Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu Menyesal
Part 46: Dion Semakin Berani
Arya bingung apa yang harus dia lakukan.
Satu sisi, ibunya kondisi sakit. Disisi lain, Dia takut kalau Dion menyalahgunakan surat wasiat itu. Akhirnya, Arya memutuskan merawat ibunya terlebih dahulu.
****
"Silahkan makan! Jangan kamu berharap aku mengizinkanmu tinggal di sini akan setuju menikah dengan kamu."
Dion tersedak, Santi tersenyum melihat tragedi yang terjadi.
"Terus buat apa surat wasiat itu! Kamu mau dikatakan anak durhaka?" ucap Dion setelah kondisinya sudah baikan.
Dion meneguk air putih banyak-banyak membuat Santi semakin tertawa. Setelah tenggorokannya merasa lega, dia meletakkan gelas minumnya ke tempat semula.
"Aku tidak yakin, kalau kamu itu calon suamiku. Soalnya dari wajah dan sikapmu jauh da
Itu lah asal muasal kenapa Dion bisa bekerja di perusahaan ayahnya Santi. **** Setelah semua aman, Arya minta izin kepada ibunya untuk pamit menyusul Dion. "Bu, izinkan aku berangkat ke kota untuk menyusul Dion. Aku takut Dion semakin menghasut Santi." Ruangan kamar ibunya hening. Buliran air mata mulai menggenang di netra Humairah. Dia sebenarnya sangat sayang kepada Arya, tapi apalah dayanya. Kalau Humairah membagi cinta dan kasih sayangnya kepada Arya, Aryo pasti cemburu. Andai saja waktu bisa diputar kembali, mungkin Humairah tidak mau lalai merawat Aryo pada waktu kecil. "Ibu ...," tegur Arya sambil mencium kening ibunya dengan hangar. Humairah memalingkan pandangannya. Lidahnya terasa kaku seolah beku. Tetesan air mata kini mengalir deras membasahi pipinya. "Sudah lah, Bu! Jangan bersedih. Aku tahu perasaan ibu te
Arya mendengus kesal. Dia sadar Aryo pasti membujuk dirinya agar mau mengatakan isi wasiat itu."Nggak perlu kamu tahu isi wasiat itu."Sorot mata Aryo semakin menyalang mental Arya. Arya santai saja. Dia tidak gentar menghadapi adiknya."Ibu ... Aku pamit. Aku rasa ibu nggak usah khawatir. Aku pasti baik-baik saja. Tolong jaga kesehatan. Jangan lupa doa 'kan anakmu ini."Arya pamit dan mencium kening ibunya penuh cinta dan kasih. Andai saja Aryo tidak cemburu kepada dirinya, mungkin dia sudah bisa merasakan memiliki saudara lengkap. Namun, itu hanya harapan belaka yang tidak akan terwujud.Perlahan Arya bangkit dan beranjak dari tempat duduknya. Dia melangkah gontai, hatinya merasa berat untuk melangkah, tapi ada wasiat yang tidak bisa diabaikan."Berhenti ...!" ucap Aryo. Dia menghalangi langkah kaki abangnya. Aryo menangkap lengan tangan Arya."Lepaskan ...!" bentak Arya sambil menepiskan tangan Aryo.Argo seny
"Ibu ... Bertahan lah! Aku mohon, ibu pasti kuat."Humairah semakin sesak, tidak biasanya dia menahan sakit seperti ini. Arya langsung membopong ibunya keluar. Niat hatinya ingin membawa ibunya ke rumah sakit atau klinik terdekat.Sesampainya di klinik dekat rumahnya, dokter memberi pertolongan kepada Humairah. Sementara Arya terus menerus komat kamit berdoa demi keselamatan ibunya. Sesekali Arya berpangku tangan di ruang tunggu, terkadang dia memijit keningnya yang tidak sakit."Selamat Sore, apa benar bapak saudara dari pasien?" tanya dokter Imawan. Namanya jelas terukir di name tag nya tergantung di atas saku bajunya."So-sore, Dok," jawab Arya gugup.Arya berdiri mensejajarkan wajahnya dengan dokter."Bagaimana kabar ibu saya, Dok?!" tanya Arya parau. Suaranya serak menahan isak tangis. Dia tidak tega melihat ibunya sakit menderita seperti itu."Kabar beliau baik. Namun, beliau tertekan batin melihat ulah anakn
