Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal
Part 04: Pelakor Jumpa PelakorAyu terkejut mendengar ucapan Meli. "Ja-jadi ka-kamu ini sedang hamil?" tanya Ayu terbata. Mulutnya membulat seperti huruf o.Meli mengangguk dan tidak berani berkata.
"Se-serius?" tanya Ayu seolah tidak percaya.
"Iya."
Meli dengan terpaksa mengakui atas kejadian yang sesungguhnya.
Ayu tidak tahu mau berkata apa, seolah lidahnya kelu. Kedua tangannya memijit keningnya, mencoba mencari solusi. Namun, tidak ketemu selain menggugat cerai.
"Mbak! Aku mohon informasi ini jangan sampai kepada ayah dan ibu di kampung. Aku tidak mau mereka risau dan ...."
Meli menjeda ucapannya lalu memijit keningnya dan terus menangis.
"Apa sebenarnya yang kamu kejar dari Aryo?" tanya Ayu. Dia membetulkan duduknya, suasana tegang menyelimuti teras rumah.
Meli bergeming, hanya tangisan yang bisa dia perbuat saat ini. "A-aku terpaksa menikah dengan Aryo karena hartanya."
"Karena hartanya membuat kedua bola matamu gelap dan imanmu goyang. Sehingga kesucianmu dia reguk begitu saja kamu merelakannya. Sungguh tipis imanmu, Meli."
Ayu tidak menyangka. Pelan dia menarik napas, lalu menghembuskannya kembali dengan kasar.
"Sudahlah, Mbak. Semua sudah terlanjur basah. Aku memang salah dan betapa mudahnya diriku terlena dengan semua yang dimiliki Aryo. Mulai dari harta juga wajah gantengnya membuat otakku traveling untuk bisa menguasai semua yang dia miliki. Ternyata jalan yang aku tempuh sesat dan menyesatkan."
Dadanya sesak, kini hidupnya sudah hancur akibat ulanya sendiri.
"Kamu harus bangkit! Semua pasti ada hikmahnya," nasihat Ayu kembali memberi semangat.
Ayu memeluk Meli memberikan rasa empati kepada adiknya. Walau bagaimana pun, sehina dan senista apapun Meli, dia itu tetap saudara kandungnya.
'Mbak kira aku menyesal semua yang aku lakukan. Aku bukan wanita lemah dan bodoh, Mbak!' ucapnya dalam hati. Kedua bola matanya membulat ingin balas dendam kepada Aryo.
Ayu dan Meli saling adu pandang, Meli mencoba senyum bahwasanya dia mau bangkit dan tidak lemah.
"Nah gitu dong senyum."
"Terima kasih, Mbak. Aku kira kamu bakalan menjauhiku juga membenciku."
Ayu mengangkat jari manisnya memberi kode untuk damai. Dia melakukan itu agar Meli tidak putus asa menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya.
"Aku tidak seperti yang kamu kira. Oh iya, aku harus segera pulang. Masih ada urusan lain yang harus aku selesaikan."
Meli mengulas senyum atas empati yang diberikan Ayu kepada dirinya.
Ayu beranjak dan berjalan menuju mobil yang parkir. Baru beberapa langkah, Meli berkata, "Mbak, aku salut punya kamu. Jangan lelah untuk menasehatiku. Maafkan aku yang sudah menoreh luka di hatimu.
Ayu berhenti dan senyum. Meli menyalam tangan Mbaknya dan mereka berdua berpelukan kembali. Suasana haru kini hadir di hati mereka berdua.
Ayu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Dia men-stater mobil kemudian menginjak pedal gas.
"Hati-hati, Mbak," ucap Meli sambil melambaikan tangan.
Baru saja Ayu mau melajukan mobil yang dia setir. Tiba-tiba, mobil milik Aryo masuk pelan ke halaman rumah. Dia heran kenapa ada mobil masuk.
