Home / Romansa / Kubawa Benihmu, Mas! / 111. Lantai Dansa

Share

111. Lantai Dansa

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2024-02-14 23:45:16

Ni Luh menatap Bagaskara penuh tanya, wanita seakan tidak percaya dengan pendengarannya. Lelaki yang biasanya dingin kini melempar kalimat yang lembut. "Tidak salahkah, Kak?"

Bagaskara tersenyum masih mengulurkan telapak tangannya, "Mari!"

Ni Luh pun menerima uluran tangan suaminya yang baru saja sah beberapa menit yang lalu. Bagaskara terlihat lincah memeragakan gerakan dansa ala negara barat, Ni Luh pun bisa mengimbangi setiap gerakan prianya.

Ketika musik mengalun sendu, kedua mata Bagas membulat menatap adegan mesra yang dihadirkan Sarita dan Sagara. Lelaki itu pun semakin mempererat pelukannya pada pinggang ramping istri sah. Ni Luh merasakan kehangatan yang disajikan Bagas malam ini, dia begitu menikmati.

Sementara Sarita sesekali terlihat sedikit mengurai pelukan Sagara, tetapi bisikan pria itu mampu menolak keputusannya. "Ikuti permainanku jika semua urusanmu segera beres, Sari!"

"Tetapi tidak begini juga, Saga. Ini sama hal nya kau curi kesempatan dalam kesempitan," dengus
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kubawa Benihmu, Mas!   112. Selesai

    Suasana yang syahdu begitu memenjarakan semua hasrat dan rasa hingga hingar bingarnya begitu nyata. Sarita masih mengikuti arahan dari Elfrada hingga pandangannya melihat sebuah mobil hitam legam berhenti di seberang jalan. Pintu mobil dibuka dan turunlah sosok wanita muda yang dikenal oleh Sarita. "Nyonya!" Aulia berlari mendekat pada Sarita lalu menerima tubuh Alifian yang terlihat lemas. "Ada apa dengan tubuh Den Alif?""Bawa langsung ke klinik, periksa secara detail. Aku khawatir pria atau wanita tua itu memasukkan sesuatu pada pembuluh Alifian. Segera, Aul!"Aulia mengangguk lalu membawa tubuh Alifian masuk ke mobil. Tanpa menunggu mobil itu berjalan, Sarita segera berbalik badan dan berjalan cepat menuju ke tempat acara. Dia tidak mau berlama-lama menghilang, ada rasa was-was yang mulai menyapa relung hatinya. Langkah panjang membuat wanita itu segera sampai dan terlihat helaan napas lega. Dia pun segera mencari keberadaan Sagara. Senyumnya mengembang kala dilihatnya Sagara se

    Last Updated : 2024-02-15
  • Kubawa Benihmu, Mas!   113. Kacau

    Suara Anne memenuhi ruang pesta, seketika para tamu saling berbisik. Disaat semua sedang memerhatikan Anne, Sarita menelusup di antara kerumuman orang. Bahkan Anne sendiri tidak bisa melihat pergerakan Sarita hingga wanita itu sudah berhasil keluar dari gedung pernikahan. "Kalian ada dimana?" Sarita berbicara melalui sambungan nirkabel yang menghubungkan dengan orang kepercayaannya. "Aulia sedang menuju ke ruang laborat Dokter Abraham, aku yang Elfrada dan Imanuel masih stay di depan. Segera keluar sudah ada Maybach menunggu."Mendengar informasi dari Elfrada, Sarita pun memanggil Sagara melalui sambungan itu. Namun, belum selesai kalimatnya lengan kanannya sudah ditarik seseorang ke tempat yang lebih gelap. Sarita sedikit berjingkat akibat kaget tetapi untungnya tidak sampai mengeluarkan suara sehingga tidak membuat curiga para tamu yang menghambur keluar dari gedung. "Diam dulu di sini, penjagaan mulai ditingkatkan!" Terdengar suara yang sangat familiar menyapa cuping Sarita seh