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 47: Sebilah Pisau"Kamu ingin tahu apa yang sesungguhnya?" tanya Humairah parau."I-iya, Bu."Arya mendongak. Dia bangkit dari tempat duduknya menatap wajah ibunya penuh deraian air mata.Perlahan Arya mengusap buliran bening itu dengan ujung jarinya. Humairah semakin terisak."Almarhum ayah kamu terlalu memanjakan Aryo. Selama kamu tidak ada di rumah, sudah tiga kali rentenir datang ke rumah menagih hutang," jelas Humairah.Arya belum mengerti apa yang dikatakan ibunya. Dia mengernyitkan dahi sambil menatap foto Aryo tergantung di dinding bersama Almarhum ayahnya."A-aku tidak mengerti apa yang ibu katakan!" jawab Arya tegas."Aryo memiliki sifat iri dan dia cemburu kepada kamu."Arya semakin bingung. Dia heran kenapa adik kandung sendiri bisa iri dan cemburu kepadanya. Padahal, dia dan Aryo sama-sama pria. Masa Aryo bisa cemburu kepada dirinya. Perlakuan
Arya mengukir senyum tipis. Perlahan dia melihat ujung pisau dengan teliti."Pergi ... Aku tidak ingin mati. Baiklah aku akan cerita semuanya."Wajah Humairah semakin pucat, kelihatannya dia ketakutan. Selimutnya dia pilin lalu dia menutup wajahnya.Arya mengupas buah pir dengan sigap. Tidak berapa lama, buah pir telah usah dikupas Arya."Ibu ... Jangan risau. Aku tidak akan membunuhmu. Ambillah buah pir ini. Aku rindu menyuap ibu.""Ka-kamu pasti bohong 'kan Arya?! Pergi dari sini! Kalau tidak aku akan teriak."Arya meletakkan buah pir dan pisau itu di atas piring. Dia membuka pelan selimut yang menutupi wajah ibunya."Tidak ...!" teriak Humairah kencang sambil menutup mata.Arya membekap mulut ibunya, "Ibu ... Jangan teriak!"Perlahan Humairah membuka matanya. Napasnya sudah tidak stabil. Dadanya bergemuruh
"Ja-jadi ... Rumah kita itu sudah dijual?!" tanya Arya spontan dengan nada tiga oktaf.Humairah terkejut, dia menahan sesak di dadanya. Mulut Humairah kumat kamit membaca istighfar."Ibu ... Maafkan aku."Arya memeluk ibunya. Dia merasa bersalah telah membentak ibunya. Sebenarnya dia tidak ada maksud membentak, tapi setan lebih berkuasa mengontrol emosinya. Sehingga dia tersulit emosi.Setelah rasa sesak hilang di dada Humairah, dia masih saja melanjutkan cerita tingkah laku Aryo."Apa yang diminta adikmu, selalu dituruti almarhum ayahmu. Itulah asal muasal kenapa kita bisa bangkrut."Seketika Humaira terdiam. Dia meneguk salivanya lalu membuang muka."Ada satu hal lagi yang harus kamu ketahui. Kamu menikah dengan Santi bukan karena wasiat almarhum ayahmu. Melainkan kamu sebagai tumbal untuk membayar hutang-hutang biaya perbuatan almarhum ayahmu."