Mobil yang disetir Aryo berhenti. Aryo mematiman mesin dan membuka seat belt lalu dia keluar dari dalam mobil. Dia berlari keliling menuju pintu samping sambil berkata "Kita sudah sampai sayang," ucap Aryo membuka pintu mobil.
Meli dan Ayu mengarahkan pandangannya ke arah Aryo yang baru saja membuka pintu dan berkata sayang.
"Sayang," ucap Meli dan Ayu serentak.
Alia membuka seat belt dan keluar dari dalam mobil disambut mesra Aryo. Alia turun dari dalam mobil laksana primadona. Gaun yang melekat pada tubuhnya sangat memukau dan seirama dengan wajahnya yang cantik. Pria mana yang tidak meleleh melihat wajah ayu dan kemolekan tubuh yang dimiliki Alia.
Meli berjalan menghampiri suaminya juga perempuan yang berada di samping, Aryo.
Plak!
Sebuah tamparan menepis di wajah Aryo.
"Siapa wanita ini, Mas!" amuk Meli diiringi dengan tetesan air mata.
Sementara Ayu diam di dalam mobil. Alia sibuk memainkan gawainya dan merekam kejadian yang terjadi di depan matanya. Meli tidak mengetahui kalau perempuan yang di samping Aryo sedang live di sosial media berwarna ungu.
"Dia itu calon istriku," jawab Aryo datar.
"Tega kamu, Mas!" sungut Meli dan tangisnya pecah seketika.
"Aku bukan tega, tapi sanggup melakukan ini karena kau sudah tidak menarik lagi."
Perkataan yang sama Aryo lontarkan kepada Santi pada saat Meli dan Aryo tertangkap basah oleh istri pertamanya.
Hati Meli laksana tersayat belati, kemudian ditetesin perasan air jeruk lemon.
"Ba-bagaimana dengan janin yang ada di dalam rahimku," tanya Meli terbata.
Andai kata air matanya bisa kering, mungkin sudah kering karena tetesan buliran bening sangat deras luruh dari kedua sudut netranya.
"Silahkan urus saja sendiri! Kau itu laksana tebu. Habis manis sepah dibuang. Aku sudah mereguk mahkotamu, lalu aku membuangmu laksana sampah!"
Tiba-tiba, Ayu keluar dari dalam mobil dan menghampiri mereka bertiga.
Plak!
Tamparan kedua mendarat di pipi Aryo.
Aryo mengelus pipinya dan tidak membalas tamparan yang dia terima.
"Sudah puas kau merusak masa depan, Meli!" amuk Mbak Ayu.
Plak!
Plak!
Aryo diam menerima pukulan yang mendarat di kedua pipinya.
"Sudah selesai tampar menamparnya?" tanya Aryo santai dan tidak ada sama sekali tersulut emosi.
Ayu diam dan berpikir kenapa Aryo tidak ada sama sekali merah padam dan dia seperti tidak berdosa atas semua yang dilakukan olehnya.
'Rencana apa yang dia pikirkan?' tanya Ayu dalam hati.
Meli masih menangis, pada saat ini hanya menangis yang bisa dia lakukan.
"Tamparan telak yang kalian berikan tidak ada sama sekali sakit jikalau dibandingkan rasa sakit hati yang aku torehkan kepada Meli," ucap Aryo sambil menunjuk Meli.
Darah Ayu mendidih setelah mendengar ucapan Aryo.
"Aku memadu kasih dengan Meli cuma tiga puluh menit, tapi sakit hatinya seumur hidupnya bahkan sampai bayi itu lahir."
Ucapan Aryo menusuk jantung Ayu. Dia tidak menyangka kalau Aryo sangat kejam dan bejat. Pria yang diidamkan dan dibanggakan Meli, ternyata jauh bertolak belakang dengan cerita Meli selama ini. Itu sebabnya dia ikut merestui menikah dengan Aryo.
Aryo menghampiri Meli. "Mulai dari sekarang, kau kutalak dan silahkan angkat kaki dari rumahku ini!"