    Last Updated : 2024-02-16
  • Kubawa Benihmu, Mas!   114. Tuntas

    Arti yang merasa ditekan oleh tatapan Anne dan Bagas hanya mencengkeram ujung bajunya dan menundukkan kepala. Ni Luh pun mengerti dengan sikap pelayannya itu, maka dia mengusap lembut punggung telapak tangan Arti yang dingin. "Katakan saja siapa yang melakukan semua ini?""Saya tidak kenal mereka, Nona. Yang pasti ada dua orang yang saling bekerja sama. Yang perempuan masuk ke kamar ini sambil menyandera saya hingga terikat di sini. Sedangkan yang lain sebagai pemandu jalan." Arti memberi jawaban tanpa ragu. "Kalian bisa dengar sendiri semua kronologinya, jadi jangan salahkan pelayanku!" geram Ni Luh. Anne mengeram, dia seakan masih tidak percaya dengan keterangan Arti. Lalu wanita paruh baya itu pun mengeluarkan ponselnya dan menscroll mencari sesuatu. Setelah mendapatkan gambar segera layar ponselnya dihadapkan pada Arti, "Apa ada diantara dua orang ini datang?"Arti menatap lebih intens, lalu dia menggeleng pasti. "Bukan mereka, Madam."Anne menarik ponselnya lalu memasukan dalam

    Last Updated : 2024-02-16
  • Kubawa Benihmu, Mas!   115. Alifian Selamat

    Mobil melaju dengan kecepatan yang sedang, jalanan Kota Semarang yang lengang hingga memudahkan Maybach hitam segera sampai di rumah sakit tempat Alifian dibawa oleh Aulia. Sarita pun segera membuka pintu mobil begitu mesin sudah berhenti di parkiran. "Sari, tunggu!"Namun, perempuan yang dipanggilnya pun sudah tidak memedulikan. Sagara pun mendesah lirih, dengan gerak yang malas pria itu pun membuka pintu dan melangkah mengikuti Sarita. "Mbak, dimana ruang Dokter Abraham?" Sarita berdiri di meja resepsionis untuk menanyakan keberadaan putranya. "Lurus saja, Bu. Nanti ada petunjuk jalan!""Terima kasih!"Sarita pun segera melanjutkan langkahnya menuju arah yang disarankan oleh pegawai tersebut hingga langkahnya terhenti di depan pintu bertuliskan nama Dokter Abraham. Sarita mengetuk pintunya hingga tidak kali baru terdengar langkah mendekat. Beberapa saat pintu terbuka dan muncul wajah wanita muda, "Mari silakan masuk, Nyonya!"Pintu terbuka lebar hingga membuat Sarita leluasa mas

    Last Updated : 2024-02-17
  • Kubawa Benihmu, Mas!   116. Belum Berakhir

    Setelah berpamitan dengan Abraham, Sarita pun melangkah menyusuri lorong untuk menyusul langkah sagara. Namun, saat melewati apotik pandangannya terhenti pada sosok Aulia yang sedang duduk di kursi antrian. Maka, dia pun memilih menghampiri asisten sekaligus sopir pribadinya. Langkahnya yang mantap dan elegan harus terhenti kala Elfrada terlihat menghampiri gadis itu juga. Untuk sesaat Sarita berdiri diam menatap interaksi kedua bawahan Sagara. Setelah merasa yakin bahwa kehadirannya nanti tidak mengganggu mereka Sarita melanjutkan langkahnya. "Aulia!""Nona!" Aulia dan Elfrada berpaling menatap dan menyapa bersamaan. "Mengapa kalian ada di sini dalam satu waktu?"Aulia menatap Elfrada dan nonanya bergantian, kemudian bahunya terangkat membuktikan jika dia sendiri juga tidak mengerti. Elfrada tersenyum, lalu jemarinya meraih jemari Aulia dan menatap lembut wanita itu. Aulia yang melihat sikap Elfrada menjadi melotot tidak terima, lalu pandangannya menatap penuh harap pada Sarita. "