Aryo terkejut mendengar ucapan Santi. Dia tidak menyangka Arya harus membayar dengan nominal yang sangat fantastis. Perlahan Aryo menghampiri Santi. "Sayang, aku harap kamu tidak boleh memberatkan saudara kandungku sendiri. Biarkanlah, Arya berbakti kepada almarhum ayahku." Aryo merayu Santi dengan bersimpuh di kakinya agar tidak menagih denda sebanyak 3 Milyar. Derai air mata sengaja dia keluarkan. Namun, Santi tidak luluh sama sekali. Bahkan, Santi melangkah mundur. "Aku mohon Santi!" isak Aryo. Selama ini Aryo tidak pernah menangis. Kali ini dia menangis meraung. Santi tertawa ringan. Dia melihat kedua tangannya lalu diletakkannya sejajar dengan dada. Sorot matanya tajam memperhatikan drama Aryo. Tiba-tiba, Santi menghampiri Dion. Dion hanya mematung dan menunduk. "Silahkan nikmati sisa hidupmu! Sebentar lagi kamu akan mendekam di balik jeruji besi." Dion mendongak, netranya berkedip-kedip seolah kelilipan. Di
"Kalau begitu silahkan tunggu kedatangan kami. Jangan biarkan malingnya melarikan diri.""Baik, Pak! Terima kasih. Selamat siang."Santi mengakhiri teleponnya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja. Santi menghampiri Dion dengan tatapan sinis. Satunya sengaja ia angkat ke atas."Sa-Santi! Aku mohon jangan jebloskan aku ke dalam penjara. Aku tidak mau mati di dalam jeruji besi."Dion bersimpuh di kaki Santi. Air matanya terus mengalir tanpa henti."Kamu kira aku merasa iba kepada seorang pencuri kelas kakap! Keputusanku sudah bulat. Jangan harap aku bisa berubah pikiran. Saran aku kepadamu, jangan pernah mengkhianati kepercayaan seseorang. Sekali kamu mencoba berkhianat, seumur hidup dia bakalan benci dan tidak percaya lagi kepada kamu, paham!""To-tolong beri kesempatan terkahir kepada aku, Santi. Aku mohon dengan sangat."Dion terus berusaha memohon dan merayu Santi. Namun, Santi tidak berubah pikiran dan tidak luluh sama sekali
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 57: Pernikahan Aryo dan SantiPagi telah menyapa bumi. Meli baru saja bangun. Dia hendak membuat konten untuk i***a storie di salah satu akun media sosial. Perlahan dia beranjak dari atas ranjang menuju lemari riasnya."Astagfirullah! Ti-tidak ini tidak mungkin!" umpat Meli dengan panik.Meli tidak menyangka kalau wajahnya bisa jelek seperti itu. 'Ya Tuhan! Apa yang terjadi?' tanya Meli dalam hati.Meli memeriksa kotak kosmetik yang dia pakai sebelum tidur. Pelan-pelan dibacanya, ternyata cream pemutih itu cocok untuk dipakai di pagi hari. "Ke-kenapa aku salah cream. Tidak ... Aragh ...!" Meli melempar botol kosmetik yang dia pakai. Padahal, siang ini dia mau bertemu dengan owner kosmetik brand lain dan outer model baru."Tidak, aku tidak mau cacat seumur hidup," umpat Meli kembali.Meli sudah menerima uang dari beberapa owner yang akan dia jumpai. Kalau sudah seperti ini, reputasinya bisa hancur.Perlahan dia mencari kotak perseginya, tid
Meli duduk, dia membuka kotak make up nya lalu berkaca sambil mengoles lipstik ke bibirnya. Meli belakangan ini memakai alat make up hasil dari endorse. Dia sekarang sudah menjadi selebgram. Mukanya sangat glowing berkat make up yang dia terima. "Tunggu sebentar!" ucap Muliadi. Meli tidak menghiraukan perkataan Muliadi. Dia asyik memoles wajahnya sambil membuat konten. Tidak berapa lama, Mak Yeni dan Ayu datang dengan kedua tangan diborgol ke belakang. Mak Yeni hampir tidak mengenal wajah Meli. "Kamu siapa?" tanya Mak Yeni. "Aku ini buah hatimu, Mak. Masa nggak kenal dengan aku. Aku ini Meli." Meli merasa sakit hati melihat Mak Yeni yang tidak mengenali dirinya. Perlahan dia menghela napas. Dia mencoba memaklumi perkataan ibunya. "Meli bukan seperti ini cantiknya! Aku yakin ini bukan kamu." Meli menatap wajah Ayu. Ayu hanya bisa menunduk, seketika dia teringat akan dosa yang pernah dia lakukan keti