"Hatimu terbuat dari apa, Mas? Kau itu terlahir dari rahim seorang perempuan dan bisa besar dari air susu wanita yang mengasuh dan merawatmu. Kau kejam ... Sungguh tak kusangka kau sekejam ini!" ucap Meli lirih.
Tidak ada yang menyangka, jika pria di depan Meli bisa sesadis itu.
"Kejam kamu bilang. Itu cuma perasaanmu saja. Atau kamu itu terlalu baper, sehingga kamu berucap sedemikian rupa."
Ayu tidak kuat mendengar ucapan Aryo. Dia mau menyalahkan Aryo sepenuhnya. Namun, tidak akan bisa. Mana mungkin ini terjadi jikalau Meli bisa menjaga diri.
"Lebih baik aku mati daripada menanggung malu," ucap Meli.
"Silahkan! Aku nggak peduli. Perlu kamu ingat! Jika kamu mau bunuh diri jangan di rumahku ini, ok!" bisik Aryo ke daun telinga Meli.
Bersambung ....
Next?
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 05: Alia Berhasil Mencelakai Meli"Silahkan! Aku nggak peduli. Perlu kamu ingat! Jika kamu mau bunuh diri jangan di rumahku ini, ok!" bisik Aryo ke daun telinga Meli."Kamu sungguh kejam, Mas.""Aku tidak kejam, Meli. Aku hanya memberikan pelajaran bagi kamu yang terlalu ambisi merebut harta kekayaanku."Kata demi kata yang keluar dari tepi bibir Aryo sangat menyakitkan. Meli menelan saliva, rasanya sangat pahit laksana sepahit empedu."Meli, ayo kita pergi dari rumah ini. Aku nggak sudih kau meneruskan pernikahan ini kalau membuatmu tersiksa," ajak Ayu sambil menarik lengannya."Bagus! Akhirnya kamu mengangkut sampah dari rumahku. Asal Mbak Tahu, aku menikahi Meli untuk membuktikan tanggung jawabku kepada dia, karena aku sudah terlanjur menyemai benihku ke dalam rahimnya. Untung saja aku masih baik, mau bertanggungjawab."Mulut Ayu menganga dan berpikir sejenak. 'B
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 06: Tak Perlu Balas Dendam "Bukan urusanmu! Lepaskan ... dan biarkan aku pergi!" Akhirnya Alia membiarkan Meli pergi begitu saja. Meli dan Ayu beranjak pergi menuju mobil. Ketika mau masuk, kaki Meli, tiba-tiba terpeleset. "Aw!" ucapnya lirih. Meli menahan sakit sambil memijit kakinya terkilir. Dia sadar kotak emasnya jatuh menggelinding menuju pagar rumah. Netranya mengikuti kotak emas itu dengan sorot mata membulat. "Meli," teriak Ayu. Ayu berlari menghampiri Meli. Dia takut janin yang dikandung Meli terjadi sesuatu di luar dugaan. "Perutku sakit sekali, Mbak," ucap Meli. Dia menahan sakit sekitar perutnya. "Kita harus ke dokter," balas Ayu sambil menuntun Meli menuju mobil. "Ko-kotak emasku menggelinding dekat pagar," ucap Meli terbata. "Kesehatanmu jauh lebih penting daripada emas itu," balas Ayu. Mereka berhenti sejenak.
