Share

sudah dewasa

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2024-04-01 15:55:49

**

POV Ashraf

"Ya nanti abang yang antar ke sana. Jadi saat ini nggak bisa ya?" tanya Bang Angga.

"Bisa, santai aja."

Aku hanya memperhatikan Nina yang sedang dibantu oleh Cinta di ruang tamu untuk melakukan olahraga dan senam hamil. Keduanya nampak menikmati bahkan langsung akrab di awal pertemuan. Ibunya Nina dan Bang Angga pun merasa senang karena akhirnya Nina pun bisa tertawa lepas.

"Mbak, ini kalau bolanya sampai jatuh ke glundung bahaya, kan?" tanya Nina.

"Bahaya lagi kalau dilempar ke wajahnya si Asraf," kekeh Cinta.

Aku tersenyum saat di nistakan oleh sepupuku sendiri dan Aku pun merasa senang karena cinta bisa membawa diri untuk berbaur dengan Nina.

1 jam lamanya keduanya melakukan olahraga dan akhirnya semuanya selesai. Nina terlihat berkeringat dan siapa meminum air putih dengan begitu banyak.

"Emangnya capek dek?" Tanya bang Angga pada Nina.

"Nggak banget capeknya tapi bener-bener ringan sih nggak pegel-pegel punggungnya," ucap Nina.

"Nanti diimbangi sama jalan-jalan pa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    tak ada tanda tanda

    POV Ashraf"Ash, Hari ini aku ada pekerjaan sibuk di bengkel. Nina mengatakan kalau dia ingin pergi ke dokter hari ini. Apakah kamu bisa menemani dia?" Panggilan bang Angga pagi ini membuat aku yang sedang bersiap untuk pergi bekerja pun memilih untuk mengurungkan niat."Siap, sudah tahu mau berangkat jam berapa?" tanyaku yang memang sudah siap sejak tadi."Katanya sih jam 08.00, tapi apa harus pergi bekerja pukul jam 07.00. Apa kamu bisa menjemputnya? Abang benar-benar sibuk pagi ini dan tidak sempat sama sekali untuk mengantarnya ke rumah sakit.""Siap, Abang nggak usah khawatir. Ini Ashraf juga mau pergi ke rumah sakit.""Terima kasih atas bantuannya dan maaf Kalau merepotkan," ucap Bang Angga .Setelah mengetahui bahwa aku yang turut bertanggung jawab atas kesehatan Nina, keluarga Nina pun terlihat menyambutku dengan baik dan tidak pernah keberatan saat aku membantu kesehatan kehamilan Nina. Bang Angga sering menitipkan Nina untuk sekalian dibawa ke rumah sakit saat aku hendak per

    Last Updated : 2024-04-15
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    tak aneh

    "Cuman agak sedikit mules tapi nggak mules-mules banget. Merasa kepingin buang air kecil tapi begitu masuk ke kamar mandi udah Nggak kepengen buang air kecil. Memangnya itu tanda-tanda mau melahirkan ya Dok?" Tanya Nina dengan polosnya. Padahal di sini paniknya luar biasa tapi dia malah tersenyum seperti tidak merasakan sakit sama sekali."Ya. Tidak semua wanita hamil itu mengalami kontraksi yang hebat dan gejala-gejala menyakitkan seperti yang tadi saya tanyakan. Ada juga yang tidak mengalami apapun dan tahu-tahu sudah melahirkan dan ada juga yang melahirkan tanpa ada tanda-tanda kontraksi. Banyak pula yang mengalami mules sampai berhari-hari dan ada juga yang mengalami kontraksi palsu sebelum melahirkan. Tergantung dari kesiapan ibu hamil itu sendiri dan sepertinya Ibu Nina ini sudah siap untuk dilahirkan.""Insya Allah saya sudah siap untuk melahirkan kapanpun dan dimanapun karena saya yakin anak saya pasti paham kondisi ibu nya. Selama ini dia juga nggak pernah rewel meminta hal y