Dia ambruk ke lantai karena tersenggol Aryo."Kalau jalan pakai mata dong!"Santi menatap ke arah suara itu. Ia melihat kalau wanita itu Meli.'Meli! Ngapain dia kemari?' tanya Santi dalam hati. Ia lupa kalau Mak Yeni dan Ayu di tahan di dalam penjara.Santi langsung tersulut emosi. Dadanya mendidih dan ia ingin menampar wajah Meli. Tanpa sadar dan tidak bisa mengontrol emosinya. Ia bangkit dan berjalan menghampiri Meli dengan wajah memerah."Dasar wanita pelakor! Masih saja kamu bangga berlenggak lenggok ke sana kemari mencari mangsa."Meli melihat wajah Santi. Dia mengernyitkan dahi."Santi! Kamu ngapain di sini?""Bukan urusanmu," jawab Santi cuek.Santi melipat kedua tangannya lalu meletakkannya sejajar dengan dada. Ia berlagak angkuh kepada Meli."Idih ... Idih ... Bisa juga kamu cuek iya.""Aku bukan Santi yang dulu asal kamu tahu, paham!" balas Santi.Aryo menghampiri Santi dan w
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 56: Mulai Menyesal"Bukan kah kamu sudah diberi teguran sama yang maha esa berkali-kali. Terus kenapa kamu tidak ada niat untuk berubah ke arah yang lebih baik?" tanya Santi."Namanya juga manusia. Ketika ditegur lewat penyakit, lewat barang berharga hilang atau masalah datang bertubi, pasti ingin segera taubat pada saat itu. Namun, cuma saat itu. Ketika sudah sembuh atau masalah selesai sudah tidak ingin lagi bertaubat."Arya menghela napas, dia tidak tahu kenapa bisa berkata seperti itu."Siapa yang berkata itu? Kamu atau siapa?" tanya Arya."Mohon maaf waktu besuk tinggal lima menit. Silahkan dipersingkat pembicaraannya," ucap Muliadi.Aryo belum sempat mencurahkan isi hatinya selama di dalam penjara. Kalau pertama kali masuk penjara cuma seminggu. Kalau yang ke dua ini sudah satu bulan lebih. Tubuhnya kelihatan kurus kerempeng seolah tidak terurus.
Tidak berapa lama, akhirnya mobil Santi tiba di parkiran penjara."Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di sini" ucap Santi."What! Kita sudah sampai tan?"Santi diam, ia hanya melirik Ardi dari kaca spion."Cepat turun dari dalam mobil. Waktu kita tidak banyak di sini."Ardi, Arya dan Santi berjalan menuju ruang informasi untuk meminta izin bertemu dengan salah satu tahanan.Di sudut lorong, hanya beberapa orang saja yang lewat. Namun, kendaraan roda dua memadati parkiran."Ada yang bisa aku bantu, bu?" tanya salah satu polisi.Di name tag nya terbordir atas nama Muliadi."Maaf, Pak. Aku, Mas Arya dan Ardi mau besuk kawan kami yang sedang mendekam di balik jeruji besi," ucap Santi.Matanya Santi melihat ke sana kemari memperhatikan situasi sekitar. Baru pertama kali ini ia ke kantor polisi."Atas nama siapa, Bu, Pak?" tanya Muliadi lembut. Dia masih setia dan menjunjung tinggi excellent service kepada konsu
