Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal
Part 05: Alia Berhasil Mencelakai Meli
"Silahkan! Aku nggak peduli. Perlu kamu ingat! Jika kamu mau bunuh diri jangan di rumahku ini, ok!" bisik Aryo ke daun telinga Meli."Kamu sungguh kejam, Mas."
"Aku tidak kejam, Meli. Aku hanya memberikan pelajaran bagi kamu yang terlalu ambisi merebut harta kekayaanku."
Kata demi kata yang keluar dari tepi bibir Aryo sangat menyakitkan. Meli menelan saliva, rasanya sangat pahit laksana sepahit empedu.
"Meli, ayo kita pergi dari rumah ini. Aku nggak sudih kau meneruskan pernikahan ini kalau membuatmu tersiksa," ajak Ayu sambil menarik lengannya.
"Bagus! Akhirnya kamu mengangkut sampah dari rumahku. Asal Mbak Tahu, aku menikahi Meli untuk membuktikan tanggung jawabku kepada dia, karena aku sudah terlanjur menyemai benihku ke dalam rahimnya. Untung saja aku masih baik, mau bertanggungjawab."
Mulut Ayu menganga dan berpikir sejenak. 'Benar juga apa yang dikatakan, Aryo. Kalau sempat Meli hamil diluar nikah apa kata netizen. Dia sudah di cap pelakor malah hampir di luar nikah. Walaupun kenyataannya benar,' ucap Ayu dalam hati.
Meli hanya diam dan dirinya tidak menyangka nasib malang menyapa. Perlahan dia melangkah masuk ke dalam rumah dituntun Ayu. Sesampainya di kamar, Meli menyusun bajunya ke dalam koper. Air mata terus mengalir tiada henti.
"Sudahlah! Nggak usah kau tangisi yang telah terjadi. Ambil hikmahnya dan mulai sekarang kamu harus janji merawat janin yang ada dalam rahimmu sampai ia tumbuh dewasa."
Meli tidak menghiraukan perkataan, Mbaknya. Dia terus menyusun baju ke dalam koper. Sementara Aryo dan Alia masih menunggu di teras rumah. Aryo malas masuk ke dalam rumah karena ada Meli dan Ayu di dalam.
"Sayang, sabar iya. Keluar dulu mantan istriku baru kita masuk ke dalam. Nggak enak ada toxic, takut mengganggumu," ucap Aryo sambil mencubit pipi Alia.
"Santai saja, sayang. Aku bakalan setia menunggu dan patuh kepada perintah calon suamiku."
Ucapan Alia membuat Aryo terbang ke angkasa. Hatinya berbunga-bunga laksana anak baru besar masa kini yang tengah memadu kasih di taman.
Alia masik sibuk dengan gawainya. Namun, ia pandai mencuri perhatian Aryo.
Meli dan Ayu keluar dari dalam rumah. Ayu menarik koper milik Meli. Mereka berlalu tanpa ada basa-basi permisi atau menegur Aryo.
"Sayang, hari ini kita mengurus surat ceraimu 'kan? Agar besok kita menikah," pancing Alia. Dia sengaja berkata seperti itu.
Mereka berdua tidak merespon apa yang dikatakan Alia. Ayu membuka pintu bagasi mobilnya lalu memasukkan koper ke dalam. Kemudian ia menutup kembali.
"Jangan menangis lagi, Meli. Pria seperti dia tidak bakalan selamat. Ada karma kok," ucap Ayu sembari melirik ke arah Aryo.
Aryo tidak peduli perkataan, Ayu. Meli dan Ayu masuk ke dalam mobil dan langsung memasang seat belt. Ayu menginjak tuas gas dan melajukan mobilnya, tapi tidak jadi. Mobil Aryo menghalangi jalan menuju keluar.
"Ayo sayang kita masuk!" ajak Aryo kepada Alia.
Meli membuka seat belt dan melangkah keluar dari dalam mobil menghampiri Aryo. "Mas! Tolong mobilmu keluarkan sebentar saja, agar kami bisa lewat."
