"Ibu ... Bertahan lah! Aku mohon, ibu pasti kuat."
Humairah semakin sesak, tidak biasanya dia menahan sakit seperti ini. Arya langsung membopong ibunya keluar. Niat hatinya ingin membawa ibunya ke rumah sakit atau klinik terdekat.
Sesampainya di klinik dekat rumahnya, dokter memberi pertolongan kepada Humairah. Sementara Arya terus menerus komat kamit berdoa demi keselamatan ibunya. Sesekali Arya berpangku tangan di ruang tunggu, terkadang dia memijit keningnya yang tidak sakit.
"Selamat Sore, apa benar bapak saudara dari pasien?" tanya dokter Imawan. Namanya jelas terukir di name tag nya tergantung di atas saku bajunya.
"So-sore, Dok," jawab Arya gugup.
Arya berdiri mensejajarkan wajahnya dengan dokter.
"Bagaimana kabar ibu saya, Dok?!" tanya Arya parau. Suaranya serak menahan isak tangis. Dia tidak tega melihat ibunya sakit menderita seperti itu.
"Kabar beliau baik. Namun, beliau tertekan batin melihat ulah anakn
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 47: Sebilah Pisau"Kamu ingin tahu apa yang sesungguhnya?" tanya Humairah parau."I-iya, Bu."Arya mendongak. Dia bangkit dari tempat duduknya menatap wajah ibunya penuh deraian air mata.Perlahan Arya mengusap buliran bening itu dengan ujung jarinya. Humairah semakin terisak."Almarhum ayah kamu terlalu memanjakan Aryo. Selama kamu tidak ada di rumah, sudah tiga kali rentenir datang ke rumah menagih hutang," jelas Humairah.Arya belum mengerti apa yang dikatakan ibunya. Dia mengernyitkan dahi sambil menatap foto Aryo tergantung di dinding bersama Almarhum ayahnya."A-aku tidak mengerti apa yang ibu katakan!" jawab Arya tegas."Aryo memiliki sifat iri dan dia cemburu kepada kamu."Arya semakin bingung. Dia heran kenapa adik kandung sendiri bisa iri dan cemburu kepadanya. Padahal, dia dan Aryo sama-sama pria. Masa Aryo bisa cemburu kepada dirinya. Perlakuan
Arya mengukir senyum tipis. Perlahan dia melihat ujung pisau dengan teliti."Pergi ... Aku tidak ingin mati. Baiklah aku akan cerita semuanya."Wajah Humairah semakin pucat, kelihatannya dia ketakutan. Selimutnya dia pilin lalu dia menutup wajahnya.Arya mengupas buah pir dengan sigap. Tidak berapa lama, buah pir telah usah dikupas Arya."Ibu ... Jangan risau. Aku tidak akan membunuhmu. Ambillah buah pir ini. Aku rindu menyuap ibu.""Ka-kamu pasti bohong 'kan Arya?! Pergi dari sini! Kalau tidak aku akan teriak."Arya meletakkan buah pir dan pisau itu di atas piring. Dia membuka pelan selimut yang menutupi wajah ibunya."Tidak ...!" teriak Humairah kencang sambil menutup mata.Arya membekap mulut ibunya, "Ibu ... Jangan teriak!"Perlahan Humairah membuka matanya. Napasnya sudah tidak stabil. Dadanya bergemuruh
"Ja-jadi ... Rumah kita itu sudah dijual?!" tanya Arya spontan dengan nada tiga oktaf.Humairah terkejut, dia menahan sesak di dadanya. Mulut Humairah kumat kamit membaca istighfar."Ibu ... Maafkan aku."Arya memeluk ibunya. Dia merasa bersalah telah membentak ibunya. Sebenarnya dia tidak ada maksud membentak, tapi setan lebih berkuasa mengontrol emosinya. Sehingga dia tersulit emosi.Setelah rasa sesak hilang di dada Humairah, dia masih saja melanjutkan cerita tingkah laku Aryo."Apa yang diminta adikmu, selalu dituruti almarhum ayahmu. Itulah asal muasal kenapa kita bisa bangkrut."Seketika Humaira terdiam. Dia meneguk salivanya lalu membuang muka."Ada satu hal lagi yang harus kamu ketahui. Kamu menikah dengan Santi bukan karena wasiat almarhum ayahmu. Melainkan kamu sebagai tumbal untuk membayar hutang-hutang biaya perbuatan almarhum ayahmu."
