"Bawa Sari sekarang. Kalau anaknya mau memberi keterangan silakan ke kantor juga. Ini bukan hanya tentang percobaan pembunuhan atas nama Rio. Tapi ... liat saja sendiri laporannya. Kalau dia mau ikut, silakan juga bawa suami saya itu ke kantor polisi, dengan status telah menelantarkan anak dan istrinya tidak menafkahi kemudian bersenang-senang dengan wanita yang tidak jelas statusnya, itu isi laporan saya berikutnya," ucapku pada polisi tersebut membuat mata Bang Rio terbelalak kaget.Hmm. Jangan macam-macam dengan Rumi! aku tersenyum dalam hati. Polisi memborgol tangan Tante Sari. Kinanti melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Apa dia kira aku gadis lugu yang bisa seenaknya ditindas mertua kayak di film ikan terbang, oh no! apalagi Sari bukan ibu kandung suamiku.""Kau menampakkan wujud aslimu, Rumi. Sekarang Rio tau, kau siapa?" ucap Kinanti menunjuk mukaku dan aku tertawa terbahak-bahak."Ya, sebentar lagi memang Rio akan tahu siapa istrinya ini dan kau tau, Kinan! setel
Sari tidak bisa membantah, sehingga harus merelakan dua tangannya diborgol kemudian polisi menggiringnya ke dalam mobil yang sudah disediakan. "Maafkan aku Tante, ini balasan setimpal untuk Tante psikopat yang hanya tau uang tanpa tau capeknya mencari uang itu." Aku bermonolog dalam hati. "Beres Kinanti, sekarang siapa lagi yang mau di eksekusi berikutnya?" tanyaku tersenyum pada mereka semua. Bang Rio mendekat. Aku mundur menjauh! "Sabar, Sayang! ada kejutan manis lagi buat keluarga ini, nanti saja kita lepas kangen. Lagian istrimu ini masih ingin menguji kedalaman cintamu, bagaimana saat dihadapkan dua pilihan keluarga, satu sok baik, mengaku mengasuhmu sedari kecil atau istrimu yang telah melahirkan dua anak untukmu!" Aku berucap dalam hati sambil memasang muka innocent pada Bang Rio. Langkah berikutnya, merealisasikan rencana kedua. "Rena Arumi! mari kita sapu jagad warisan suamimu!" ucapku membatin tertawa kecil sambil memasang senyum smirk. Titt. Ponselku berdering. Hen me
Betapa terkejutnya aku saat melihat ke mana Hen pergi. Dan saat melihat siapa yang ia temui aku semakin kaget. “Apa tidak salah? Kinanti dan Hen saling mengenal?” tanya tante Yuni. Aku mengendikkan bahuku. Sekarang aku paham siapa musuh dalam selimut, sama sekali tidak menyangka kalau ini ada hubungannya dengan Hen? apakah cinta telah membutakan matanya? aku tau dia mencintaiku tetapi beberapa bulan terakhir ia sudah menunjukkan gelagat move on, bahkan Hen memilih gadis untuk ia nikahi setelah beberapa bulan pacaran, meskipun aku tahu pernikahan itu gagal tapi pasti benih cinta sudah pernah ada di antara mereka.Apakah sebenarnya Hen belum benar-benar move on?“Tidak tahu juga, Tante. Aku tidak tahu kalo sebelumnya mereka saling mengenal dan akrab seperti ini," jawabku dengan menghela nafas, terasa sedikit sesak. Aku hanya bisa menarik napas panjang saat melihat Tante Sari ada bersama Hen dan Kinanti. Rupanya Kinanti sudah membebaskan wanita itu. Aku yakin jika mereka sudah membay
Hari ini aku dan tante Yuni pergi ke kantor poliso, memberi berkas pelaporan atas nama Kinanti dan Om Budiman serta Sari.Aku sengaja membuat si pelapor adalah tante Yuni, Alhamdulillahnya adik ibuku itu tidak keberatan. Dia pun sama sekali sangat antusias alias gregetan ingin memasukkan Sari ke penjara, si tukang fitnah, bahkan Tante Yuni dan Om Santoso dulu sudah mendaftarkan nama mereka di kantor KUA, nama itu diganti oleh si cecunguk Sari. Nama Tante Yuni kujadikan sebagai pelapor tentu saja punya tujuan, pertama agar Kinanti heran dan mereka bertanya-tanya, mengapa tante Yuni sebagai pelapor? Mengapa Om Santoso membiarkan istri keduanya itu mengadukan istri pertama.Selain itu, aku juga sengaja membuat Tante Sari naik darah karena secara dia menuduh Tanteku sebagai pelakor, padahal semua sudah tahu ceritanya.Tante Yuni itu bukan pelakor tetapi tumbal dari fitnah yang dilancarkan Tante Sari untuk menggaet Om Santoso. Sebelum Wanita lugu bertahun lalat di hidung itu bertolak menja