    Last Updated : 2024-04-15
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Makan malam

    "Untuk apa kamu mencariku sampai ke sini?" Aku tidak ingin kembali terjebak dengan perasaan masa lalu yang membuatku tidak bisa fokus dengan masa depanku. Setelah wanita itu meninggalkanku cukup lama dan memberikan jeda waktu untuk aku bisa membuka hati pada wanita lain, dia kembali lagi seakan tidak pernah melakukan apapun terhadapku. Berbeda kasus dengan Nina, jika Mayang tinggalkanku dengan sengaja tetapi dengan Nina aku hanya tidak direstui oleh Mama. Berbeda, itulah yang membuatku lebih memilih untuk mempertahankan perasaanku dengan hina daripada dengan wanita yang sudah pernah menghayati itu."Tentu aku hanya rindu dan ingin tahu kabarmu. Ternyata Setelah lama tidak bertemu kamu masih sama deh, masih jadi laki-laki yang tampan dan gagah.""Terima kasih atas pujiannya tetapi aku sedang buru-buru dan harus bekerja. Permisi!"Aku meninggalkan dia yang malah justru kembali mengejarku tetapi kedatangan dari suster Anna membuatku terbebas dari wanita itu."Ada pasien yang mengharapka

    Last Updated : 2024-04-17
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    bukan Dia, tidak sama sekali

    Hanya sebuah pesan saja bisa membuat aku begitu sangat senang dan membayangkan hal yang indah-indah. Aku menjadi enggan turun ke bawah untuk menemani Mayang makan malam beserta dengan ibu dan keluargaku yang lain.Setelah mandi, aku langsung melakukan ibadah fardhu dengan sangat khusyuk dan sengaja diperlama agar tidak jadi makan malam bersama. Tapi sayangnya mama malah menyusul ke kamar bahkan membawa serta Mayang untuk ikut serta mengajak makan malam."Kenapa sih nyusulin ke kamar Ash?""Ajak kamu turun lah. Mama sampai capek nungguin kamu selesai mandi," ucap mama. "Mama pikir kamu ketiduran jadinya ajak Mayang sekalian ke atas. Kalau sudah selesai salatnya langsung turun ke bawah, ya?""Hm."Aku tidak langsung menyetujui karena Mayang juga seperti enggan untuk turun. Yang lebih menyebalkan adalah Mayang yang tetap berada di sana tanpa ikut dengan mama, jelas membuat aku merasa kesal kenapa Mayang tidak turun ke bawah."Tunggulah saya di meja makan, kita akan makan bersama-sama

    Last Updated : 2024-04-21
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Fildan aneh

    "Ashraf, mama kecewa semalam dengan kamu yang tidak bisa bersikap baik terhadap Mayang. Dia datang jauh-jauh demi bisa makan malam dengan kamu dan mengajak kita mengobrol tetapi kamu malah diam saja dan tidak menanggapi semua ucapannya. Kesannya seperti, kamu tidak ingin menikah sampai tua."Ucapan Mama sudah membahas ini, itu artinya mama semalaman memikirkan tentang sikapku dan harus aku pikirkan bagaimana nanti kedepannya. Jika sudah begini aku harus berusaha untuk bersikap sebaik mungkin dan mengubah keputusan Mama untuk menjodohkan aku dengan Mayang."Bang Ashraf itu Lagi sariawan Mama makannya diem aja," kekeh Fildan."Iyakah?" Mama terlihat memperhatikan bibirku dan aku hanya menggeleng pelan lalu beranjak dari tempat makan."Ash, Mama belum selesai ngomong loh. Kok main Pergi saja," teriak mama."Ya sudah sih, Ma. Ashraf itu bukan anak kecil yang harus apa apa diatur, Ma. Kalau memang dia nggak suka sama Mayang ya biarin saja, pasti dia sudah punya pilihan sendiri," ucap Papa