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 06: Tak Perlu Balas Dendam "Siapa lagi kalau bukan pria yang ada di depan mata kepalaku sendiri." Aryo menghela napas, ucapan Santi sangat membuat dirinya terpukul. Namun, dia tidak mau memperlihatkan kondisi yang sesungguhnya. "Kalau kamu pandai merawat tubuhmu seperti waktu gadis, aku tidak akan berpaling darimu." Aryo selalu berkata seperti itu sebagai senjata yang bisa dia katakan. "Kamu mau tahu, kenapa aku tidak merawat tubuhku?" tanya Santi. Dia memancing Aryo, apakah mantan suaminya itu penasaran. "Nggak penting! Lagi pula kamu bukan istriku lagi. Ngapain aku kepo dengan mantan ...." Ucapannya sengaja dijeda. Santi merasa lega mendengar jawaban Aryo. "Mungkin pada saat ini kamu merasa di atas dan mempunyai segalanya. Sehingga lupa diri kepada seorang istri yang membawa kamu sukses dan memiliki segalanya. Kesuksesanmu itu suatu
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 07: Tabungan Santi dikuras Aryo "Apakah kamu mau membantu aku," tanya Meli kembali. Sorot matanya sayu mengharap uluran tangan Santi agar membantu dirinya. Santi masih berpikir menentukan pilihan yang amat berat. "Jikalau kamu tidak mau, nggak apa-apa. Mungkin wanita seperti aku tidak pantas dan tidak layak di tolong oleh wanita yang aku sakiti," ucap Meli. Matanya berkaca-kaca, lalu dia pergi melangkah. Rasa sakit yang terlahir di perutnya sudah mulai hilang. Ayu mengikuti langkah Meli menuju mobil. Sepatah kata pun tidak ada yang keluar dari tepi bibirnya. Apalagi mau meminta tolong kembali kepada Santi, dia sudah sungkan. Santi masih berusaha melawan antara perasaan dan kata hatinya. Ia memejamkan mata sejenak mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Tiba-tiba, Aryo membuyarkan lamunannya. "Ngapain lagi kamu berdiri si situ?" Santi terkejut mendengar perka
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 07: Tabungan Santi dikuras Aryo"Aku bisa kok, Mbak," balas Meli keras kepala.Santi bingung mau naik apa pulang ke rumahnya. Dari tadi dia mengotak-atik ponselnya untuk pesan transportasi online, sudah dua menit tidak ada sama sekali ditemukan. Akhirnya dia luluh juga untuk membantu Meli, walaupun dalam keadaan pasrah, tapi tidak rela."Mbak, aku mau membantu menyetir mobil milik Meli," ucap Santi.Ayu berhenti dan mengarahkan tubuhnya ke asal suara itu."Se-serius?" tanya Ayu terbata. Dia laksana mendapat mukjizat yang tak disangka-sangka.Santi mengangguk dan mengulas senyum."Bu-bukan bohong 'kan?" tanya Ayu meyakinkan."Aku serius, Mbak."Sementara Meli sudah menekan pedal gas untuk melaju pergi."Meli," teriak Ayu dan Santi serentak.Ayu dan Santi berlari menghentikan Meli, agar tidak menyetir mobil itu."Meli jangan
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 08: Panggilan Nomor BaruPikiran Meli nanar, hatinya nelangsa. Matanya berembun membuat pandangannya tidak jelas.'Lebih baik aku mati daripada menanggung malu di dunia ini. Tidak ada lagi gunanya aku hidup,' ucapnya dalam hati.Meli menginjak tuas gas semakin kuat. Dia menyetir mobil dengan kecepatan seratus KM per jam."Mbak, kita kok bisa kehilangan jejak?" tanya Santi. Hatinya ikut was-was terjadi sesuatu pada Meli."Kurang tahu juga, San. Mungkin dia ngebut agar kita nggak bisa mengejarnya," jawab Ayu.Ayu fokus menyetir, dia takut konsentrasinya buyar kalau terlalu berpikiran negatif memikirkan Meli."Apa sebaiknya kita berhenti sejenak?" ucap Santi.Sebenarnya dia takut mengutarakan itu, tapi Santi memberanikan diri. Niatnya untuk menelpon Alia agar membujuk Aryo menghubungi Meli. Santi yakin, kalau Aryo menelpon Meli. Dia pasti tidak beran