"Bawa saja mobil itu!" jawab Aryo cuek.
Dia merogoh saku celananya dan mengambil kunci mobil."Ambil tuh kuncinya!" balas Aryo sambil melempar ke lantai. "Mobil itu 'kan maharmu. Aku tidak ada hak dengan mobil itu."
Baru saja air matanya kering di pipi, kini jatuh tak tertahankan melihat tingkah mantan suaminya. Dia merasa dirinya laksana sampah tidak berguna.
Ayu menekan klakson, dia sudah terlalu lama menunggu di dalam mobil.
"Mas! Nggak boleh memperlakukan Meli seperti itu," bela Alia.
"Ngapain kamu membela Meli, Sayang!"
Aryo mengerutkan dahi, tidak percaya kenapa Alia membela mantan istrinya.
"Maksud aku nggak boleh seperti itu, tapi lebih sadis daripada itu boleh, sayang. Kalau mau menghajar Meli, kurang greget dan kurang sadis."
Aryo melahirkan senyum, dia tidak menyangka wanita di sampingnya ternyata cerdas.
"Kamu ada-ada saja, sayang."
"Ayo kita pergi dari sini!" teriak Ayu sambil menarik lengan Meli.
Hidungnya kembang kempis atas tangisannya yang pecah. Sungguh tidak berhati pria yang dia anggap selama ini panutan dalam hidupnya. Setelah Aryo mendapatkan apa yang dia mau, kini dirinya dicampakkan laksana seonggok bangkai.
"Kenapa diam dan mematung, Meli. Jangan kamu tangisi apa yang terjadi!" ucap Ayu kembali.
Meli mengambil kunci mobil yang terletak di lantai. Baru saja dia mengambilnya, Alia menginjak tangan Meli.
"Aw!" ucapnya lirih.
Alia mengukir senyum, dia berhasil menyakiti Meli.
"Dasar wanita jahat!" amuk Ayu. Dia mencoba mendorong tubuh Alia. Namun, Aryo lebih cepat menangkis.
Ayu merasa geram dan kesal karena ada pahlawan tanpa jasa menolong Alia.
"Jangan coba-coba mencelakai calon bidadari syurgaku!" bentak Aryo.
Alia kembali mengulas senyum. "Kamu nggak bakalan berhasil menyakitiku, wahai perempuan tak berguna!" ledek Alia.
Ayu semakin merah padam mendengar hinaan Alia.
"Hei perempuan pelakor! Apa yang dialami Meli saat ini tidak bakalan jauh nanti kamu rasakan. Mungkin pada saat ini kamu merasa di atas, esok kelak kamu laksana seonggok sampah. Bahkan jauh lebih menderita daripada Meli."
Alia bergeming dan menautkan alisnya satu ke atas.
"Kamu belum tahu siapa aku! Hah!"
Meli berdiri dan mengelus tangannya yang di injak Alia. Sementara Aryo diam laksana menonton adegan teater di taman budaya.
"Aku nggak perlu tahu siapa kamu! Pokoknya kusumpahin kamu bakalan menyesal telah merusak rumah tangga orang. Camkan itu!" seru Ayu memberi sumpah serapah kepada Alia.
Alia santai menghadapi perkataan Ayu.
"Wanita seperti ini yang aku cari. Walaupun dihina seseorang, tidak sedikitpun ia membalas. Terima kasih wahai calon bidadariku."
Aryo mengecup kening Alia. Suasana hati Ayu dan Meli semakin panas.
"Ayo kita pergi dari sini, Meli. Bisa naik darah tinggiku lama-lama meladeni manusia berwujud ...."
Ayu menjeda ucapannya. Dia tidak sanggup melanjutkan perkataannya.
"Terserah mau berkata apa terhadap diriku. Jangan pernah membawa kabur mobilku! Paham!" bisik Alia di daun telinganya.
