Share

Menunggu

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2024-04-23 23:10:01

Pov Nina

Aku tidak menyangka kalau Bang Ashraf bakalan mengajakku menikah lagi. Dulu, saat dia melamarku, aku sedih bukan main karena sudah yakin akan ditentang keluarganya. Meskipun sekarang masih sama, tapi ada ayahnya dan Fildan yang katanya sudah merestui. Bahkan Fildan membuat kejutan di kampus hingga membuatku terpana dan tak menyangka.

Setelah dari kampus, Bang Ashraf langsung menuju ke rumah Ibu. Dia serius dengan lamarannya dan menyatakan niat baiknya pada Bang Hadi. Aku pun lebih banyak diam dan menyimak bagaimana cara Bang Ashraf melamarku. Dia begitu berwibawa, bahkan mengatakan dengan lantang akan datang bersama keluarganya minggu besok.

“Aku butuh waktu untuk mendiskusikan ini, tapi yang jelas aku serius melamar Nina untuk jadi istriku,” ucap Bang Ashraf.

Ibu terlihat tersenyum, lalu mengangguk pelan. Bang Hadi pun memberikan jawaban yang cukup menggetarkan hatiku.

“Sekiranya serius, datang saja. Pintu rumah ini terbuka untukmu yang sudah terlihat baik budinya. Yang pe
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Johan
asik ceritanya boleh dilanjut dong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Nasehat

    Pov AshrafAku akhirnya pulang dengan hati yang berbunga setelah mendapatkan restu dari kedua orangtua Nina. Tinggal aku katakan pada semua orang di rumah bahwa aku sudah akan menikahi Nina. Satu satunya orang yang harus aku temui dulu adalah Papa. Papa adalah orang yang mungkin bisa menjadi penengahku jika nanti Mama protes karena aku ingin menikahi wanita yang dulu ditentang Mama untuk aku nikahi.Aku langsung menuju ke kantor Papa. Aku menghubungi Fildan untuk memastikan Papa ada di kantor. Fildan cukup cerdas ternyata untuk jadi comblangku. Dengan kejadian di kampus tadi, Nina pasti tak ada keraguan lagi untuk menerimaku. Mungkin dia malu dengan status jandanya, tapi aku harus jadi orang yang menenangkan baginya. Bukankah cinta tak perlu alasan?Sesampainya di kantor, Papa baru aku hubungi. Papa terlihat kaget mendengarku sudah ada di kantor. Di sana sudah ada Fildan yang ternyata lebih dulu sampai.“Duluan aku nih, apa aku dulu nih yang nikah?” kekeh Fildan.Aku menoyor pundak

    Last Updated : 2024-04-27
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Tangisan mama

    Pov AshrafSetelah mendapatkan dukungan dari ayah dan Fildan, tentu aku semakin yakin jika pernikahan ini pasti akan terjadi. Aku memutuskan untuk kembali ke rumah bersama dengan mereka dan kita akan membicarakannya bersama-sama saat makan malam nanti."Mama mau bicara sama kamu, Ashraf," ucap Mama saat Aku baru saja masuk ke dalam kamar.Padahal aku sudah hendak berbicara dengan mama saat nanti selesai makan malam tetapi Mama justru menghampiriku saat baru pulang. Ini benar-benar suatu hal yang mendebarkan dan aku berharap Mama tidak memintaku untuk aneh-aneh sebelum Aku mengatakan hal yang sebenarnya ingin aku sampaikan nanti."Ada apa, Ma? Ashraf begitu lelah dan ingin sekali mandi terlebih dahulu. Kita bicara nanti aja selepas makan malam.""Gak bisa, Mama harus bicara sekarang karena Mama cuman butuh ngomong sama kamu. Bukan sama papa atau adik kamu yang tidak bisa sepaham dengan Mama," tegas mama.Terpaksa aku pun harus duduk kembali dan harus bersiap mendengarkan semua ucapan m

    Last Updated : 2024-05-09
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Tangisan Mayang

    Mama tidak menjawab semua pertanyaan yang aku ucapkan saat di kamar dan dia langsung keluar tanpa memberikan pernyataan apapun. Aku hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan terus memanjatkan doa Semoga Tuhan membolak-balikkan hati Mama yang keras dan tidak pernah merestui hubunganku dengan Nina.Saat makan malam berlangsung Mama juga masih bungkam dan tidak mau bicara. Dia hanya melayani papa dan juga Fildan tetapi tidak mengajakku berbicara. Aku pun tidak berani membuka percakapan dan memilih untuk menyelesaikan makan malamku dengan cepat lalu keluar dari rumah untuk mencari angin segar. Takut terlalu buntu untuk memikirkan hal ini aku memutuskan untuk menemui Mayang dan berharap dia bisa membantuku untuk meluluhkan hati Mama. Tidak ada yang berani mencegahku jika aku sudah mode marah seperti ini termasuk papa dan Fildan. Sikap dingin dan juga arogan ku memang menurun dari mama tetapi Mama tidak menyadarinya. Maka dari itu aku dan mama sering sekali bertengkar hanya karena sama-sama