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 08: Panggilan Nomor BaruAryo meneguk minumnya lalu menghembuskan napas kasar."Sekali lagi jangan pernah ikut campur lagi masalah mantan istriku. Aku nggak suka, sayang."Alia mengangguk dan melingkarkan jari kelingkingnya menandakan sebuah perjanjian yang tidak boleh dilanggar."Maaf iya, sayang. Aku tadi sudah marah padamu."Aryo berdiri dan mengecup kening Alia. Sebenarnya ia merasa jijik karwna Aryo mencium keningnya.'Kalau bukan karena terpaksa butuh uang, aku nggak mau dicium segala sama Aryo lelaki buaya darat,' ucap Alia dalam hati. Ia mencoba membalas senyum Aryo walaupun terpaksa."Nggak apa-apa, santai saja."Gawai milik Alia bergetar dan mengalihkan perhatiannya. Ternyata sebuah notif pesan chatt dari Santi."Ada pesan chatt masuk sayang, sin
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 09: Pergi ke Show Room MobilAyu berhenti sejenak dan menjawab panggilan telepon.[Halo!] jawab Ayu dengan nada gemetar dan takut.Wajar dia was-was karena dua bulan yang lalu Ayu kena tipu melalui panggilan telepon nomor baru.[Apa benar ini saudari Ayu Widyaningsih?] tanya pria itu di ujung sana setelah panggilan telepon terhubung.Ayu mengernyitkan kening, dia mencoba mengenali suara itu. Namun, tidak bisa dia tebak, siapa lawan bicaranya.[I-iya! A-ada apa? Ada yang bisa saya bantu?] tanya Ayu dengan suara gemetar dan penasaran.Santi duduk di kursi depan dan sibuk dengan ponsel miliknya. Suara transportasi yang lalu lalang membuat konsentrasinya buyar.[Apakah Meli kecelakaan atau bagaimana?] Perasaan Ayu semakin kacau.Ayu menggigit bibir bawah dan kedua bola matanya membulat.[Aku mohon Bu Ayu segera ke rumah sakit Bunda Thamrin jalan pelajar, se
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 57: Pernikahan Aryo dan SantiPagi telah menyapa bumi. Meli baru saja bangun. Dia hendak membuat konten untuk i***a storie di salah satu akun media sosial. Perlahan dia beranjak dari atas ranjang menuju lemari riasnya."Astagfirullah! Ti-tidak ini tidak mungkin!" umpat Meli dengan panik.Meli tidak menyangka kalau wajahnya bisa jelek seperti itu. 'Ya Tuhan! Apa yang terjadi?' tanya Meli dalam hati.Meli memeriksa kotak kosmetik yang dia pakai sebelum tidur. Pelan-pelan dibacanya, ternyata cream pemutih itu cocok untuk dipakai di pagi hari. "Ke-kenapa aku salah cream. Tidak ... Aragh ...!" Meli melempar botol kosmetik yang dia pakai. Padahal, siang ini dia mau bertemu dengan owner kosmetik brand lain dan outer model baru."Tidak, aku tidak mau cacat seumur hidup," umpat Meli kembali.Meli sudah menerima uang dari beberapa owner yang akan dia jumpai. Kalau sudah seperti ini, reputasinya bisa hancur.Perlahan dia mencari kotak perseginya, tid