Ardi duduk di samping Arya. Dia sibuk mengotak-atik ponsel miliknya.Sudah lima belas menit Arya dan Ardi menunggu, Santi belum datang juga. Akhirnya rasa bosan menunggu kini menyapa Arya dan Ardi. Ardi sampai mengantuk menunggu kehadiran Santi.Tanpa sadar, Ardi ngantuk sangking lamanya menunggu. Tidak berapa lama, Santi datang."Gerak yuk!" ucap Santi.Santi melangkah gontai menghampiri Ardi dan Arya. Sementara Ardi sudah berlabuh ke pulau seribu."Ardi! Kamu kok malah ngorok?" tanya Santi.Santi sudah dandan cantik, malah Ardi molor menjelajahi dunia mimpi."Woi! Bangun!"Ardi tersentak bangun. "Kita sudah sampai, Tan?" tanya dia."Sampai ke Hongkong."Ardi melihat ke seluruh sudut rumah. Dia masih antara sadar dan tidak."Lah, rupanya kita masih di sini.""Iya. Ayo kita berangkat."Arya hanya bisa menahan senyum melihat ulah Santi dan Ardi. Dia takut keceplosan ketawa sangking lucunya ulah
Kini sudah tidak lama lagi hari H akan tiba. Arya sudah sibuk mengingat-ingat siapa saja yang layak diundang."Oh, San. Aryo kita undang tidak?" tanya Arya kepada Santi.Arya, Santi dan Ardi sedang menulis nama yang akan diundang pada acara resepsi pernikahannya."Emangnya apa boleh dia keluar?""Kurang tahu juga sih."Arya berharap saudara kandungnya bisa menghadiri resepsi pernikahan nya bersama Santi. Dia tidak ada niat untuk membalas dendam atau apa. Hanya Aryo lah satu-satunya keluarganya yang masih hidup. Selain itu sudah tidak ada lagi."Bagaimana kalau kita ke lapas sekarang. Hitung-hitung besuk dia untuk mempererat jalinan tali silaturahmi. Sudah kama aku dan Aryo tidak bersua," tanya Arya.Arya takut kalau Santi tersinggung. Itu sebabnya dia langsung menundukkan pandangannya."Bo-boleh, kenapa aku melarang hal itu. Lagi pula itu hal wajar.""Aku boleh ikut nggak, Tan?" tanya Ardi spontan.San
"Pokoknya Mbak Shela pasti pulang. Aku jamin, Om.""Baiklah."Arya senyum senyum membayangkan bagaimana nantinya aktingnya dengan Shela dan Ardi.Flash back off****"Kalian semua jahat!" amuk Santi.Santi tersipu malu. Ternyata ia dikerjain mereka semua. Perlahan ia menyusut air matanya yang sudah terlanjur jatuh membasahi pipinya. Malu, sedih dan bahagia bercampur menjadi satu. Namun, ia mencoba tersenyum walaupun dirinya telah dikerjai mereka bertiga."Maafkan aku, San. Ini semua ide aku. Maafkan aku sudah terlanjur melukai perasaanmu. Aku hanya ingin melihat seberapa tulusnya kamu menerima diriku sebagai imam kamu.""Cukup! Hentikan semua drama kamu itu, Mas!" amuk Santi. Ia tidak mau kalau Arya berakting lagi.Arya tersenyum walaupun rasa sakit masih belum reda dari pelipisnya."Aku ini
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 55: Ide Awal"Ide apa, Om?!" tanya Ardi."Mari sini tak bisikin."Arya membisikkan idenya ke daun telinganya. Ardi senyam-senyum mendengar penjelasan Arya."Wah ide bagus.""Terus, kita berdua saja yang memberikan kejutan kepada Tante?" tanya Ardi.Arya bingung, dia tidak tahu siapa lagi kawan mereka yang ikut serta mengerjai Santi."Bagaimana kalau aku telepon Mbak Shela. Aku rasa dia pasti mau pulang kemari.""Shela siapa? Dan dia emangnya di mana sekarang?" cecar Arya.Arya masih terus terbaring di atas berangkat dan jarum infus masih menusuk di tangannya. Suara jam dinding berbunyi merdu menghibur suasana di dalam kamar Arya membuat mereka berdua semakin seru memikirkan ide apa yang akan diberikan kepada Santi pada saat ulang tahun nanti."Mbak Shela itu kakak sepupu aku. Ibuku dengan ibunya Mbak Shela kakak adik. Ibunya Mbak Shela anak per