"Kamu nggak dengar apa kata Aryo. Mobil ini mahar Meli. Kenapa kamu mengakui mobil ini milikmu?" tanya Ayu tidak mengerti teka-teki yang ada.
"Sudahlah, sayang. Kasih saja kunci mobilnya. Besok aku beli mobil baru. Tenang saja! Uangku masih banyak."
Meli melangkah pergi masuk ke dalam rumah. Dia teringat kalau emas maharnya belum sempat diambil, Meli.
"Meli ngapain lagi kamu masuk ke dalam rumah mantan suamimu."
Ayu menghalangi langkah Meli. Namun, dia tidak menghiraukannya.
Meli berlari menuju kamarnya mencari kotak emas. Tidak butuh waktu lama, dia melangkah keluar rumah.
"Ayo kita pergi, Mbak!" ajak Meli.
"Kotak apa itu?" tanya Alia.
Alia menarik tangan Meli.
"Bukan urusanmu! Lepaskan ... dan biarkan aku pergi!"
Akhirnya Alia membiarkan Meli pergi begitu saja.
Bersambung ....
Next?Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 06: Tak Perlu Balas Dendam "Bukan urusanmu! Lepaskan ... dan biarkan aku pergi!" Akhirnya Alia membiarkan Meli pergi begitu saja. Meli dan Ayu beranjak pergi menuju mobil. Ketika mau masuk, kaki Meli, tiba-tiba terpeleset. "Aw!" ucapnya lirih. Meli menahan sakit sambil memijit kakinya terkilir. Dia sadar kotak emasnya jatuh menggelinding menuju pagar rumah. Netranya mengikuti kotak emas itu dengan sorot mata membulat. "Meli," teriak Ayu. Ayu berlari menghampiri Meli. Dia takut janin yang dikandung Meli terjadi sesuatu di luar dugaan. "Perutku sakit sekali, Mbak," ucap Meli. Dia menahan sakit sekitar perutnya. "Kita harus ke dokter," balas Ayu sambil menuntun Meli menuju mobil. "Ko-kotak emasku menggelinding dekat pagar," ucap Meli terbata. "Kesehatanmu jauh lebih penting daripada emas itu," balas Ayu. Mereka berhenti sejenak.
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 06: Tak Perlu Balas Dendam "Siapa lagi kalau bukan pria yang ada di depan mata kepalaku sendiri." Aryo menghela napas, ucapan Santi sangat membuat dirinya terpukul. Namun, dia tidak mau memperlihatkan kondisi yang sesungguhnya. "Kalau kamu pandai merawat tubuhmu seperti waktu gadis, aku tidak akan berpaling darimu." Aryo selalu berkata seperti itu sebagai senjata yang bisa dia katakan. "Kamu mau tahu, kenapa aku tidak merawat tubuhku?" tanya Santi. Dia memancing Aryo, apakah mantan suaminya itu penasaran. "Nggak penting! Lagi pula kamu bukan istriku lagi. Ngapain aku kepo dengan mantan ...." Ucapannya sengaja dijeda. Santi merasa lega mendengar jawaban Aryo. "Mungkin pada saat ini kamu merasa di atas dan mempunyai segalanya. Sehingga lupa diri kepada seorang istri yang membawa kamu sukses dan memiliki segalanya. Kesuksesanmu itu suatu
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 07: Tabungan Santi dikuras Aryo "Apakah kamu mau membantu aku," tanya Meli kembali. Sorot matanya sayu mengharap uluran tangan Santi agar membantu dirinya. Santi masih berpikir menentukan pilihan yang amat berat. "Jikalau kamu tidak mau, nggak apa-apa. Mungkin wanita seperti aku tidak pantas dan tidak layak di tolong oleh wanita yang aku sakiti," ucap Meli. Matanya berkaca-kaca, lalu dia pergi melangkah. Rasa sakit yang terlahir di perutnya sudah mulai hilang. Ayu mengikuti langkah Meli menuju mobil. Sepatah kata pun tidak ada yang keluar dari tepi bibirnya. Apalagi mau meminta tolong kembali kepada Santi, dia sudah sungkan. Santi masih berusaha melawan antara perasaan dan kata hatinya. Ia memejamkan mata sejenak mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Tiba-tiba, Aryo membuyarkan lamunannya. "Ngapain lagi kamu berdiri si situ?" Santi terkejut mendengar perka