    Last Updated : 2024-05-09
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    izin

    Aku yakin Mayang tak begitu suka dengan jawabanku. Namun, itu sudah resiko jatuh cinta. Jika tidak meninggalkan maka ditinggalkan. Dia pun tak mengatakan apapun lagi setelah itu di ponsel, padahal biasanya dia selalu mengirimkan pesan di malam hari sebelum aku tidur.“Kamu tadi malam mendatangi Mayang?” tanya Mama saat pagi ini aku sedang sarapan. Aku pikir mama masih marah, nyatanya dia mau bicara juga denganku meskipun pertanyaannya seputar Mayang.“Iya. Aku hanya ingin meluruskan sesuatu yang bisa menimbulkan fitnah dan kesalahpahaman. Aku sudah percaya menikahi Nina dan sudah melamarnya kemarin. Tidak mungkin aku menerima permintaan keluarga Mayang untuk menikah. Jadi, sebagai lelaki yang baik tentunya aku nggak mau memutus hubungan silaturahmi mama dengan keluarga mereka meskipun kita tidak bisa jadi keluarga besan. Aku sedang berusaha untuk menjadi lelaki jantan, makanya aku menemuinya untuk mengatakan dengan baik-baik agar tidak berharap padaku lagi,” ucapku.Mama tidak menga

    Last Updated : 2024-05-12
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    lamaran

    Aku melihat wanita yang cukup dewasa sedang menggendong anak perempuan Nina. Aku juga melihat wanita muda yang menyuguhkan minuman dan makanan ditemani oleh Mbak Aminah. Entah siapa mereka, sepertinya aku kurang mengetahui siapa saja keluarga besar Nina. Wajah mereka begitu sangat asing. "Maaf kalau kedatangan kami malah merepotkan dan mengagetkan semua orang. Saya selaku orang tua dari Ashraf datang jauh-jauh dari kota ke desa ini untuk satu hal yang cukup serius. Yang pertama-tama kami datang untuk silaturahmi dan mengenalkan anak kami yang pertama, Ashraf namanya. Yang kedua, Fildan. Kedua-duanya sama-sama dokter dan yang bersama saya ini istri saya yang sangat saya sayangi. Semoga, silaturahmi kami datang ke sini diterima dengan baik," ucap Papa sopan. Bahkan, tidak mengurangi rasa hormat dan juga menjagamu bahwa kamu sebagai keluarga terpandang untuk mengatur tata kelola dan ucapan di depan semua orang."Alhamdulillah karena kami akhirnya didatangi oleh orang yang cukup terpan

    Last Updated : 2024-05-12
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Ada apa?

    Pov NinaIni adalah hari yang paling membahagiakan. Tak ada yang paling membuatku tersenyum selain hari ini. Bang Ashraf melamarku, bahkan akan menikahiku 1 bulan lagi sesuai dengan perjanjian para tetua. Aku tak pernah membayangkan akan menikah dengan lelaki yang dulu sangat aku cintai. Meskipun Mas Ahmad masih menjadi lelaki yang menempati posisi tersendiri di hati ini, hadirnya Bang Ashraf dengan janji janji manisnya, aku pun semakin yakin akan serius dalam jenjang yang lebih serius.“Abang harap ini adalah pernikah terakhirmu, Dek. Abang ingin kamu jaga diri dengan baik selama ikut suamimu nanti. Abang lihat calon mertuamu hanya yang laki laki saja yang respek, selebihnya semoga tak seperti yang Abang pikirkan,” ucap Bang Cakra.“Iya, Bang. Nina yakin, diawali dengan doa keluarga Nina ini, Nina bisa menemukan kebahagiaan lagi setelah ditinggal pergi Mas Ahmad. Ini semua tak luput dari restu dan dukungan Abang dan Ibu, makasih Abang.”Aku memeluk Bang Cakra, meneteskan air mata bah

    Last Updated : 2024-05-13
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Cemass

