Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal
Part 02: Karma Mulai Menyapa
Sesampainya di hotel, Meli merengek kepada Aryo.
"Sayang, aku mau bulan madu ke danau toba," rayu Meli.
Aryo menghembuskan napas kasar. Baru sampai di hotel perasaannya sudah tidak enak. Dia membuka jas dan meletakkannya di sembarang tempat.
"Kenapa sih harus ke sana?" bentak Aryo. Dia melandingkan bobotnya di atas kursi.
Meli terkejut mendengar ucapan suaminya.
"Biar lebih romantis dan seperti orang orang yang baru nikah."
Meli duduk di atas ranjang dan membuka high heelsnya, kemudian merebahkan tubuhnya. Dia menghembuskan napas dan memejamkan mata sebentar. Satu harian sudah lelah menjadi ratu.
"Aku menikah bukan pertama kali? Jadi, aku harap nggak usah minta bulan madu ke sana. Lagi pula kita sudah sering melakukannya."
Meli langsung berdiri dan menghampiri Aryo.
"Kita sudah sering melakukannya, tapi itu belum ada sama sekali ikatan antara aku dan kamu, Mas."
"Sama saja dan nggak ada bedanya."
Aryo melepaskan dasinya dan membuka kemejanya. Tiba-tiba, Meli menjerit.
"Aw!" teriak Meli sambil menutup matanya dengan telapak tangannya.
Aryo terkejut kenapa Meli teriak lalu geleng-geleng kepala. "Dasar istri aneh!" ledek Aryo.
Aryo pergi melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya karena sudah bau keringat.
"Kalau begitu, besok kamu harus cuti. Biar bisa satu harian bersamaku," ucap Meli sambil memainkan gawainya.
Aryo tidak menghiraukan perkataan istrinya. Suara gemericik air di kamar mandi terdengar jelas. Tiba-tiba, Meli senyum melihat kotak pipihnya.
"Malam ini akan kubuat kamu tidak lepas dari pelukanmu," ucapnya dalam hati.
Tidak berapa lama, Aryo telah selesai mandi. Wajahnya terlihat lebih segar dan menampakan tubuh sixpacknya, karena hanya di balut handuk.
"Kok begong dan diam, Mel?" tanya Aryo.
Meli sibuk dengan gawainya dan tidak mendengar apa yang dikatakan suaminya.
"Meli! Aku sudah selesai mandi. Tolong ambilkan bajuku!" bentak Aryo mulai kesal.
Aryo heran melihat ulah Meli karena lupa kalau dirinya sudah mempunyai istri.
"Aku lagi meng-upload poto ijab qobul kita ke akun instagramku, Mas."
Darah Aryo mendidih seketika, dia tidak menyangka istrinya lebih mementingkan upload poto daripada suaminya.
"Meli! kamu itu sudah menjadi istriku. Kalau nggak mau mengurus aku, bilang saja," amuk Aryo lalu melangkah menuju lemari. Dia mengambil bajunya sendiri. Sementara Meli masih sibuk dengan membaca komentar kawan sosial medianya.
[Akhirnya, Aryo jatuh juga ke dalam pelukanmu. Selamat iya, sudah menjadi istrinya.] komentar pertama dari Ayu sahabatnya waktu SMA.
"Langsung tancam gas buat program dedek.] balas Mery.
[Harus bisa membuat Aryo tunduk kepadamu, agar dia tidak berpaling pada wanita lain. Mbak ikut senang akhirnya menikah juga.] balas Ayu. Dia adalah saudara kandung Meli yang selalu memaksanya agar segera menikah.
"Bangga ya jadi istri ke dua dan segala macam cara dilakukan demi menyingkirkan istri pertamanya.] sindir netizen.
Meli terkejut mendapat komentar menghujat dirinya. Matanya membulat dan tidak berkedip.
[Sabar ya, Bu Santi, pria seperti Aryo telah menyia-nyiakanmu sebagai istri pertamanya. Esok dia pasti menyesal memilih pelakor. Mungkin Meli hanya ingin mengincar harta suamimu saja.] Hujatan paling sadis dari netizen. Dia men-tag akun Santi dan Aryo dengan berani.