    Last Updated : 2024-02-19
  • Kubawa Benihmu, Mas!   117. Sore Yang Lelah

    Anne terlihat begitu kecewa dengan apa yang sudah terjadi, dia sama sekali tidak mengira jika Sarita begitu berani menerobos rumah menantunya. "Wanita tidak tahu diuntung, anak dan ibu sama!"Umpatan demi umpatan keluar begitu saja dari bibir seksi wanita paruh baya. Merasa sedikit berkurang, Anne pun keluar dari ruang kerjanya dan langsung menuju ke garasi. Dia segera meninggalkan rumah menantunya itu dengan membawa mobil sport warna merah. Kendaran roda empat mulai melaju membelah kota Semarang. Untuk menghilangkan kebosanan, Anne pun membuka jendela dan mulai menyalakan rokok. "Mungkin aku harus merilekskan otak lebih dulu!"Mobil semakin melaju dengan kecepatan yang tinggi. Satu jam kemudian mobil pun sampai di sebuah kelab malam. Dengan langkah pasti, Anne menuju ke pintu masuk. Hanya dengan menunjukkan kartu langganan vvip. Langkah wanita itu terus maju tanpa banyak komentar, tatapannya melihat ke seluruh ruang utama. Terlihat sosok Fedrik, dia pun menghampiri pria berusia sen

    Last Updated : 2024-02-20
  • Kubawa Benihmu, Mas!   118. Sebuah Janji

    Sinar mentari menerobos kamar bernuansa biru laut dengan hiasan beberapa mainan mobil dan motor sport. Alifian menggeliat, ibu jarinya mengusap kedua mata. Dia pun duduk di tepian ranjang, "Rupanya sudah pagi. Aku harus sekolah!"Pria kecil itu akhirnya segera turun dan langsung berjalan menuju ke kamar mandi. Tidak butuh waktu lama untuk dia membersihkan tubuh dan berpakaian hingga suara ketukan di pintu dia sudah siap. Perlahan Alifian membuka pintu dan mengembangkan senyumnya kala melihat wajah sang bunda, "Alif sudah siap untuk sarapan, Bun!""Bagus, ayo segera kita turun. Nenek Marni sudah menunggu sejak tadi!"Alifian mengangguk lalu membiarkan bundanya jalan lebih dulu, dia masih harus mengambil tas sekolah dan memakai sepatu. Sarita tersenyum dan menganggukkan kepala. Alifian segera memberesi semua buku yang berserakan di meja belajar lalu memakai sepatunya. Setelah mematut diri pada cermin, Alifian mulai melangkah keluar dari kamarnya menuju ke lantai satu. Langkah kecilny

    Last Updated : 2024-02-21
  • Kubawa Benihmu, Mas!   119. Alifian Berkunjung

    Bagaskara masih diam termangu menatap wajah istrinya, dia tidak habis pikir dengan kenyataan bahwa dirinya telah dijual oleh ibunya sendiri dengan alasan perusahaan sedang kolaps. Cukup lama Bagaskara diam menikmati sarapannya, otaknya terus mencari jawaban atas kisah hidupnya. "Jangan banyak melamun, Kak. Nikmati saja yang ada!""Benar"Karena sarapannya sudah selesai, Bagaskara berdiri, dia berniat untuk melangkah pergi ke kamar guna persiapan ke kantor. Langkahnya terhenti saat cupingnya mendengar suara bel. "Kakak lanjut saja berbenah untuk ke kantor, biar Ni Luh yang buka pintu!"Bagaskara tidak menjawab, langkahnya kembali bergerak menuju ke lantai dua. Sedangkan Ni Luh melanjutkan ke pintu utama berniat membuka pintu. Kedua bola matanya membeliak tidak percaya dengan kehadiran Alifian bersama Sarita. "Masuklah!""Tidak perlu, Tante. Alif hanya ingin bicara sebentar dengan Ayah, apakah dia masih ada?"Ni Luh tersenyum lalu membuka kedua bilah pintu agar terlihat lebar. "Baiklah