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 07: Tabungan Santi dikuras Aryo"Aku bisa kok, Mbak," balas Meli keras kepala.Santi bingung mau naik apa pulang ke rumahnya. Dari tadi dia mengotak-atik ponselnya untuk pesan transportasi online, sudah dua menit tidak ada sama sekali ditemukan. Akhirnya dia luluh juga untuk membantu Meli, walaupun dalam keadaan pasrah, tapi tidak rela."Mbak, aku mau membantu menyetir mobil milik Meli," ucap Santi.Ayu berhenti dan mengarahkan tubuhnya ke asal suara itu."Se-serius?" tanya Ayu terbata. Dia laksana mendapat mukjizat yang tak disangka-sangka.Santi mengangguk dan mengulas senyum."Bu-bukan bohong 'kan?" tanya Ayu meyakinkan."Aku serius, Mbak."Sementara Meli sudah menekan pedal gas untuk melaju pergi."Meli," teriak Ayu dan Santi serentak.Ayu dan Santi berlari menghentikan Meli, agar tidak menyetir mobil itu."Meli jangan
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 08: Panggilan Nomor BaruPikiran Meli nanar, hatinya nelangsa. Matanya berembun membuat pandangannya tidak jelas.'Lebih baik aku mati daripada menanggung malu di dunia ini. Tidak ada lagi gunanya aku hidup,' ucapnya dalam hati.Meli menginjak tuas gas semakin kuat. Dia menyetir mobil dengan kecepatan seratus KM per jam."Mbak, kita kok bisa kehilangan jejak?" tanya Santi. Hatinya ikut was-was terjadi sesuatu pada Meli."Kurang tahu juga, San. Mungkin dia ngebut agar kita nggak bisa mengejarnya," jawab Ayu.Ayu fokus menyetir, dia takut konsentrasinya buyar kalau terlalu berpikiran negatif memikirkan Meli."Apa sebaiknya kita berhenti sejenak?" ucap Santi.Sebenarnya dia takut mengutarakan itu, tapi Santi memberanikan diri. Niatnya untuk menelpon Alia agar membujuk Aryo menghubungi Meli. Santi yakin, kalau Aryo menelpon Meli. Dia pasti tidak beran
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 08: Panggilan Nomor BaruAryo meneguk minumnya lalu menghembuskan napas kasar."Sekali lagi jangan pernah ikut campur lagi masalah mantan istriku. Aku nggak suka, sayang."Alia mengangguk dan melingkarkan jari kelingkingnya menandakan sebuah perjanjian yang tidak boleh dilanggar."Maaf iya, sayang. Aku tadi sudah marah padamu."Aryo berdiri dan mengecup kening Alia. Sebenarnya ia merasa jijik karwna Aryo mencium keningnya.'Kalau bukan karena terpaksa butuh uang, aku nggak mau dicium segala sama Aryo lelaki buaya darat,' ucap Alia dalam hati. Ia mencoba membalas senyum Aryo walaupun terpaksa."Nggak apa-apa, santai saja."Gawai milik Alia bergetar dan mengalihkan perhatiannya. Ternyata sebuah notif pesan chatt dari Santi."Ada pesan chatt masuk sayang, sin