Bang Rio memelukku dengan kencang. Dan ia pun mulai menangis. Aku hanya bisa menepuk-nepuk pundaknya mencoba untuk menenangkannya.“Sudahlah, Bang. Malu kalau abang menangis di sini. Lebih baik kita pulang. Memangnya Abang mau menginap di sini?” ujarku setengah bercanda.Di luar dugaan, Bang Rio malah bersujud dan memeluk kakiku, tentu saja aku berusaha menghindar.Tetapi, semakin aku berusaha menghindar semakin erat pelukan Bang Rio di kakiku.“Maafkan Abang, Dek. Selama ini, Abang pikir jika orang-orang di sekitar Abang tidak pernah berniat mencelakai Abang. Bahkan, Abang sempat tidak percaya kalau mama juga sangat jahat dan memiliki rencana untuk membunuh Abang. Maafkan Abang sudah tidak percaya kepadamu,” kata Bang Rio kepadaku.Aku meraih tangan Bang Rio, kemudian memaksanya untuk berdiri. Tidak enak kan kalau ada yang melihat, nanti dikiranya aku sedang menganiaya suamiku sendiri.“Sudah Bang, jangan menangis seperti ini. Malu badan besar tapi menangis seperti balita. Apa tidak
Sore itu Bang Rio kembali ke kota bersamaku. Kami menjemput Alya dan Revo yang selama beberapa hari tinggal bersama ibuku.“Kita mau ke mana Rum?” tanya Bang Rio kepadaku, aku hanya tersenyum penuh arti.“Ya jelas mau pulanglah, Bang. Emangnya mau ke mana? tanyaku kepada Bang Rio, alih-alih menjawab pertanyaan yang sebelumnya ia lontarkan.“Loh, Abang ini kan tanya Dek.Ini rasanya bukan jalan ke rumah kontrakan kita,” kata Rio lagi.“Aku punya kejutan untuk Abang. Jadi Abang nggak usah rewel.”Rasanya aku tidak sabar memberikan kejutan kepada suamiku. Dia pasti sangat senang sekali kalau kami sudah memiliki rumah sendiri.Aku memang sengaja tidak memberitahukan kepada Bang Rio, kalau sekarang ini kami sudah memiliki rumah sendiri. Karena aku ingin memberikan kejutan kepada suamiku yang tampan dan Budiman itu.Sesampainya di halaman rumah, Bang Rio mengerutkan dahi saat melihat kedua anak kami berlari menyambut kami bersama ibu.“Hore! Papa sama Mama pulang!” teriak Alya.Aku langsung m
"Tidak Rum. Abang tidak setuju, pokoknya kamu harus mengembalikan uang modalnya kepada Hen. Kita semua tahu kalau sahabatmu itu sudah menghianatimu. Bahkan ingin melenyapkanmu juga, bukan? Jadi, lebih baik kita tidak memiliki hutang budi apapun kepadanya. Abang mau kamu mengembalikan semuanya. Abang berjanji Rumi, kalau abang nanti akan mengganti semua uang kamu. Termasuk juga uang pembelian rumah ini, Abang akan menggantinya,” kata Bang Rio kepadaku.“Tapi, tunggu Bang. Bukankah selama ini juga Hen sudah merugikan kita? Ya anggap saja uang pemberiannya ini adalah kompensasi karena kejahatan yang sudah dia lakukan,” ujarku. Tetapi, Bang Rio menggelengkan kepalanya. Sepertinya hati malaikat suamiku ini kumat. Aku tahu betul pribadinya, Bang Rio tidak akan pernah membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan juga. Kalau perlu dia akan tetap bersikap baik kepada orang-orang yang sudah menjahatinya.“Dia memang jahat, tetapi kita juga tidak boleh membalas ke
Dengan berbekal alamat yang diberikan oleh ibuku, aku dan Bang Rio bertekad untuk mencari kebenaran dari keluarga Bang Rio. Bukannya kami gila harta, tetapi kami hanya memperjuangkan apa yang menjadi haknya Bang Rio.“Apa menurutmu kita akan berhasil, Rumi?” tanya Bang Rio.“Ya kita jangan pesimis, Bang. Kita harus optimis dulu. Kita hadapi saja berdua, bukankah selama ini kita ada apa-apa juga saling bahu-membahu. Jadi, Rumi yakin kalau sekarang juga kita pasti bisa melewatinya. Asalkan kita bersama-sama, ingat Bang bersatu kita teguh bercerai kita runtuh,” kataku dengan penuh semangat.“Kamu udah kayak pasukan demonstrasi aja, Rum., Ya udah sekarang kamu udah siap belum? Anak-anak sama siapa?Ibu nggak masalah ya kalau kita titipin anak-anak terus menerus?” kata Bang Rio.“Kalau ibu masalah, dari kemarin-kemarin Ibu udah protes. Buktinya Ibu baik-baik aja tuh. Selama beberapa lama aku di kampung aja Ibu nyaman-nyaman aja menjaga Revo sama Alya. Abang nggak usah khawatir,” kataku.Set