    Last Updated : 2024-02-22

Latest chapter

  • Kubawa Benihmu, Mas!   158. Akhir Sebuah Kisah

    Sarita terbangun masih dalam pelukan Sagara, bahkan sinar mentari pagi sudah menyapa lembut kulitnya. Dia sedikit terkejut saat ujung kakinya tersentuh oleh buih air. "Dimana aku?""Sudah bangun? Lihatlah, sinar jingga menghiasi langit timur!"Sarita bangkit dari posisinya, dia berdiri menatap sinar jingga sambil merentangkan kedua lengannya. Dadanya terlihat naik perlahan menandakan sedang menghirup udara. Sagara ikut berdiri dan berjalan mengikis jarak, lalu dipeluknya tubuh Sarita dan berbisik, "Bagaimana dengan tawaranku semalam, Sayang?"Sagara meletakkan kepalanya pada ceruk lerer Sarita dan mulai menghidu aroma yang sudah membuatnya candu. Telapak tangan Sarita pun bergerak mengusap kepala Sagara. Wanita itu menyunggar surai rambut sang lelaki, kemudian menekannya lembut. Sarita merasa nyaman dengan setiap sentuhan Sagara, tetapi sisi hatinya yang lain masih enggan untuk menyambut cinta yang ditawarkan. "Akankah kau selalu ada untukku?" tanya Sarita lembut. Tidak ada jawaba

  • Kubawa Benihmu, Mas!   157. Putusan Sidang

    Di antaranya bukti keterlibatan Madam Anne atas kematian Alinsky Waluyo. Meskipun dari hasil pemeriksaan, Alinsky dinyatakan meninggal karena kecelakaan tunggal.Akan tetapi, pada fakta yang ditemukan, Alinsky meninggal karena luka parah yang dideritanya setelah kecelakaan yang dialaminya, dan yang lebih mengejutkan ternyata kecelakaan tersebut dipicu karena rem blong sebab tali rem mobil Alinsky telah dipotong. Tidak hanya itu saha, Madam Anne bahkan memerintahkan seseorang untuk membuat sebuah rekaman palsu yang menceritakan bahwa Alinsky pergi dari rumah Pradipta dengan seorang pria. Kemudian dengan segala tipu daya dan rayuan, Madam Anne pun mendekati Pradipta yang tengah terluka dan kehilangan Alinsky serta calon anak yang masih berada di kandungan Alinsky untuk selamanya. Pradipta yang merasa kecewa dengan sikap Alinsky pun perlahan mulai termakan omongan Madam Anne muda dan bersedia menikahi Madam Anne beberapa bulan setelah kepergian Alinsky yang tanpa kabar tersebut.Yang

  • Kubawa Benihmu, Mas!   156. Fakta Baru

    Sarita terdiam, wanita itu menatap pada Sagara begitu juga sebaliknya. Hanya Alifian yang terlihat asyik sendiri tanpa beban. Kemudian dia beranjak meninggalkan kedua orang dewasa menuju ke teras rumah. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang guna memastikan apakah keduanya sudah berjalan. Namun, hingga kaki kecil sampai di ambang pintu kedua orang dewasa belum juga terlihat membuat Alifian berteriak memanggil bundanya. "Sebaiknya kita antar dulu putra kamu itu, Sari. Setelahnya baru ke butik bahas lebih lanjut," kata Sagara sambil meraih jemari Sarita dan menautkan pada jemarinya. Sarita terdiam mengikuti semua pergerakan Sagara wanita itu sama sekali tidak menolak ataupun menghindar. Hingga sampai di depan Alifian pun tautan jemari mereka tidak terlepas. "Masuklah bersama Alif di belakang, Sari!"Sarita segera masuk menyusul putranya dan duduk di samping Alifian. Pria kecil menatap bundanya sekilas lalu berpaling ke samping melihat jalanan yang mulai padat. Mobil berjalan perlaha