Dadanya mulai panas membaca komentar yang bermunculan di akun sosial medianya berwarna ungu.
[Jaga jemarimu ketika mengetik di kolom komentar! Sirik bilang bos!] balas Meli wajahnya memerah.
Tiba-tiba gawainya berdering, ada panggilan telepon. Di layar gawainya tertera 'Mbak Ayu' memanggil.
Aryo sudah selesai memakai baju dan sudah rapi. Dia pergi melangkah menuju pintu ke luar.
Tiba-tiba, Meli bingung antara mau menjawab telepon dari Mbaknya atau menghentikan langkah suaminya.
"Mas!" teriak Meli.
Aryo cuek dan dia membuka gagang pintu.
'Tidak bisa dibiarkan ini,' ucap Meli dalam hati. Dia bringsut dari atas ranjang mengejar suaminya. Ketika melangkah kakinya terpleset dan luruh tersungkur ke lantai. Tubuhnya terhempas, sehingga tangannya terkilir dan gawainya juga ikut jatuh. Rasa sakit lahir di tubuhnya. Namun, Meli tetap bangkit untuk menghalangi langkah kaki suaminya.
"Mas ... Tunggu!" teriaknya lagi.
Aryo berhenti dan memutar tubuhnya menghadap Meli. Suasana hening dan sepi tepat di lorong kamar.
Meli berlari sambil memegang tangannya yan terkilir. Handphone-nya terus berbunyi terdengar jelas dari dalam kamar dan diabaikan olehnya.
"Apa lagi?" tanya Aryo.
"Ta-tanganku terkilir akibat jatuh mengejarmu, Mas,"ucapnya terbata sambil memasang wajah memelas karena rasa ngilu di tangannya.
"Begitu kau sakit dan butuh perhatian suamimu, baru menganggap aku ada. Istri seperti kamu tidak perlu dipertahankan. Mengadu saja kamu pada kawan sosial mediamu. Barang kali mereka bisa bantu," sindir Aryo. Dia pergi meninggalkan Meli.
"Mas! Aku memang salah. Aku harap jangan acuhkan aku."
Meli teriak histeris, tidak ada sama sekali perhatian Aryo pada dirinya.
****
"Mas kenapa terlambat datangnya?" tanya Alia menggoda Aryo.
"Maaf, sayang. Jalan menuju kemari macet. Maklumlah!"
Di tempat berbeda, Aryo sedang memadu kasih dengan perempuan lain. Padahal baru saja dia menikah dengan Meli, istri barunya.
"Tumben ngajak ketemu?" tanya Alia.
"Kangen saja sama wajah seksi dan body-mu yang bahenol," goda Aryo sambil memijit hidung mancungnya.
Sorot mata Aryo memberikan kode kepada Alia.
"Masa? Aku nggak yakin. Biasanya pengantin baru pasti sudah memadu kasih di atas ranjang. Menghabiskan malam pertama sampai pagi menyapa bumi."
Aryo bergeming dan bringsut menyandarkan kepalanya di bahu Alia.
"Kamu kok bahas istri baruku dan malam pertama sih? Aku sudah bosan sama Meli. Sebelum menikah kami sudah sering tidur berdua."
Alia kaget mendengar penuturan Aryo. "Jadi, kamu menikahi Meli ...."
Alia menjeda ucapannya, takut melukai perasaan Aryo.
"Terus apa rencanamu malam ini kalau bosan sama dia?" tanya Alia kembali. Dia mengalihkan perhatian Aryo agar tidak sakit hati mendengar ucapannya yang terjeda.
Aryo menggeleng dan bergelayut manja di bahu Alia.
"Aku harus menaklukkan hatimu, Mas. Nggak apa-apa jadi istri ke tiga," ucap Alia dalam hati.
"Serius?" tanya Aryo. Dia langsung menatap netra Alia. Teringat pada kejadian beberapa bulan lalu.
