Share

Keranda Kosong

Sudah lebih setengah jam, Lala meringkuk di atas sofa menahan sakit seorang diri. Anehnya, tubuhnya makin meriang dan tak membaik. Bukankah jika pertanda hamil, sakitnya sebentar-sebentar saja?

"Apa masuk angin, ya?" keluhnya sembari merapatkan selimut yang menutup seluruh badan dan hanya menyisakan kepala.

Ia melirik ke arah jam dinding yang berdetak dan menjadi satu-satunya sumber suara di ruang apartemennya.

"Kenapa Mas Sultan lama sekali? Apa dia tidak bisa ke mari? Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang lebih penting dariku sekarang? Tega kamu, Mas," ucapnya bertanya -tanya, menahan sakit dalam kesendirian.

Saat mengangkat kepala dan melihat ke arah ponsel di meja sampingnya, benda pipih itu masih juga belum ada tanda-tanda akan menyela. Perempuan itu mulai gusar.

"Huek!"

__________

“Huft! Syukurlah!”

Sultan membuang napas lega karena pesan yang masuk dari Dea –adiknya adalah lokasi yang ditunggu –tunggu. Ia pun bergegas kembali mendekati sopir yang masih duduk di kursi kemudi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status