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 09: Pergi ke Show Room MobilAyu berhenti sejenak dan menjawab panggilan telepon.[Halo!] jawab Ayu dengan nada gemetar dan takut.Wajar dia was-was karena dua bulan yang lalu Ayu kena tipu melalui panggilan telepon nomor baru.[Apa benar ini saudari Ayu Widyaningsih?] tanya pria itu di ujung sana setelah panggilan telepon terhubung.Ayu mengernyitkan kening, dia mencoba mengenali suara itu. Namun, tidak bisa dia tebak, siapa lawan bicaranya.[I-iya! A-ada apa? Ada yang bisa saya bantu?] tanya Ayu dengan suara gemetar dan penasaran.Santi duduk di kursi depan dan sibuk dengan ponsel miliknya. Suara transportasi yang lalu lalang membuat konsentrasinya buyar.[Apakah Meli kecelakaan atau bagaimana?] Perasaan Ayu semakin kacau.Ayu menggigit bibir bawah dan kedua bola matanya membulat.[Aku mohon Bu Ayu segera ke rumah sakit Bunda Thamrin jalan pelajar, se
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 09: Pergi ke Show Room Mobil[Mbak! Aku mohon jangan langsung percaya begitu saja. Jawaban yang ia utarakan sudah kelihatan jelas berbohong,] ujar Santi mencoba menasihati Ayu.Ayu bergeming dan menatap Santi. Dia merasa malu sudah mengkambing hitamkan Santi sebagai biang kerok kejadian ini.[Mbak! Tolong segera datang kemari kalau tidak silahkan transfer biaya operasi Meli ke rekening aku. pihak rumah sakit sudah meminta aku untuk membayarnya. Aku hanya berniat baik menolong saudari mbak. Nanti akan aku kirim nomor rekeningku melalui pesan chatt.]Mendengar penuturan pria itu, Ayu mulai sadar kalau dia mau ditipu.[Silahkan share lokasi dan poto kalau kamu memang sedang di depan ruangan ICU.]Sambungan telepon terputus, Ayu menghela napas. Kemudian menghampiri Santi."San! Maafkan a
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 57: Pernikahan Aryo dan SantiPagi telah menyapa bumi. Meli baru saja bangun. Dia hendak membuat konten untuk i***a storie di salah satu akun media sosial. Perlahan dia beranjak dari atas ranjang menuju lemari riasnya."Astagfirullah! Ti-tidak ini tidak mungkin!" umpat Meli dengan panik.Meli tidak menyangka kalau wajahnya bisa jelek seperti itu. 'Ya Tuhan! Apa yang terjadi?' tanya Meli dalam hati.Meli memeriksa kotak kosmetik yang dia pakai sebelum tidur. Pelan-pelan dibacanya, ternyata cream pemutih itu cocok untuk dipakai di pagi hari. "Ke-kenapa aku salah cream. Tidak ... Aragh ...!" Meli melempar botol kosmetik yang dia pakai. Padahal, siang ini dia mau bertemu dengan owner kosmetik brand lain dan outer model baru."Tidak, aku tidak mau cacat seumur hidup," umpat Meli kembali.Meli sudah menerima uang dari beberapa owner yang akan dia jumpai. Kalau sudah seperti ini, reputasinya bisa hancur.Perlahan dia mencari kotak perseginya, tid
Meli duduk, dia membuka kotak make up nya lalu berkaca sambil mengoles lipstik ke bibirnya. Meli belakangan ini memakai alat make up hasil dari endorse. Dia sekarang sudah menjadi selebgram. Mukanya sangat glowing berkat make up yang dia terima. "Tunggu sebentar!" ucap Muliadi. Meli tidak menghiraukan perkataan Muliadi. Dia asyik memoles wajahnya sambil membuat konten. Tidak berapa lama, Mak Yeni dan Ayu datang dengan kedua tangan diborgol ke belakang. Mak Yeni hampir tidak mengenal wajah Meli. "Kamu siapa?" tanya Mak Yeni. "Aku ini buah hatimu, Mak. Masa nggak kenal dengan aku. Aku ini Meli." Meli merasa sakit hati melihat Mak Yeni yang tidak mengenali dirinya. Perlahan dia menghela napas. Dia mencoba memaklumi perkataan ibunya. "Meli bukan seperti ini cantiknya! Aku yakin ini bukan kamu." Meli menatap wajah Ayu. Ayu hanya bisa menunduk, seketika dia teringat akan dosa yang pernah dia lakukan keti