"Rencanaku mau memadu kasih denganmu seperti yang hari itu sempat tertunda karena ...."
Ponsel milik Aryo, berdering.
"Maaf sebentar, aku menjawab panggilan telepon dulu."
Aryo merogoh saku celananya dan mengambil ponsel yang terus berdering. Terlihat nama Meli di layar, Aryo memutuskan untuk menonaktifkan ponselnya. Agar Meli tidak mengganggu.
"Bagaimana, sayang," ucap Aryo.
Kotak perseginya berbunyi lagi. Aryo merasa kesal. Dia langsung memblokir kontak Meli. Dia tidak mau ada yang mengganggu candle night dinner bersama Alia selingkuhan barunya.
Meli mendengus kesal karena Aryo tidak menerima dua panggilan tidak terjawab. Hatinya semakin dongkol ketika dia mengirim chatt ke kontak Aryo hanya cek list satu dan tidak bisa lagi dia melihat online atau tidaknya Aryo. Poto profil Aryo pun juga tidak terlihat lagi.
"Argh ....!" teriak Meli mengacak-acak rambutnya dan melempar semua barang yang ada di atas nakas.
Bersambung ....
Next?
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 03: Kiriman Poto Mesra Aryo"Argh ....!" teriak Meli mengacak-acak rambutnya dan melempar semua barang yang ada di atas nakas."Baru satu hari jadi istri, Aryo. Dia sudah menderita dan ditinggal pergi olehnya.'Awas kalau kamu datang, kubuat kau menyesal!' ucap Meli dalam hati.Meli melihat ponselnya sudah penuh dengan pesan chatt dan notif pemberitahuan dari akun sosial media berwarna ungu. Meli membuka pesan chatt aplikasi gagang telepon berwarna hijau pelan-pelan.[Aryo, kawan kantorku, baru saja menikah dengan Meli. Namun, Dia memilih menghabiskan malam pertamanya bersamaku.]Sebuah caption tertulis dari status aplikasi hijau hasil tangkapan layaryang di kirim Nilma rekan kerja Meli, sebelum risaign. Meli dan Aryo satu kantor, dari situlah Meli jatuh hati pada Aryo.[Kenapa
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 04: Pelakor Jumpa PelakorAyu terkejut mendengar ucapan Meli. "Ja-jadi ka-kamu ini sedang hamil?" tanya Ayu terbata. Mulutnya membulat seperti huruf o.Meli mengangguk dan tidak berani berkata."Se-serius?" tanya Ayu seolah tidak percaya."Iya."Meli dengan terpaksa mengakui atas kejadian yang sesungguhnya.Ayu tidak tahu mau berkata apa, seolah lidahnya kelu. Kedua tangannya memijit keningnya, mencoba mencari solusi. Namun, tidak ketemu selain menggugat cerai."Mbak! Aku mohon informasi ini jangan sampai kepada ayah dan ibu di kampung. Aku tidak mau mereka risau dan ...."Meli menjeda ucapannya lalu memijit keningnya dan terus menangis."Apa sebenarnya yang kamu kejar dari Aryo?" tanya Ayu. Dia membetulkan duduknya, suasana tegang menyelimuti teras rumah.Meli bergeming, hanya tangisan yang bisa dia perbuat saat ini. "A-aku terpaksa
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 05: Alia Berhasil Mencelakai Meli"Silahkan! Aku nggak peduli. Perlu kamu ingat! Jika kamu mau bunuh diri jangan di rumahku ini, ok!" bisik Aryo ke daun telinga Meli."Kamu sungguh kejam, Mas.""Aku tidak kejam, Meli. Aku hanya memberikan pelajaran bagi kamu yang terlalu ambisi merebut harta kekayaanku."Kata demi kata yang keluar dari tepi bibir Aryo sangat menyakitkan. Meli menelan saliva, rasanya sangat pahit laksana sepahit empedu."Meli, ayo kita pergi dari rumah ini. Aku nggak sudih kau meneruskan pernikahan ini kalau membuatmu tersiksa," ajak Ayu sambil menarik lengannya."Bagus! Akhirnya kamu mengangkut sampah dari rumahku. Asal Mbak Tahu, aku menikahi Meli untuk membuktikan tanggung jawabku kepada dia, karena aku sudah terlanjur menyemai benihku ke dalam rahimnya. Untung saja aku masih baik, mau bertanggungjawab."Mulut Ayu menganga dan berpikir sejenak. 'B