Aryo terkejut mendengar ucapan Santi. Dia tidak menyangka Arya harus membayar dengan nominal yang sangat fantastis. Perlahan Aryo menghampiri Santi. "Sayang, aku harap kamu tidak boleh memberatkan saudara kandungku sendiri. Biarkanlah, Arya berbakti kepada almarhum ayahku." Aryo merayu Santi dengan bersimpuh di kakinya agar tidak menagih denda sebanyak 3 Milyar. Derai air mata sengaja dia keluarkan. Namun, Santi tidak luluh sama sekali. Bahkan, Santi melangkah mundur. "Aku mohon Santi!" isak Aryo. Selama ini Aryo tidak pernah menangis. Kali ini dia menangis meraung. Santi tertawa ringan. Dia melihat kedua tangannya lalu diletakkannya sejajar dengan dada. Sorot matanya tajam memperhatikan drama Aryo. Tiba-tiba, Santi menghampiri Dion. Dion hanya mematung dan menunduk. "Silahkan nikmati sisa hidupmu! Sebentar lagi kamu akan mendekam di balik jeruji besi." Dion mendongak, netranya berkedip-kedip seolah kelilipan. Di
"Kalau begitu silahkan tunggu kedatangan kami. Jangan biarkan malingnya melarikan diri.""Baik, Pak! Terima kasih. Selamat siang."Santi mengakhiri teleponnya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja. Santi menghampiri Dion dengan tatapan sinis. Satunya sengaja ia angkat ke atas."Sa-Santi! Aku mohon jangan jebloskan aku ke dalam penjara. Aku tidak mau mati di dalam jeruji besi."Dion bersimpuh di kaki Santi. Air matanya terus mengalir tanpa henti."Kamu kira aku merasa iba kepada seorang pencuri kelas kakap! Keputusanku sudah bulat. Jangan harap aku bisa berubah pikiran. Saran aku kepadamu, jangan pernah mengkhianati kepercayaan seseorang. Sekali kamu mencoba berkhianat, seumur hidup dia bakalan benci dan tidak percaya lagi kepada kamu, paham!""To-tolong beri kesempatan terkahir kepada aku, Santi. Aku mohon dengan sangat."Dion terus berusaha memohon dan merayu Santi. Namun, Santi tidak berubah pikiran dan tidak luluh sama sekali
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 48: Kehadiran Mak Yeni"Assalamualaikum, permisi!" panggil Mak Yeni sambil menggedor pagar rumah.Santi tidak menjawab salam dari Mak Yeni. Ia tetap melangkah dan menghampiri wanita itu."Apa benar ini alamat rumah Santi?" tanya Mak Tenis setelah Santi sudah dekat dengan dia."Iya. Kamu itu siapa?!" tanya Santi cuek.Mak Yeni menghela napas lalu mengelus dadanya. Seumur-umurnya baru kali ini dia diperlakukan orang lain seperti ini."A-aku ini ibunya Meli, mertua Nak Aryo."Darah Santi semakin mendidih. Dadanya bergemuruh. Belum selesai masalah satu, sudah muncul masalah baru."Ada apa kemari? Terus tahu dari mana alamat rumahku ini?!" tanya Santi.Santi buang muka. Ia melangkah menghampiri bunga rose yang sedang mekar. Ia membawa bunga rose itu ke hadapan Mak Yeni."Kamu lihat bunga rose ini? Cantik, harum dan sangat indah. Namun, itu semua tid
Santi menatap wajah Aryo. Ada sedikit rasa cemburu ketika Aryo perhatian kepada Meli. Sudah seperti ini keadaan Aryo, masih saja tidak peduli kepada Santi. Itu sebabnya Santi merasa tidak dianggap. Walaupun ia dan Aryo sudah berpisah."Masih saja kamu perhatian sama Meli? Dia saja nggak ada lagi perhatian sama kamu.""Wajar dong aku mengetahui kabar Meli. Aku ini masih suaminya."Santi mau muntah mendengar perkataan Aryo. Dion dan Arya datang menghampiri Santi dan Arya. Sementara Mak Yeni masih saja di luar pagar rumah."Ada apa ini?" tanya Arya.Arya terus melangkah menghampiri Santi. Santi menjauh dan buang muka. Arya heran kenapa Santi buang muka."Aku ini ibunya Meli," sahut Mak Yeni. Matanya berkedip-kedip seperti kelilipan.Mak Yeni sadar, kalau saudara yang berbuat salah kepada seseorang, pasti kena imbasnya kepada orang yang tidak bersalah."Siapa Meli? Ada hubungan apa kepada Santi dan Aryo?" tanya Arya.Arya me
"Aku sudah mengetahui semua permasalahan rumah tanggamu, Santi. Aku harap, dengan kejadian ini. Kamu lebih muhasabah diri untuk berubah ke arah yang lebih baik."Santi berpikir sejenak, hatinya yang panas kini menjadi adem. Amarah yang mulai membakar jiwanya, kini redup laksana disiram air zam-zam.Tidak ada hujan, tidak ada angin. Santi melangkah ke masuk ke dalam rumah. Aryo, Arya, Dion dan Mak Yeni heran melihat ulah Santi.Tidak berapa lama, Santi keluar dari dalam rumah dengan wajah tidak bersemangat.Ia langsung membuka pagar rumah."Silahkan masuk, Bu!"Suasana hening seketika, suara adzan telah berkumandang menandakan magrib telah tiba. Perasaan Mak Yeni sedikit lega. Dia mengucap istighfar karena sudah dikasih izin masuk ke dalam rumah.Suara klakson mobil terdengar kuat memekakkan telinga. Mak Yeni terkejut mendenga