdegup lebih kencang.Rasanya ingin melawan, tapi entah mengapa tenaga seperti sudah hilang. Apa ini karena Mutia masih menghormati orang tua suaminya itu? ataukah Mutia hanya berlarut dalam rasa bersalah, dan ini harga yang harus ia bayar?Mutia hanya bisa terus berusaha memberontak tanpa melawan. Air mata yang menetes pun seperti tidak akan membuat Ibu mertuanya iba akan kesakitannya. Kini semakin jelas Mutia merasa sebegitu hina dirinya di mata mertuanya, padahal setiap hari Mutia rasanya sudah cukup berkorban menahan hati melayani keluarga ini. Apa tidak sudah ada rasa kasihan, atau rasa iba kepada dirinya?“Bu, sakit Bu

  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 132

    Kedua telapak tangan Mutia terbuka dan terangkat sebatas dada. Dengan bibir bergetar, ia ucapkan permohonan ampun pada Sang Pemilik Kehidupan setelah ia lakukan beberapa rakaat shalat taubat. "Ampuni hamba, Ya Allah. Ampuni Hamba ...." Suara itu bergetar dengan tubuh yang terguncang. Air mata terus bergulir dengan begitu derasnya. Hingga menciptakan jejak-jejak air mata di wajahnya. Air mata itu terus keluar, sebagai bentuk penyesalan yang teramat dalam. Belasan menit ia memohon ampun, ada rasa kelegaan tersendiri yang dirasakan oleh Mutia."Ha ha ha, apa yang kau lakukan, Mutia?" Suara tawa terdengar begitu menggema. Suara yang berasal dari Yoga yang baru saja membuka pintu kamar lalu melihat sang istri sedang bersujud dengan balutan mukena di tubuhnya. Mutia langsung mengangkat kepalanya. Ia duduk lalu menolehkan kepala ke arah sang suami yang terus tertawa. Mutia tau, dia telah ditertawakan oleh sang suami. "Tumben sekali kau sholat? Apa kau sadar jika dirimu penuh dengan dos

  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 131

    Sinar matahari menerobos masuk melalui celah-celah jendela. Lelaki yang masih terbuai dengan mimpi itu menggeliat pelan, mengusap wajahnya lalu mengangkat kedua tangannya ke atas. Guna merenggangkan otot-otot di tubuhnya yang terasa begitu kaku. Setelahnya, pandangan Yoga beralih pada jam yang menggantung di dinding kamar, yang saat ini sedang menunjukkan pukul sembilan pagi. Wajar saja jika jam sembilan Yoga baru terbangun, sebab hampir setiap malam ia pulang dari warung janda genit hingga sampai pukul satu larut malam. Yoga melangkah menuju ke pintu. Meraih gagang pintu lalu menekannya dengan malas lalu mendorongnya perlahan. Lelaki itu melangkah menuju ke dapur tanpa ke kamar mandi terlebih dahulu. Walau hanya sekedar mencuci muka, Yoga enggan melakukannya. Dibukanya tudung saji. "Makanan macam apa ini?!" Yoga menghempaskan tudung saji dengan kasar. Hingga terpental di atas meja lalu terjatuh. Yoga merasa kesal, sebab hanya ada tempe goreng dan juga sambal bawang. Ya, hanya

  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 130

    KUGADAI HARTA SUAMI YANG BERSELINGKUHBAB 70Yoga mencebik tapi kemudian pria itu memberikan selembar uang berwarna hijau dengan nominal 20.000 rupiah pada Mutia. "Udah itu aja cukup. Jangan banyak-banyak kamu pegang duit biar gak ngelunjak!" Setelahnya, Yoga pun pergi meninggalkan Mutia yang sudah lemas karena di tangannya kini hanya tersisa uang dua puluh ribu saja. "Ya Allah, uang segini dapet apaan? Untuk beli beras buat makan orang satu rumah aja kurang," gumam Mutia yang menatap perih uang berwarna hijau di tangannya itu. Ia merutuki kebodohannya kenapa uang itu tidak ia masukkan saja ke dalam pakaian dalamnya atau seperti yang dikatakan Ira kalau ia meminta pak Sodik untuk menunda memberikan uang gajinya. Ah, tiba-tiba Mutia muncul sebuah ide. Dalam benaknya terlintas kalau dia akan meminta pak Sodik untuk mengurangi jumlah uang yang pak Sodik berikan padanya. Dan dari situ nanti Mutia akan mengaku saja dia sekarang hanya dibayar sebanyak tiga puluh ribu saja. Mau percay

  • Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh   Bab 129

    KUGADAI HARTA SUAMI YANG BERSELINGKUHBAB 129Mutia memandang Ira dengan nanar. Bibirnya lantas kembali berkata, "Tapi kita kan gajiannya perhari gimana caranya aku kumpulin uang buat bayar kos kalau setiap aku pulang suamiku selalu nanya mana uang hasil kerja hari ini?"Senyuman pun terbit di kedua sudut bibir Ira. "Aku tahu caranya. Sini aku bisikin." "T-tapi gimana kalau Mas Yoga menanyakan soal uang gajiku yang setiap harinya diberikan sama Pak Sodik? Belum lagi sama Ibu mertua dan Kakak ipar pasti mereka semakin menyudutkanku." "Haduh Mutia ayolah, kalau bukan kamu yang merubah kondisimu lalu siapa lagi? Kamu harus keluar dari keluarga toxic seperti itu. Tidak mungkin kamu terus-terusan berada di sana yang ada mereka. Bukan semakin menghargaimu tapi malah semakin menginjak-injakmu." "Tapi, Ir, aku takut kalau Mas Yoga berlaku kasar padaku lagi." "Astaga Mutia. Kenapa mesti takut sih. Bukankah kamu ini orang kota? Seharusnya cara berpikirmu jauh lebih maju dong daripada aku.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status