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 06: Tak Perlu Balas Dendam "Bukan urusanmu! Lepaskan ... dan biarkan aku pergi!" Akhirnya Alia membiarkan Meli pergi begitu saja. Meli dan Ayu beranjak pergi menuju mobil. Ketika mau masuk, kaki Meli, tiba-tiba terpeleset. "Aw!" ucapnya lirih. Meli menahan sakit sambil memijit kakinya terkilir. Dia sadar kotak emasnya jatuh menggelinding menuju pagar rumah. Netranya mengikuti kotak emas itu dengan sorot mata membulat. "Meli," teriak Ayu. Ayu berlari menghampiri Meli. Dia takut janin yang dikandung Meli terjadi sesuatu di luar dugaan. "Perutku sakit sekali, Mbak," ucap Meli. Dia menahan sakit sekitar perutnya. "Kita harus ke dokter," balas Ayu sambil menuntun Meli menuju mobil. "Ko-kotak emasku menggelinding dekat pagar," ucap Meli terbata. "Kesehatanmu jauh lebih penting daripada emas itu," balas Ayu. Mereka berhenti sejenak.
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 06: Tak Perlu Balas Dendam "Siapa lagi kalau bukan pria yang ada di depan mata kepalaku sendiri." Aryo menghela napas, ucapan Santi sangat membuat dirinya terpukul. Namun, dia tidak mau memperlihatkan kondisi yang sesungguhnya. "Kalau kamu pandai merawat tubuhmu seperti waktu gadis, aku tidak akan berpaling darimu." Aryo selalu berkata seperti itu sebagai senjata yang bisa dia katakan. "Kamu mau tahu, kenapa aku tidak merawat tubuhku?" tanya Santi. Dia memancing Aryo, apakah mantan suaminya itu penasaran. "Nggak penting! Lagi pula kamu bukan istriku lagi. Ngapain aku kepo dengan mantan ...." Ucapannya sengaja dijeda. Santi merasa lega mendengar jawaban Aryo. "Mungkin pada saat ini kamu merasa di atas dan mempunyai segalanya. Sehingga lupa diri kepada seorang istri yang membawa kamu sukses dan memiliki segalanya. Kesuksesanmu itu suatu
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 07: Tabungan Santi dikuras Aryo "Apakah kamu mau membantu aku," tanya Meli kembali. Sorot matanya sayu mengharap uluran tangan Santi agar membantu dirinya. Santi masih berpikir menentukan pilihan yang amat berat. "Jikalau kamu tidak mau, nggak apa-apa. Mungkin wanita seperti aku tidak pantas dan tidak layak di tolong oleh wanita yang aku sakiti," ucap Meli. Matanya berkaca-kaca, lalu dia pergi melangkah. Rasa sakit yang terlahir di perutnya sudah mulai hilang. Ayu mengikuti langkah Meli menuju mobil. Sepatah kata pun tidak ada yang keluar dari tepi bibirnya. Apalagi mau meminta tolong kembali kepada Santi, dia sudah sungkan. Santi masih berusaha melawan antara perasaan dan kata hatinya. Ia memejamkan mata sejenak mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Tiba-tiba, Aryo membuyarkan lamunannya. "Ngapain lagi kamu berdiri si situ?" Santi terkejut mendengar perka