    "Abang sudah janji akan cerita sama Nina tentang masalah yang terjadi, kan? Nina janji nggak bakalan kepikiran dan nggak bakalan merubah apapun yang sudah diputuskan kemarin. Nina sayang Abang, makanya Nina ingin abang berbagi masalah yang terjadi saat ini agar kita bisa mencari solusi nya sama sama," ucapku.Bang Ashraf menatapku lalu menatap ke arah jalan. "Mama sakit," ucap Bang Ashraf membuatku kaget. "Innalillahi, sakit apa, Bang?""Mama itu punya riwayat penyakit darah tinggi dan kemarin sempat ada pertengkaran antara Papa dan Mama. Jadi Mama sempet drop dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Mama bilang kalau pernikahan ini tidak usah dilanjutkan tetapi Papa mengatakan lebih baik dilanjut kan saja meski tanpa mama. Papa yakin semuanya akan baik-baik saja meskipun tetap saja sebagai seorang anak perasaan tidak tega untuk menjadi sandungan. Apa kamu tidak keberatan jika nanti di acara resepsi tidak ada mamaku?" tanya Bang Ashraf menatapku sedih."Bang, kalau memang pernikahan

    Last Updated : 2024-05-14
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    berita

    "Mbak, Bang Ashraf belum datang ya?" tanyaku yang hampir saja menangis. Jika tidak teringat Hari ini adalah hari bahagiaku tentu aku sudah menangis karena lelah menunggu kabar dari calon suamiku."Mungkin sebentar lagi."Suara pemandu acara sudah terdengar. Rangakaian Acara demi acara sudah dibacakan dan saat pengenalan calon mempelai pria aku benar-benar merasa bersyukur karena terdengar suara Bang Ashraf yang sudah datang di tempat acara. Rasa cemas dan khawatir yang tadi sempat tersemat kini berubah menjadi bahagia. Mbak Amelia menunjukkan video ucapan ijab kabul yang dilakukan oleh Bang Ashraf di depan penghulu, membuat air mataku akhirnya jatuh juga."Duh, kok nangis? Tahan ya?" MUA pun panik melihatku menangis. Aku tidak bisa mendung rasa sedih ini sehingga akhirnya merepotkan para penata rias. Setelah reda aku pun mengucap rasa syukur, akhirnya ijab kabul terlaksana."Kita harus turun dan menemui para tamu. Semoga calon suamimu siap melihatmu yang cantik bak bidadari ini,"

    Last Updated : 2024-05-17

Latest chapter

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    end

    Aku baru tahu ternyata papa sengaja mengundang keluarga besar. Papa merencanakan untuk menghadiahkan kami tiket liburan bersama dengan keluarga besar. Kali ini liburan kami bukan kaleng kaleng. Selain ke tanah suci untuk umrah bersama, Papa juga memberikan liburan ke Dubai dan juga perjalanan wisata keluarga ke kota kota wisata di sekitarnya. Keluarga besar Papa diajak untuk ikut dan niatnya kami akan seminggu di luar negeri untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Semua sengaja mengosongkan waktu bahkan yang membuatku bahagia adalah Papa dan keluarga mama papa yang patungan membiayai semua perjalanan bulan madu ini."Di mana-mana Kalau bulan madu itu ya hanya berdua. Kok bisa-bisanya satu keluarga diikutkan semua?" Tanya Cinta."Emang elo aja yang pengin have fun?" Tanya Fildan. "Memangnya nggak mau ngintip pengantin baru belah duren? Kalau gue sih, hayo aja!" kekeh Fildan."Huu …." Om Yudistira melempar kulit kacang pada Fildan yang jadi sponsor rencana papa liburan bersama."Berhu

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Kumpul keluarga

    Sejak Mama menampakkan penerimaannya terhadap keberadaanku, aku dan Mama sudah tak lagi seperti air dan minyak. Mama mulai perlahan mau mengajakku mengobrol. Dari hal yang sepele, sampai hal yang cukup pribadi seperti sekarang.“Papa mertua kamu itu, sibuknya minta ampun akhir akhir ini. Mama jadi kesepian dan sebal sama dia,” ucap Mama.“Sabar ya, Ma. Namanya juga aki aki, kalau nggak lambat kerjanya ya … lambat pekanya,” kekehku.“Iya juga ya?”“Huum, kan memang begitu. Mama harus sering doakan Papa, semoga sehat dan bisa selalu ada di sampung kita. Mama nggak mau kan papa kenapa napa?”“Kadang kalau sibuk begini suka kasihan, semua anak anaknya sibuk juga. Untung ada Ashraf yang juga bantu usaha papanya,” ucap Mama.“Bang Ashraf nguli juga?” tanyaku.“Kok nguli?”“Lah, kerja sama Papa namanya nguli lah. Kalau buka usaha sendiri, baru namanya bos,” jawabku.Mama tersenyum, meski hanya sekilas. “Itu juga setelah menikahi kamu, Ashraf mau bantuin Ppaa.”“Eh,, gitu?”“Iya, dari dulu an