Meli duduk, dia membuka kotak make up nya lalu berkaca sambil mengoles lipstik ke bibirnya. Meli belakangan ini memakai alat make up hasil dari endorse. Dia sekarang sudah menjadi selebgram. Mukanya sangat glowing berkat make up yang dia terima. "Tunggu sebentar!" ucap Muliadi. Meli tidak menghiraukan perkataan Muliadi. Dia asyik memoles wajahnya sambil membuat konten. Tidak berapa lama, Mak Yeni dan Ayu datang dengan kedua tangan diborgol ke belakang. Mak Yeni hampir tidak mengenal wajah Meli. "Kamu siapa?" tanya Mak Yeni. "Aku ini buah hatimu, Mak. Masa nggak kenal dengan aku. Aku ini Meli." Meli merasa sakit hati melihat Mak Yeni yang tidak mengenali dirinya. Perlahan dia menghela napas. Dia mencoba memaklumi perkataan ibunya. "Meli bukan seperti ini cantiknya! Aku yakin ini bukan kamu." Meli menatap wajah Ayu. Ayu hanya bisa menunduk, seketika dia teringat akan dosa yang pernah dia lakukan keti
Dia ambruk ke lantai karena tersenggol Aryo."Kalau jalan pakai mata dong!"Santi menatap ke arah suara itu. Ia melihat kalau wanita itu Meli.'Meli! Ngapain dia kemari?' tanya Santi dalam hati. Ia lupa kalau Mak Yeni dan Ayu di tahan di dalam penjara.Santi langsung tersulut emosi. Dadanya mendidih dan ia ingin menampar wajah Meli. Tanpa sadar dan tidak bisa mengontrol emosinya. Ia bangkit dan berjalan menghampiri Meli dengan wajah memerah."Dasar wanita pelakor! Masih saja kamu bangga berlenggak lenggok ke sana kemari mencari mangsa."Meli melihat wajah Santi. Dia mengernyitkan dahi."Santi! Kamu ngapain di sini?""Bukan urusanmu," jawab Santi cuek.Santi melipat kedua tangannya lalu meletakkannya sejajar dengan dada. Ia berlagak angkuh kepada Meli."Idih ... Idih ... Bisa juga kamu cuek iya.""Aku bukan Santi yang dulu asal kamu tahu, paham!" balas Santi.Aryo menghampiri Santi dan w
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 56: Mulai Menyesal"Bukan kah kamu sudah diberi teguran sama yang maha esa berkali-kali. Terus kenapa kamu tidak ada niat untuk berubah ke arah yang lebih baik?" tanya Santi."Namanya juga manusia. Ketika ditegur lewat penyakit, lewat barang berharga hilang atau masalah datang bertubi, pasti ingin segera taubat pada saat itu. Namun, cuma saat itu. Ketika sudah sembuh atau masalah selesai sudah tidak ingin lagi bertaubat."Arya menghela napas, dia tidak tahu kenapa bisa berkata seperti itu."Siapa yang berkata itu? Kamu atau siapa?" tanya Arya."Mohon maaf waktu besuk tinggal lima menit. Silahkan dipersingkat pembicaraannya," ucap Muliadi.Aryo belum sempat mencurahkan isi hatinya selama di dalam penjara. Kalau pertama kali masuk penjara cuma seminggu. Kalau yang ke dua ini sudah satu bulan lebih. Tubuhnya kelihatan kurus kerempeng seolah tidak terurus.
Tidak berapa lama, akhirnya mobil Santi tiba di parkiran penjara."Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di sini" ucap Santi."What! Kita sudah sampai tan?"Santi diam, ia hanya melirik Ardi dari kaca spion."Cepat turun dari dalam mobil. Waktu kita tidak banyak di sini."Ardi, Arya dan Santi berjalan menuju ruang informasi untuk meminta izin bertemu dengan salah satu tahanan.Di sudut lorong, hanya beberapa orang saja yang lewat. Namun, kendaraan roda dua memadati parkiran."Ada yang bisa aku bantu, bu?" tanya salah satu polisi.Di name tag nya terbordir atas nama Muliadi."Maaf, Pak. Aku, Mas Arya dan Ardi mau besuk kawan kami yang sedang mendekam di balik jeruji besi," ucap Santi.Matanya Santi melihat ke sana kemari memperhatikan situasi sekitar. Baru pertama kali ini ia ke kantor polisi."Atas nama siapa, Bu, Pak?" tanya Muliadi lembut. Dia masih setia dan menjunjung tinggi excellent service kepada konsu