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 07: Tabungan Santi dikuras Aryo"Aku bisa kok, Mbak," balas Meli keras kepala.Santi bingung mau naik apa pulang ke rumahnya. Dari tadi dia mengotak-atik ponselnya untuk pesan transportasi online, sudah dua menit tidak ada sama sekali ditemukan. Akhirnya dia luluh juga untuk membantu Meli, walaupun dalam keadaan pasrah, tapi tidak rela."Mbak, aku mau membantu menyetir mobil milik Meli," ucap Santi.Ayu berhenti dan mengarahkan tubuhnya ke asal suara itu."Se-serius?" tanya Ayu terbata. Dia laksana mendapat mukjizat yang tak disangka-sangka.Santi mengangguk dan mengulas senyum."Bu-bukan bohong 'kan?" tanya Ayu meyakinkan."Aku serius, Mbak."Sementara Meli sudah menekan pedal gas untuk melaju pergi."Meli," teriak Ayu dan Santi serentak.Ayu dan Santi berlari menghentikan Meli, agar tidak menyetir mobil itu."Meli jangan
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 08: Panggilan Nomor BaruPikiran Meli nanar, hatinya nelangsa. Matanya berembun membuat pandangannya tidak jelas.'Lebih baik aku mati daripada menanggung malu di dunia ini. Tidak ada lagi gunanya aku hidup,' ucapnya dalam hati.Meli menginjak tuas gas semakin kuat. Dia menyetir mobil dengan kecepatan seratus KM per jam."Mbak, kita kok bisa kehilangan jejak?" tanya Santi. Hatinya ikut was-was terjadi sesuatu pada Meli."Kurang tahu juga, San. Mungkin dia ngebut agar kita nggak bisa mengejarnya," jawab Ayu.Ayu fokus menyetir, dia takut konsentrasinya buyar kalau terlalu berpikiran negatif memikirkan Meli."Apa sebaiknya kita berhenti sejenak?" ucap Santi.Sebenarnya dia takut mengutarakan itu, tapi Santi memberanikan diri. Niatnya untuk menelpon Alia agar membujuk Aryo menghubungi Meli. Santi yakin, kalau Aryo menelpon Meli. Dia pasti tidak beran
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 57: Pernikahan Aryo dan SantiPagi telah menyapa bumi. Meli baru saja bangun. Dia hendak membuat konten untuk i***a storie di salah satu akun media sosial. Perlahan dia beranjak dari atas ranjang menuju lemari riasnya."Astagfirullah! Ti-tidak ini tidak mungkin!" umpat Meli dengan panik.Meli tidak menyangka kalau wajahnya bisa jelek seperti itu. 'Ya Tuhan! Apa yang terjadi?' tanya Meli dalam hati.Meli memeriksa kotak kosmetik yang dia pakai sebelum tidur. Pelan-pelan dibacanya, ternyata cream pemutih itu cocok untuk dipakai di pagi hari. "Ke-kenapa aku salah cream. Tidak ... Aragh ...!" Meli melempar botol kosmetik yang dia pakai. Padahal, siang ini dia mau bertemu dengan owner kosmetik brand lain dan outer model baru."Tidak, aku tidak mau cacat seumur hidup," umpat Meli kembali.Meli sudah menerima uang dari beberapa owner yang akan dia jumpai. Kalau sudah seperti ini, reputasinya bisa hancur.Perlahan dia mencari kotak perseginya, tid
Meli duduk, dia membuka kotak make up nya lalu berkaca sambil mengoles lipstik ke bibirnya. Meli belakangan ini memakai alat make up hasil dari endorse. Dia sekarang sudah menjadi selebgram. Mukanya sangat glowing berkat make up yang dia terima. "Tunggu sebentar!" ucap Muliadi. Meli tidak menghiraukan perkataan Muliadi. Dia asyik memoles wajahnya sambil membuat konten. Tidak berapa lama, Mak Yeni dan Ayu datang dengan kedua tangan diborgol ke belakang. Mak Yeni hampir tidak mengenal wajah Meli. "Kamu siapa?" tanya Mak Yeni. "Aku ini buah hatimu, Mak. Masa nggak kenal dengan aku. Aku ini Meli." Meli merasa sakit hati melihat Mak Yeni yang tidak mengenali dirinya. Perlahan dia menghela napas. Dia mencoba memaklumi perkataan ibunya. "Meli bukan seperti ini cantiknya! Aku yakin ini bukan kamu." Meli menatap wajah Ayu. Ayu hanya bisa menunduk, seketika dia teringat akan dosa yang pernah dia lakukan keti