Dia ambruk ke lantai karena tersenggol Aryo."Kalau jalan pakai mata dong!"Santi menatap ke arah suara itu. Ia melihat kalau wanita itu Meli.'Meli! Ngapain dia kemari?' tanya Santi dalam hati. Ia lupa kalau Mak Yeni dan Ayu di tahan di dalam penjara.Santi langsung tersulut emosi. Dadanya mendidih dan ia ingin menampar wajah Meli. Tanpa sadar dan tidak bisa mengontrol emosinya. Ia bangkit dan berjalan menghampiri Meli dengan wajah memerah."Dasar wanita pelakor! Masih saja kamu bangga berlenggak lenggok ke sana kemari mencari mangsa."Meli melihat wajah Santi. Dia mengernyitkan dahi."Santi! Kamu ngapain di sini?""Bukan urusanmu," jawab Santi cuek.Santi melipat kedua tangannya lalu meletakkannya sejajar dengan dada. Ia berlagak angkuh kepada Meli."Idih ... Idih ... Bisa juga kamu cuek iya.""Aku bukan Santi yang dulu asal kamu tahu, paham!" balas Santi.Aryo menghampiri Santi dan w
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 56: Mulai Menyesal"Bukan kah kamu sudah diberi teguran sama yang maha esa berkali-kali. Terus kenapa kamu tidak ada niat untuk berubah ke arah yang lebih baik?" tanya Santi."Namanya juga manusia. Ketika ditegur lewat penyakit, lewat barang berharga hilang atau masalah datang bertubi, pasti ingin segera taubat pada saat itu. Namun, cuma saat itu. Ketika sudah sembuh atau masalah selesai sudah tidak ingin lagi bertaubat."Arya menghela napas, dia tidak tahu kenapa bisa berkata seperti itu."Siapa yang berkata itu? Kamu atau siapa?" tanya Arya."Mohon maaf waktu besuk tinggal lima menit. Silahkan dipersingkat pembicaraannya," ucap Muliadi.Aryo belum sempat mencurahkan isi hatinya selama di dalam penjara. Kalau pertama kali masuk penjara cuma seminggu. Kalau yang ke dua ini sudah satu bulan lebih. Tubuhnya kelihatan kurus kerempeng seolah tidak terurus.
Tidak berapa lama, akhirnya mobil Santi tiba di parkiran penjara."Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di sini" ucap Santi."What! Kita sudah sampai tan?"Santi diam, ia hanya melirik Ardi dari kaca spion."Cepat turun dari dalam mobil. Waktu kita tidak banyak di sini."Ardi, Arya dan Santi berjalan menuju ruang informasi untuk meminta izin bertemu dengan salah satu tahanan.Di sudut lorong, hanya beberapa orang saja yang lewat. Namun, kendaraan roda dua memadati parkiran."Ada yang bisa aku bantu, bu?" tanya salah satu polisi.Di name tag nya terbordir atas nama Muliadi."Maaf, Pak. Aku, Mas Arya dan Ardi mau besuk kawan kami yang sedang mendekam di balik jeruji besi," ucap Santi.Matanya Santi melihat ke sana kemari memperhatikan situasi sekitar. Baru pertama kali ini ia ke kantor polisi."Atas nama siapa, Bu, Pak?" tanya Muliadi lembut. Dia masih setia dan menjunjung tinggi excellent service kepada konsu