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    balik

    "Mama kok bisa kepikiran nyusul ke sini?" tanyaku saat kami sudah kembali dari sawah."Pengin," jawab mama singkat.Aku tersenyum saja. Padahal saat di sawah tadi Mama begitu menikmati pemandangan bahkan bertepuk tangan Saat melihatku mencari banyak Tutut di tengah-tengah sawah yang sedang dipanen padinya. Mama bahkan menggendong Altaf yang saat aku tinggalkan untuk mencari tutut dan memanen genjer yang ada di sekitar tanaman-tanaman padi."Ma, aku harus balik ke rumah sakit. Fildan bilang, dokter yang piket malam mendadak minta libur karena istrinya meninggal.""Innalillahi, kasihan sekali. Iya, ayo! Kita pulang sekarang!" ajak Mama. "Altaf gendong, Ash," perintah mama sembari memberikan Altaf pada Bang Ashraf. Aku tersenyum, perilaku mama yang seperti ini aku anggap menggemaskan karena secara tidak sengaja memintaku untuk pulang dan ikut dengan Mama."Bang," panggilku."Altaf nggak bisa jauh dari ibunya jadi lebih baik kamu berkemas dan ikut Abang pulang. Lain kali kita main lagi

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Mama?

    Abang abangku sudah kembali ke tempat mereka bekerja karena aja tahu libur mereka sudah habis. Kini tinggallah Aku di rumah ini bersama dengan anakku dan juga Ibu serta Abang Hadi dan istrinya.Pagi ini aku membantu ibu menyiapkan bekal menuju ke sawah. Bang Hadi sedang panen dan aku ingin melihat mereka memanen padi di sawah."Nina ikut ya, Bang," ucapku."Kamu di rumah saja sama Altaf. Di sawah itu panas dan nanti kulit kamu jadi gosong dan jelek. Bisa-bisa nanti suamimu ala pangling saat tahu kamu berubah jadi item dan dekil," balas Bang Hadi."Mana ada seharian di bawah sinar matahari langsung hitam? Lagian dari awal juga udah sama matang. Bosen banget di rumah kalau nggak ada temen ngobrol, Mbak Aminah juga ikut ke pasar sama Nisa. Nina ikut ya, Bang?" rengekku."Udah, Hadi. Biarkan saja adikmu itu. Barangkali dia pengen nyicipin air sawah," sahut Ibu.Ye, akhirnya aku diperbolehkan untuk ikut ke sawah setelah hampir satu minggu aku di rumah ibu. Aku mengajak Altaf dan menggendon

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    ibuku, pahlawanku.

    Ternyata aku yang sudah menikah ini masih diperlakukan seperti bayi oleh Abang abangku. Mereka menanyakan apakah aku bahagia menikah dengan Bang Ashraf, apa aku tercukupi kebutuhannya, apa aku diterima keluarga suamiku. Mereka layaknya ayah yang terlahir kembali dalam hidupku. Malam ini Abang Abangku mengadakan syukuran. Ibu bilang, Bang Cakra naik jabatan dan akan dipindah tugaskan ke luar kota. Ibu tak menangisi atau sedih akan hal ini. Bahkan, Ibu begitu senang dan malah mendoakan agar Bang Cakra bisa sukses dan kembali dengan kabar bahagia.“Bu, Cakra sekalian mau minta izin lamar anak orang tahun ini. Bukan apa, Cakra udah nggak muda. Takutnya ketuaan kalau nunggu sukses dulu. Boleh, Bu?” tanya Bang Cakra di sela sela kami mengemasi sisa sisa makanan di ruang tamu.“Ya Allah, tentu boleh, Nak. Ibu sedang menunggu anak anak ibu ini laku, tapi kalau mau jadi bujang lama juga gak apa apa. Ibu gak pernah melarang anak anak Ibu menikah. Siapa aja, boleh. Asal bisa menerima anak Ib