    Last Updated : 2024-04-22
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Janji

    Materi aku sampaikan sesuai dengan apa yang harus aku ajarkan. Namun suara dari luar kelas membuat kami semua terganggu dan akhirnya penasaran dengan suara apa itu. Aku keluar untuk melihatnya Begitu juga dengan mahasiswa yang lain hingga aksi Fildan membuat aku benar-benar kaget. Adikku itu … ah, ya ampun. Aku menengok ke arah Nina yang juga tidak kalah terkejutnya dengan ku. Dipandang oleh seluruh mahasiswa membuat aku jadi salah tingkah. "Seorang mahasiswi cantik bernama Nina Ramadhani, maukah engkau menjadi kakak iparku? Aku sedang membantu apa aku melamarmu jadi tolong terimalah biar aku bebas untuk memilih pacar," teriak Fildan yang menggunakan tuas sebagai media untuk menembak Nina.Terlihat di tangannya sebuah selebaran bertuliskan ajakan menikah denganku dan itu benar-benar membuatku malu karena banyak sekali mahasiswa. Mungkin Jika aku seorang mahasiswa juga tidak masalah tetapi aku adalah seorang dosen, gimana pasti hal semacam ini akan menjadi sorotan dan contoh.TerimaT

    Last Updated : 2024-04-23
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Menunggu

    Pov NinaAku tidak menyangka kalau Bang Ashraf bakalan mengajakku menikah lagi. Dulu, saat dia melamarku, aku sedih bukan main karena sudah yakin akan ditentang keluarganya. Meskipun sekarang masih sama, tapi ada ayahnya dan Fildan yang katanya sudah merestui. Bahkan Fildan membuat kejutan di kampus hingga membuatku terpana dan tak menyangka.Setelah dari kampus, Bang Ashraf langsung menuju ke rumah Ibu. Dia serius dengan lamarannya dan menyatakan niat baiknya pada Bang Hadi. Aku pun lebih banyak diam dan menyimak bagaimana cara Bang Ashraf melamarku. Dia begitu berwibawa, bahkan mengatakan dengan lantang akan datang bersama keluarganya minggu besok.“Aku butuh waktu untuk mendiskusikan ini, tapi yang jelas aku serius melamar Nina untuk jadi istriku,” ucap Bang Ashraf.Ibu terlihat tersenyum, lalu mengangguk pelan. Bang Hadi pun memberikan jawaban yang cukup menggetarkan hatiku. “Sekiranya serius, datang saja. Pintu rumah ini terbuka untukmu yang sudah terlihat baik budinya. Yang pe

    Last Updated : 2024-04-23
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Nasehat

    Pov AshrafAku akhirnya pulang dengan hati yang berbunga setelah mendapatkan restu dari kedua orangtua Nina. Tinggal aku katakan pada semua orang di rumah bahwa aku sudah akan menikahi Nina. Satu satunya orang yang harus aku temui dulu adalah Papa. Papa adalah orang yang mungkin bisa menjadi penengahku jika nanti Mama protes karena aku ingin menikahi wanita yang dulu ditentang Mama untuk aku nikahi.Aku langsung menuju ke kantor Papa. Aku menghubungi Fildan untuk memastikan Papa ada di kantor. Fildan cukup cerdas ternyata untuk jadi comblangku. Dengan kejadian di kampus tadi, Nina pasti tak ada keraguan lagi untuk menerimaku. Mungkin dia malu dengan status jandanya, tapi aku harus jadi orang yang menenangkan baginya. Bukankah cinta tak perlu alasan?Sesampainya di kantor, Papa baru aku hubungi. Papa terlihat kaget mendengarku sudah ada di kantor. Di sana sudah ada Fildan yang ternyata lebih dulu sampai.“Duluan aku nih, apa aku dulu nih yang nikah?” kekeh Fildan.Aku menoyor pundak