Ardi duduk di samping Arya. Dia sibuk mengotak-atik ponsel miliknya.Sudah lima belas menit Arya dan Ardi menunggu, Santi belum datang juga. Akhirnya rasa bosan menunggu kini menyapa Arya dan Ardi. Ardi sampai mengantuk menunggu kehadiran Santi.Tanpa sadar, Ardi ngantuk sangking lamanya menunggu. Tidak berapa lama, Santi datang."Gerak yuk!" ucap Santi.Santi melangkah gontai menghampiri Ardi dan Arya. Sementara Ardi sudah berlabuh ke pulau seribu."Ardi! Kamu kok malah ngorok?" tanya Santi.Santi sudah dandan cantik, malah Ardi molor menjelajahi dunia mimpi."Woi! Bangun!"Ardi tersentak bangun. "Kita sudah sampai, Tan?" tanya dia."Sampai ke Hongkong."Ardi melihat ke seluruh sudut rumah. Dia masih antara sadar dan tidak."Lah, rupanya kita masih di sini.""Iya. Ayo kita berangkat."Arya hanya bisa menahan senyum melihat ulah Santi dan Ardi. Dia takut keceplosan ketawa sangking lucunya ulah
Kini sudah tidak lama lagi hari H akan tiba. Arya sudah sibuk mengingat-ingat siapa saja yang layak diundang."Oh, San. Aryo kita undang tidak?" tanya Arya kepada Santi.Arya, Santi dan Ardi sedang menulis nama yang akan diundang pada acara resepsi pernikahannya."Emangnya apa boleh dia keluar?""Kurang tahu juga sih."Arya berharap saudara kandungnya bisa menghadiri resepsi pernikahan nya bersama Santi. Dia tidak ada niat untuk membalas dendam atau apa. Hanya Aryo lah satu-satunya keluarganya yang masih hidup. Selain itu sudah tidak ada lagi."Bagaimana kalau kita ke lapas sekarang. Hitung-hitung besuk dia untuk mempererat jalinan tali silaturahmi. Sudah kama aku dan Aryo tidak bersua," tanya Arya.Arya takut kalau Santi tersinggung. Itu sebabnya dia langsung menundukkan pandangannya."Bo-boleh, kenapa aku melarang hal itu. Lagi pula itu hal wajar.""Aku boleh ikut nggak, Tan?" tanya Ardi spontan.San
"Pokoknya Mbak Shela pasti pulang. Aku jamin, Om.""Baiklah."Arya senyum senyum membayangkan bagaimana nantinya aktingnya dengan Shela dan Ardi.Flash back off****"Kalian semua jahat!" amuk Santi.Santi tersipu malu. Ternyata ia dikerjain mereka semua. Perlahan ia menyusut air matanya yang sudah terlanjur jatuh membasahi pipinya. Malu, sedih dan bahagia bercampur menjadi satu. Namun, ia mencoba tersenyum walaupun dirinya telah dikerjai mereka bertiga."Maafkan aku, San. Ini semua ide aku. Maafkan aku sudah terlanjur melukai perasaanmu. Aku hanya ingin melihat seberapa tulusnya kamu menerima diriku sebagai imam kamu.""Cukup! Hentikan semua drama kamu itu, Mas!" amuk Santi. Ia tidak mau kalau Arya berakting lagi.Arya tersenyum walaupun rasa sakit masih belum reda dari pelipisnya."Aku ini
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 55: Ide Awal"Ide apa, Om?!" tanya Ardi."Mari sini tak bisikin."Arya membisikkan idenya ke daun telinganya. Ardi senyam-senyum mendengar penjelasan Arya."Wah ide bagus.""Terus, kita berdua saja yang memberikan kejutan kepada Tante?" tanya Ardi.Arya bingung, dia tidak tahu siapa lagi kawan mereka yang ikut serta mengerjai Santi."Bagaimana kalau aku telepon Mbak Shela. Aku rasa dia pasti mau pulang kemari.""Shela siapa? Dan dia emangnya di mana sekarang?" cecar Arya.Arya masih terus terbaring di atas berangkat dan jarum infus masih menusuk di tangannya. Suara jam dinding berbunyi merdu menghibur suasana di dalam kamar Arya membuat mereka berdua semakin seru memikirkan ide apa yang akan diberikan kepada Santi pada saat ulang tahun nanti."Mbak Shela itu kakak sepupu aku. Ibuku dengan ibunya Mbak Shela kakak adik. Ibunya Mbak Shela anak per