  • Kubawa Benihmu, Mas!   155. Kapan Menikah

    Tangan kanan Sagara mengepal erat, sebuah bogem mentah sudah hendak dihadiahkannya untuk Bagaskara. Namun, diurungkan karena ada jemari lentik yang menghentikan niatan tersebut. Sagara memalingkan wajah ke samping. Tampak pemilik jari tersebut menggelengkan kepala sambil menyuguhkan senyum lembut yang mampu melelehkan hatinya. Emosi Sagara seketika menguap begitu saja, sementara Bagaskara semakin merasa geram karena mantan istri malah memberikan senyum terbaik pada laki-laki selain dirinya. Gelap mata! Itu yang dirasakan Bagaskara saat ini. Penuh emosi, Bagas menarik bahu pria yang lima tahun lebih tua tersebut. Giginya gemeretuk, rahangnya mengencang, mata pun sudah memerah, dan detik berikutnya ... Bugh! Bagas meninju rahang Sagara yang langsung terhuyung. Sungguh beruntung, pengendalian keseimbangan pria itu cukup baik sehingga dia tidak sampai terjatuh hanya sedikit oleng saja. Sagara ingin membalas Bagas, tetapi Sarita dengan cepat menarik tangan Sagara. Sambil memberikan s

  • Kubawa Benihmu, Mas!   154. Suasana Memanas

    Aknat dan Bagas refleks saling bertukar pandang saat mendengar pertanyaan hakim ketua. Apa maksud hakim ketua dengan mempermainkan? Kenapa lelaki jelang senja itu bisa berkata demikian? Jangan-jangan .... Didorong oleh rasa penasaran, Aknat pun bermaksud kembali maju untuk memeriksa ulang apakah ada kesalahan yang tidak disengajanya saat menyerahkan bukti ketidakberesan Sarita sebagai ibu. Akan tetapi, baru saja mengangkat tubuhnya dari kursi, ketua majelis hakim yang terhormat sudah mengangkat tangan -- melarangnya untuk maju. Akhirnya, dengan penuh kebingungan, Aknat menuruti perintah ketua majelis sidang. Sambil bertanya-tanya, Aknat menatap hakim ketua dan Bagaskara bergantian. Pemuda itu bahkan hanya bisa mengedikkan bahu ketika Bagaskara menanyakan hal tersebut padanya. Ketua majelis hakim yang terhormat masih menatap Aknat dan Bagaskara dengan tatapan tajam penuh kemarahan. Pria yang sudah berprofesi menjadi hakim selama dua puluh tahun tersebut merasa terhina. "Apa maksud

  • Kubawa Benihmu, Mas!   153. Berkas

    Keesokkan paginya tidak jauh dari sebuah rumah mewah bercat putih, tampak sebuah city car berwarna hitam. Pengemudi city car tersebut tampak serius mengamati rumah mewah yang dijaga ketat oleh seorang petugas keamanan. "Aku harus bisa masuk ke rumah itu untuk mencari berkas-berkas penting yang mereka sebutkan kemarin. Hanya saja bagaimana ya caranya?"Pemuda tersebut memutar otaknya -- mencari cara agar dia bisa masuk ke dalam rumah mewah dan menjalankan misinya tanpa ketahuan oleh penghuni rumah. Dia pun memeriksa seluruh penjuru mobilnya. Elfrada mengobrak-abrik seluruh isi dashboard mobil dan menemukan dua buah benda yang diyakini bisa membantu meloloskan niatnya masuk ke dalam rumah target. Dengan keyakinan penuh, lelaki tersebut mempersiapkan diri. Setelah semua siap, dia kembali mengawasi rumah mewah yang hanya selisih dua rumah dari tempatnya. Beberapa menit kemudian, tampaklah sebuah mobil mewah dan elegan berwarna silver metalik keluar dari halaman rumah tersebut. Dengan