    Last Updated : 2024-04-27

Latest chapter

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    end

    Aku baru tahu ternyata papa sengaja mengundang keluarga besar. Papa merencanakan untuk menghadiahkan kami tiket liburan bersama dengan keluarga besar. Kali ini liburan kami bukan kaleng kaleng. Selain ke tanah suci untuk umrah bersama, Papa juga memberikan liburan ke Dubai dan juga perjalanan wisata keluarga ke kota kota wisata di sekitarnya. Keluarga besar Papa diajak untuk ikut dan niatnya kami akan seminggu di luar negeri untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Semua sengaja mengosongkan waktu bahkan yang membuatku bahagia adalah Papa dan keluarga mama papa yang patungan membiayai semua perjalanan bulan madu ini."Di mana-mana Kalau bulan madu itu ya hanya berdua. Kok bisa-bisanya satu keluarga diikutkan semua?" Tanya Cinta."Emang elo aja yang pengin have fun?" Tanya Fildan. "Memangnya nggak mau ngintip pengantin baru belah duren? Kalau gue sih, hayo aja!" kekeh Fildan."Huu …." Om Yudistira melempar kulit kacang pada Fildan yang jadi sponsor rencana papa liburan bersama."Berhu

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Kumpul keluarga

    Sejak Mama menampakkan penerimaannya terhadap keberadaanku, aku dan Mama sudah tak lagi seperti air dan minyak. Mama mulai perlahan mau mengajakku mengobrol. Dari hal yang sepele, sampai hal yang cukup pribadi seperti sekarang.“Papa mertua kamu itu, sibuknya minta ampun akhir akhir ini. Mama jadi kesepian dan sebal sama dia,” ucap Mama.“Sabar ya, Ma. Namanya juga aki aki, kalau nggak lambat kerjanya ya … lambat pekanya,” kekehku.“Iya juga ya?”“Huum, kan memang begitu. Mama harus sering doakan Papa, semoga sehat dan bisa selalu ada di sampung kita. Mama nggak mau kan papa kenapa napa?”“Kadang kalau sibuk begini suka kasihan, semua anak anaknya sibuk juga. Untung ada Ashraf yang juga bantu usaha papanya,” ucap Mama.“Bang Ashraf nguli juga?” tanyaku.“Kok nguli?”“Lah, kerja sama Papa namanya nguli lah. Kalau buka usaha sendiri, baru namanya bos,” jawabku.Mama tersenyum, meski hanya sekilas. “Itu juga setelah menikahi kamu, Ashraf mau bantuin Ppaa.”“Eh,, gitu?”“Iya, dari dulu an

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    balik

    "Mama kok bisa kepikiran nyusul ke sini?" tanyaku saat kami sudah kembali dari sawah."Pengin," jawab mama singkat.Aku tersenyum saja. Padahal saat di sawah tadi Mama begitu menikmati pemandangan bahkan bertepuk tangan Saat melihatku mencari banyak Tutut di tengah-tengah sawah yang sedang dipanen padinya. Mama bahkan menggendong Altaf yang saat aku tinggalkan untuk mencari tutut dan memanen genjer yang ada di sekitar tanaman-tanaman padi."Ma, aku harus balik ke rumah sakit. Fildan bilang, dokter yang piket malam mendadak minta libur karena istrinya meninggal.""Innalillahi, kasihan sekali. Iya, ayo! Kita pulang sekarang!" ajak Mama. "Altaf gendong, Ash," perintah mama sembari memberikan Altaf pada Bang Ashraf. Aku tersenyum, perilaku mama yang seperti ini aku anggap menggemaskan karena secara tidak sengaja memintaku untuk pulang dan ikut dengan Mama."Bang," panggilku."Altaf nggak bisa jauh dari ibunya jadi lebih baik kamu berkemas dan ikut Abang pulang. Lain kali kita main lagi

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Mama?