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    bahagia

    Aku sampai terbengong saat bangun tidur dan duduk begitu lama di sisi tempat tidur. Hingga suara pintu terbuka dan panggilan kakak ipar mengagetkanku."Aku kira kamu belum bangun, Nin. Ibu tadi berpesan kalau kamu bangun suruh langsung mandi. Tadi ibu udah masakin air anget.""Memang udah sore?""Tadi kan kamu tidur siang lama banget sekarang udah sore."Aku melirik ke arah jam dinding yang ada di sisi lemari dan ternyata memang sudah jam setengah lima. Altaf terlihat sudah tidak ada di sisiku."Altaf ke mana, Mbak?""Tadi dibawa ibu ke warung depan. Kamu tidurnya pules banget sampai nggak denger anaknya nangis."Aku tersenyum dan bangkit dari tempat tidur. Aku langsung mandi terlebih dahulu.Selesai mandi aku langsung shalat ashar dan menyusul ibu yang ternyata sudah pulang dari warung bersama dengan Altaf. Altaf juga sudah mandi dan wangi sepertinya karena sudah berganti pakaian."Anak mama udah ganteng, tadi mandi sama siapa nih?" Tanyaku sambil menciumi pipi Altaf."Tadi nangis ka

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    mimpi

    Aku disambut baik oleh Bang Hadi dan juga Ibu. Mereka sangat senang melihatku pulang bersama dengan Bang Ashraf. Kami juga membawa banyak oleh-oleh yang sengaja dibeli di jalan untuk orang tuaku dan keluarga abangku."Mau pulang ke rumah nggak ngomong-ngomong," sambut Ibu sambil berpelukan denganku dan bersalaman dengan Bang Ashraf."Ini juga nggak sengaja karena kebetulan Bang Ashraf lagi nggak kerja pagi ini. Dia piket malam jadi bisa nganter Nina pulang pagi ini," jawabku sambil memberikan Altaf pada ibu yang sudah mengulurkan tangannya dan meminta Altaf untuk digendong oleh beliau."Kangen sekali sama cucu nenek, tambah gemuk saja tinggal sama papanya," ucap Ibu sambil mencium kedua pipi Altaf."Kalian sehat?" Tanya Bang Hadi."Alhamdulillah Bang. Mbak Mel, ada hadiah di Bagasi buat Mbak Mel. Mbak Mel mau?" tanyaku."Mau dong, masa dikasih hadiah nggak mau."Bang Ashraf dan Bang Hadi masuk ke dalam membawa Altaf dan ibu sedangkan aku dan Mbak Amelia membongkar oleh-oleh yang sudah

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Gantian

    "Baru bangun, ya?" tanyaku. "Biasa, bujang mah tidurnya bebas apalagi kalau hari libur. Dari mana gendut?" tanya Fildan sambil mencubit pipi anakku dan akhirnya anakku menangis karena cubitan Fildan pastilah keras dan sakit. "Aduh, Omnya pagi-pagi udah bikin anak orang nangis," sahut Papa yang juga sudah siap dengan pakaian olahraganya. "Hehehe, Papa nih. Mau ke mana, Pa?" tanya Fildan sambil menggaruk kepalanya tidak kasar karena ketahuan mencubit Altaf. "Olahraga lah, mumpung anak-anak semuanya di rumah. Nin, olahraga yuk!" ajak Papa. "Tadi Nina udah olahraga, Pa. Altaf juga udah keringetan dan pengen mandi. Mama dan Bang Ashraf masih di depan kok, lagi minum susu sama makan camilan," jawabku. "Weh, udah akur tah?" tanya Fildan. "Emangnya dari kemarin kita nggak akur? Kita kan Besti," kekehku yang langsung berjalan membawa Altaf masuk ke dalam kamar. Terlihat keduanya saling melirik saat aku hendak pergi tadi. Semudah itu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Meskipun ke

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    senyum

    Saat aku bangun ternyata Bang Ashraf sudah pulang. Entah jam berapa suamiku sampai di rumah yang jelas aku sangat gelap malam ini hingga tidak sadar jika suamiku sudah pulang pagi-pagi buta.Aku tersenyum saat melihat wajah polos Bang Ashraf yang terlihat sangat kelelahan. Dia sudah memakai piyamanya saat tidur dan itu menambah kesan menggemaskan brondong yang aku nikahi saat ini.Berondong? Bahkan umur dia lebih tua dariku tetapi karena aku yang lebih dulu menikah jadinya aku merasa lebih tua darinya. Aku sama sekali tidak kelihatan jika harus mengalah dalam segala hal termasuk Jika dia mendadak seperti anak kecil seperti sekarang. Tidur dengan memelukku dan menaikkan satu kakinya di atas pinggul.Aku angkat kakinya perlahan agar dia tidak terbangun tetapi rupanya dia sengaja malah menghukum tubuhku agar tidak bangkit."Sudah jam 04.40 lah, Bang. Nanti keburu Altaf bangun aku belum setting sarapan," ucapku sambil berbalik dan menatap wajahnya yang tersenyum meskipun masih memejamkan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status