Ardi duduk di samping Arya. Dia sibuk mengotak-atik ponsel miliknya.Sudah lima belas menit Arya dan Ardi menunggu, Santi belum datang juga. Akhirnya rasa bosan menunggu kini menyapa Arya dan Ardi. Ardi sampai mengantuk menunggu kehadiran Santi.Tanpa sadar, Ardi ngantuk sangking lamanya menunggu. Tidak berapa lama, Santi datang."Gerak yuk!" ucap Santi.Santi melangkah gontai menghampiri Ardi dan Arya. Sementara Ardi sudah berlabuh ke pulau seribu."Ardi! Kamu kok malah ngorok?" tanya Santi.Santi sudah dandan cantik, malah Ardi molor menjelajahi dunia mimpi."Woi! Bangun!"Ardi tersentak bangun. "Kita sudah sampai, Tan?" tanya dia."Sampai ke Hongkong."Ardi melihat ke seluruh sudut rumah. Dia masih antara sadar dan tidak."Lah, rupanya kita masih di sini.""Iya. Ayo kita berangkat."Arya hanya bisa menahan senyum melihat ulah Santi dan Ardi. Dia takut keceplosan ketawa sangking lucunya ulah
Kini sudah tidak lama lagi hari H akan tiba. Arya sudah sibuk mengingat-ingat siapa saja yang layak diundang."Oh, San. Aryo kita undang tidak?" tanya Arya kepada Santi.Arya, Santi dan Ardi sedang menulis nama yang akan diundang pada acara resepsi pernikahannya."Emangnya apa boleh dia keluar?""Kurang tahu juga sih."Arya berharap saudara kandungnya bisa menghadiri resepsi pernikahan nya bersama Santi. Dia tidak ada niat untuk membalas dendam atau apa. Hanya Aryo lah satu-satunya keluarganya yang masih hidup. Selain itu sudah tidak ada lagi."Bagaimana kalau kita ke lapas sekarang. Hitung-hitung besuk dia untuk mempererat jalinan tali silaturahmi. Sudah kama aku dan Aryo tidak bersua," tanya Arya.Arya takut kalau Santi tersinggung. Itu sebabnya dia langsung menundukkan pandangannya."Bo-boleh, kenapa aku melarang hal itu. Lagi pula itu hal wajar.""Aku boleh ikut nggak, Tan?" tanya Ardi spontan.San
"Pokoknya Mbak Shela pasti pulang. Aku jamin, Om.""Baiklah."Arya senyum senyum membayangkan bagaimana nantinya aktingnya dengan Shela dan Ardi.Flash back off****"Kalian semua jahat!" amuk Santi.Santi tersipu malu. Ternyata ia dikerjain mereka semua. Perlahan ia menyusut air matanya yang sudah terlanjur jatuh membasahi pipinya. Malu, sedih dan bahagia bercampur menjadi satu. Namun, ia mencoba tersenyum walaupun dirinya telah dikerjai mereka bertiga."Maafkan aku, San. Ini semua ide aku. Maafkan aku sudah terlanjur melukai perasaanmu. Aku hanya ingin melihat seberapa tulusnya kamu menerima diriku sebagai imam kamu.""Cukup! Hentikan semua drama kamu itu, Mas!" amuk Santi. Ia tidak mau kalau Arya berakting lagi.Arya tersenyum walaupun rasa sakit masih belum reda dari pelipisnya."Aku ini
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 55: Ide Awal"Ide apa, Om?!" tanya Ardi."Mari sini tak bisikin."Arya membisikkan idenya ke daun telinganya. Ardi senyam-senyum mendengar penjelasan Arya."Wah ide bagus.""Terus, kita berdua saja yang memberikan kejutan kepada Tante?" tanya Ardi.Arya bingung, dia tidak tahu siapa lagi kawan mereka yang ikut serta mengerjai Santi."Bagaimana kalau aku telepon Mbak Shela. Aku rasa dia pasti mau pulang kemari.""Shela siapa? Dan dia emangnya di mana sekarang?" cecar Arya.Arya masih terus terbaring di atas berangkat dan jarum infus masih menusuk di tangannya. Suara jam dinding berbunyi merdu menghibur suasana di dalam kamar Arya membuat mereka berdua semakin seru memikirkan ide apa yang akan diberikan kepada Santi pada saat ulang tahun nanti."Mbak Shela itu kakak sepupu aku. Ibuku dengan ibunya Mbak Shela kakak adik. Ibunya Mbak Shela anak per