    Abang abangku sudah kembali ke tempat mereka bekerja karena aja tahu libur mereka sudah habis. Kini tinggallah Aku di rumah ini bersama dengan anakku dan juga Ibu serta Abang Hadi dan istrinya.Pagi ini aku membantu ibu menyiapkan bekal menuju ke sawah. Bang Hadi sedang panen dan aku ingin melihat mereka memanen padi di sawah."Nina ikut ya, Bang," ucapku."Kamu di rumah saja sama Altaf. Di sawah itu panas dan nanti kulit kamu jadi gosong dan jelek. Bisa-bisa nanti suamimu ala pangling saat tahu kamu berubah jadi item dan dekil," balas Bang Hadi."Mana ada seharian di bawah sinar matahari langsung hitam? Lagian dari awal juga udah sama matang. Bosen banget di rumah kalau nggak ada temen ngobrol, Mbak Aminah juga ikut ke pasar sama Nisa. Nina ikut ya, Bang?" rengekku."Udah, Hadi. Biarkan saja adikmu itu. Barangkali dia pengen nyicipin air sawah," sahut Ibu.Ye, akhirnya aku diperbolehkan untuk ikut ke sawah setelah hampir satu minggu aku di rumah ibu. Aku mengajak Altaf dan menggendon

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    ibuku, pahlawanku.

    Ternyata aku yang sudah menikah ini masih diperlakukan seperti bayi oleh Abang abangku. Mereka menanyakan apakah aku bahagia menikah dengan Bang Ashraf, apa aku tercukupi kebutuhannya, apa aku diterima keluarga suamiku. Mereka layaknya ayah yang terlahir kembali dalam hidupku. Malam ini Abang Abangku mengadakan syukuran. Ibu bilang, Bang Cakra naik jabatan dan akan dipindah tugaskan ke luar kota. Ibu tak menangisi atau sedih akan hal ini. Bahkan, Ibu begitu senang dan malah mendoakan agar Bang Cakra bisa sukses dan kembali dengan kabar bahagia.“Bu, Cakra sekalian mau minta izin lamar anak orang tahun ini. Bukan apa, Cakra udah nggak muda. Takutnya ketuaan kalau nunggu sukses dulu. Boleh, Bu?” tanya Bang Cakra di sela sela kami mengemasi sisa sisa makanan di ruang tamu.“Ya Allah, tentu boleh, Nak. Ibu sedang menunggu anak anak ibu ini laku, tapi kalau mau jadi bujang lama juga gak apa apa. Ibu gak pernah melarang anak anak Ibu menikah. Siapa aja, boleh. Asal bisa menerima anak Ib

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    bahagia

    Aku sampai terbengong saat bangun tidur dan duduk begitu lama di sisi tempat tidur. Hingga suara pintu terbuka dan panggilan kakak ipar mengagetkanku."Aku kira kamu belum bangun, Nin. Ibu tadi berpesan kalau kamu bangun suruh langsung mandi. Tadi ibu udah masakin air anget.""Memang udah sore?""Tadi kan kamu tidur siang lama banget sekarang udah sore."Aku melirik ke arah jam dinding yang ada di sisi lemari dan ternyata memang sudah jam setengah lima. Altaf terlihat sudah tidak ada di sisiku."Altaf ke mana, Mbak?""Tadi dibawa ibu ke warung depan. Kamu tidurnya pules banget sampai nggak denger anaknya nangis."Aku tersenyum dan bangkit dari tempat tidur. Aku langsung mandi terlebih dahulu.Selesai mandi aku langsung shalat ashar dan menyusul ibu yang ternyata sudah pulang dari warung bersama dengan Altaf. Altaf juga sudah mandi dan wangi sepertinya karena sudah berganti pakaian."Anak mama udah ganteng, tadi mandi sama siapa nih?" Tanyaku sambil menciumi pipi Altaf."Tadi nangis ka