Dia ambruk ke lantai karena tersenggol Aryo."Kalau jalan pakai mata dong!"Santi menatap ke arah suara itu. Ia melihat kalau wanita itu Meli.'Meli! Ngapain dia kemari?' tanya Santi dalam hati. Ia lupa kalau Mak Yeni dan Ayu di tahan di dalam penjara.Santi langsung tersulut emosi. Dadanya mendidih dan ia ingin menampar wajah Meli. Tanpa sadar dan tidak bisa mengontrol emosinya. Ia bangkit dan berjalan menghampiri Meli dengan wajah memerah."Dasar wanita pelakor! Masih saja kamu bangga berlenggak lenggok ke sana kemari mencari mangsa."Meli melihat wajah Santi. Dia mengernyitkan dahi."Santi! Kamu ngapain di sini?""Bukan urusanmu," jawab Santi cuek.Santi melipat kedua tangannya lalu meletakkannya sejajar dengan dada. Ia berlagak angkuh kepada Meli."Idih ... Idih ... Bisa juga kamu cuek iya.""Aku bukan Santi yang dulu asal kamu tahu, paham!" balas Santi.Aryo menghampiri Santi dan w
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 56: Mulai Menyesal"Bukan kah kamu sudah diberi teguran sama yang maha esa berkali-kali. Terus kenapa kamu tidak ada niat untuk berubah ke arah yang lebih baik?" tanya Santi."Namanya juga manusia. Ketika ditegur lewat penyakit, lewat barang berharga hilang atau masalah datang bertubi, pasti ingin segera taubat pada saat itu. Namun, cuma saat itu. Ketika sudah sembuh atau masalah selesai sudah tidak ingin lagi bertaubat."Arya menghela napas, dia tidak tahu kenapa bisa berkata seperti itu."Siapa yang berkata itu? Kamu atau siapa?" tanya Arya."Mohon maaf waktu besuk tinggal lima menit. Silahkan dipersingkat pembicaraannya," ucap Muliadi.Aryo belum sempat mencurahkan isi hatinya selama di dalam penjara. Kalau pertama kali masuk penjara cuma seminggu. Kalau yang ke dua ini sudah satu bulan lebih. Tubuhnya kelihatan kurus kerempeng seolah tidak terurus.
Tidak berapa lama, akhirnya mobil Santi tiba di parkiran penjara."Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di sini" ucap Santi."What! Kita sudah sampai tan?"Santi diam, ia hanya melirik Ardi dari kaca spion."Cepat turun dari dalam mobil. Waktu kita tidak banyak di sini."Ardi, Arya dan Santi berjalan menuju ruang informasi untuk meminta izin bertemu dengan salah satu tahanan.Di sudut lorong, hanya beberapa orang saja yang lewat. Namun, kendaraan roda dua memadati parkiran."Ada yang bisa aku bantu, bu?" tanya salah satu polisi.Di name tag nya terbordir atas nama Muliadi."Maaf, Pak. Aku, Mas Arya dan Ardi mau besuk kawan kami yang sedang mendekam di balik jeruji besi," ucap Santi.Matanya Santi melihat ke sana kemari memperhatikan situasi sekitar. Baru pertama kali ini ia ke kantor polisi."Atas nama siapa, Bu, Pak?" tanya Muliadi lembut. Dia masih setia dan menjunjung tinggi excellent service kepada konsu