  • Kubawa Benihmu, Mas!   152. Sosok Yang Lain

    Pria muda berkaca mata hitam itu segera meluncur pergi dari depan rumah Bagaskara, dengan kecepatan tinggi pemuda tersebut memacu kendaraan roda empat yang dikemudikannya. Di tengah perjalanan pria itu menelepon seseorang, "Bos, tadi saya sempat mencuri dengar pembicaraan antara Bagaskara, istrinya, dan kedua pengacara mereka melalui sebuah penyadap. Saya mendengar mereka mempunyai sebuah bukti yang akan bisa dipakai menekan dan mengalahkan Nyonya Sarita di pengadilan.""Bukti apa dan siapa yang membawa bukti tersebut?" tanya lawan bicara pria muda yang ditugaskan menjadi kata-kata tersebut. "Saya masih belum mendapatkan informasi bukti seperti apa yang dimaksud, hanya saja saya tahu siapa yang sudah menyimpan bukti tersebut." Info pemuda tersebut sambil terus mengemudikan kendaraan roda empatnya. Sementara itu, di tempat lain lawan bicara pria muda tersebut tampak sedang memikirkan strategi apa yang akan diambilnya untuk menghancurkan Bagaskara dan istrinya, Ni Luh. Sosok tersebu

  • Kubawa Benihmu, Mas!   151. Awal Sidang

    "Tenang, Tuan Bagas. Bersantailah sedikit, tidak perlu seemosi itu. Saya hanya bertanya saja pada Anda. Apakah Anda yakin dengan keinginan Anda mengenai hak asuh anak?" Ulang Aknat pada Bagaskara yang menatapnya lekat dan tajam."Apa perlu saya ulang jawaban saya agar Anda yakin pada apa yang menjadi keinginan saya?" Kini giliran Bagaskara membalik pertanyaan Aknat. Nada suaranya rendah dan dalam, terlihat sekali jika dia sedang menahan amarah pada pemuda yang duduk di samping Ni Luh.Mendengar jawaban Bagaskara yang begitu penuh kemarahan yang tertahan, Ni Luh mengerutkan dahinya. Wanita itu merasa sedikit aneh dengan sikap suaminya ketika mendengar pertanyaan Aknat.Ni Luh mengamati manik tegas suaminya lekat-lekat. Dia merasa penasaran dengan jawaban dan sikap Bagaskara selanjutnya. Sementara itu, sikap Aknat tampak berbanding terbalik dengan Bagaskara yang tampak begitu emosi.Pria matang yang dikenalkan dengan nama Arswendo merasa tidak enak melihat situasi yang mulai tidak kondu

  • Kubawa Benihmu, Mas!   150. Dua Pengacara

    Saat hendak menikmati madu alami pintu dibuka oleh pelayan dengan membawa makanan yang sesuai pesanan juga dua orang tamu. Bagas dan Ni Luh segera memperbaiki cara duduknya. "Silakan saja dilanjut, kami dengan sabar menunggu, Tuan dan Nyonya!" ujar Aknat pengacara pribadi Ni Luh. "Kau jangan bikin malu, Nat. Usiamu masih jauh," dengus Ni Luh. Aknat hanya mengulas senyum tipis, lalu mengambil duduk di depan Ni Luh sedangkan pria yang berusia matang ikut duduk di samping Aknat. Ni Luh menatap suaminya penuh tanya. Bagaskara tersenyum dan mempersilakan kedua tamunya untuk menyantap menu yang ada. Menu sederhana tetapi mewah. "Silakan makan, Tuan Berdua!""Apakah tidak lebih baik kita saling kenal dulu, Kak!" Pinta Ni Luh. "Saya Bagaskara sebagai suami dari Ibu Ni Luh Ayu. Ini pengacara saya, Bapak Arswendo!" ujar Bagaskara. Bagas mengenalkan diri dan pengacaranya pada pria muda di depan istrinya. Aknat yang sejak tadi terlihat santai segera menerima uluran tangan Bagas dengan itika

DMCA.com Protection Status