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    mimpi

    Aku disambut baik oleh Bang Hadi dan juga Ibu. Mereka sangat senang melihatku pulang bersama dengan Bang Ashraf. Kami juga membawa banyak oleh-oleh yang sengaja dibeli di jalan untuk orang tuaku dan keluarga abangku."Mau pulang ke rumah nggak ngomong-ngomong," sambut Ibu sambil berpelukan denganku dan bersalaman dengan Bang Ashraf."Ini juga nggak sengaja karena kebetulan Bang Ashraf lagi nggak kerja pagi ini. Dia piket malam jadi bisa nganter Nina pulang pagi ini," jawabku sambil memberikan Altaf pada ibu yang sudah mengulurkan tangannya dan meminta Altaf untuk digendong oleh beliau."Kangen sekali sama cucu nenek, tambah gemuk saja tinggal sama papanya," ucap Ibu sambil mencium kedua pipi Altaf."Kalian sehat?" Tanya Bang Hadi."Alhamdulillah Bang. Mbak Mel, ada hadiah di Bagasi buat Mbak Mel. Mbak Mel mau?" tanyaku."Mau dong, masa dikasih hadiah nggak mau."Bang Ashraf dan Bang Hadi masuk ke dalam membawa Altaf dan ibu sedangkan aku dan Mbak Amelia membongkar oleh-oleh yang sudah

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Gantian

    "Baru bangun, ya?" tanyaku. "Biasa, bujang mah tidurnya bebas apalagi kalau hari libur. Dari mana gendut?" tanya Fildan sambil mencubit pipi anakku dan akhirnya anakku menangis karena cubitan Fildan pastilah keras dan sakit. "Aduh, Omnya pagi-pagi udah bikin anak orang nangis," sahut Papa yang juga sudah siap dengan pakaian olahraganya. "Hehehe, Papa nih. Mau ke mana, Pa?" tanya Fildan sambil menggaruk kepalanya tidak kasar karena ketahuan mencubit Altaf. "Olahraga lah, mumpung anak-anak semuanya di rumah. Nin, olahraga yuk!" ajak Papa. "Tadi Nina udah olahraga, Pa. Altaf juga udah keringetan dan pengen mandi. Mama dan Bang Ashraf masih di depan kok, lagi minum susu sama makan camilan," jawabku. "Weh, udah akur tah?" tanya Fildan. "Emangnya dari kemarin kita nggak akur? Kita kan Besti," kekehku yang langsung berjalan membawa Altaf masuk ke dalam kamar. Terlihat keduanya saling melirik saat aku hendak pergi tadi. Semudah itu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Meskipun ke

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    senyum

    Saat aku bangun ternyata Bang Ashraf sudah pulang. Entah jam berapa suamiku sampai di rumah yang jelas aku sangat gelap malam ini hingga tidak sadar jika suamiku sudah pulang pagi-pagi buta.Aku tersenyum saat melihat wajah polos Bang Ashraf yang terlihat sangat kelelahan. Dia sudah memakai piyamanya saat tidur dan itu menambah kesan menggemaskan brondong yang aku nikahi saat ini.Berondong? Bahkan umur dia lebih tua dariku tetapi karena aku yang lebih dulu menikah jadinya aku merasa lebih tua darinya. Aku sama sekali tidak kelihatan jika harus mengalah dalam segala hal termasuk Jika dia mendadak seperti anak kecil seperti sekarang. Tidur dengan memelukku dan menaikkan satu kakinya di atas pinggul.Aku angkat kakinya perlahan agar dia tidak terbangun tetapi rupanya dia sengaja malah menghukum tubuhku agar tidak bangkit."Sudah jam 04.40 lah, Bang. Nanti keburu Altaf bangun aku belum setting sarapan," ucapku sambil berbalik dan menatap wajahnya yang tersenyum meskipun masih memejamkan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status