Ardi duduk di samping Arya. Dia sibuk mengotak-atik ponsel miliknya.Sudah lima belas menit Arya dan Ardi menunggu, Santi belum datang juga. Akhirnya rasa bosan menunggu kini menyapa Arya dan Ardi. Ardi sampai mengantuk menunggu kehadiran Santi.Tanpa sadar, Ardi ngantuk sangking lamanya menunggu. Tidak berapa lama, Santi datang."Gerak yuk!" ucap Santi.Santi melangkah gontai menghampiri Ardi dan Arya. Sementara Ardi sudah berlabuh ke pulau seribu."Ardi! Kamu kok malah ngorok?" tanya Santi.Santi sudah dandan cantik, malah Ardi molor menjelajahi dunia mimpi."Woi! Bangun!"Ardi tersentak bangun. "Kita sudah sampai, Tan?" tanya dia."Sampai ke Hongkong."Ardi melihat ke seluruh sudut rumah. Dia masih antara sadar dan tidak."Lah, rupanya kita masih di sini.""Iya. Ayo kita berangkat."Arya hanya bisa menahan senyum melihat ulah Santi dan Ardi. Dia takut keceplosan ketawa sangking lucunya ulah
Kini sudah tidak lama lagi hari H akan tiba. Arya sudah sibuk mengingat-ingat siapa saja yang layak diundang."Oh, San. Aryo kita undang tidak?" tanya Arya kepada Santi.Arya, Santi dan Ardi sedang menulis nama yang akan diundang pada acara resepsi pernikahannya."Emangnya apa boleh dia keluar?""Kurang tahu juga sih."Arya berharap saudara kandungnya bisa menghadiri resepsi pernikahan nya bersama Santi. Dia tidak ada niat untuk membalas dendam atau apa. Hanya Aryo lah satu-satunya keluarganya yang masih hidup. Selain itu sudah tidak ada lagi."Bagaimana kalau kita ke lapas sekarang. Hitung-hitung besuk dia untuk mempererat jalinan tali silaturahmi. Sudah kama aku dan Aryo tidak bersua," tanya Arya.Arya takut kalau Santi tersinggung. Itu sebabnya dia langsung menundukkan pandangannya."Bo-boleh, kenapa aku melarang hal itu. Lagi pula itu hal wajar.""Aku boleh ikut nggak, Tan?" tanya Ardi spontan.San
"Pokoknya Mbak Shela pasti pulang. Aku jamin, Om.""Baiklah."Arya senyum senyum membayangkan bagaimana nantinya aktingnya dengan Shela dan Ardi.Flash back off****"Kalian semua jahat!" amuk Santi.Santi tersipu malu. Ternyata ia dikerjain mereka semua. Perlahan ia menyusut air matanya yang sudah terlanjur jatuh membasahi pipinya. Malu, sedih dan bahagia bercampur menjadi satu. Namun, ia mencoba tersenyum walaupun dirinya telah dikerjai mereka bertiga."Maafkan aku, San. Ini semua ide aku. Maafkan aku sudah terlanjur melukai perasaanmu. Aku hanya ingin melihat seberapa tulusnya kamu menerima diriku sebagai imam kamu.""Cukup! Hentikan semua drama kamu itu, Mas!" amuk Santi. Ia tidak mau kalau Arya berakting lagi.Arya tersenyum walaupun rasa sakit masih belum reda dari pelipisnya."Aku ini
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 55: Ide Awal"Ide apa, Om?!" tanya Ardi."Mari sini tak bisikin."Arya membisikkan idenya ke daun telinganya. Ardi senyam-senyum mendengar penjelasan Arya."Wah ide bagus.""Terus, kita berdua saja yang memberikan kejutan kepada Tante?" tanya Ardi.Arya bingung, dia tidak tahu siapa lagi kawan mereka yang ikut serta mengerjai Santi."Bagaimana kalau aku telepon Mbak Shela. Aku rasa dia pasti mau pulang kemari.""Shela siapa? Dan dia emangnya di mana sekarang?" cecar Arya.Arya masih terus terbaring di atas berangkat dan jarum infus masih menusuk di tangannya. Suara jam dinding berbunyi merdu menghibur suasana di dalam kamar Arya membuat mereka berdua semakin seru memikirkan ide apa yang akan diberikan kepada Santi pada saat ulang tahun nanti."Mbak Shela itu kakak sepupu aku. Ibuku dengan ibunya Mbak Shela kakak adik. Ibunya Mbak Shela anak per