POV SHERLY.Aku terbangun jam setengah 4 sesuai alarm yang aku stel kemarin malam. Aku tidak ingin mereka gagal berangkat ke Bali hanya karena bangun kesiangan. Bisa gagal rencana yang kususun sedemikian rupa.Setelah duduk sejenak, akupun segera keluar kamar. Mengetuk pintu kamar Ibu sampai pintu dibukakan oleh sang empu.Tidak menunggu lama pintu itu dibuka, kepala Ibu dengan wajah yang ditutup masker putih menyembul keluar. “Ada apa sih! Menggangu saja!“ sungutnya tidak terima.“Ayo, Bu. Lekas siap-siap. Jangan sampai terlambat, kita juga harus berangkat ke bandara dulu.““Iya, Ibu tahu.“ Dia berbalik dan menutup pintunya kembali.Aku mengedikkan bahu lalu berjalan meninggalkannya dan menuju kamar Clara yang sudah dihuni bersama Mas Pram calon mantan suamiku.Aku mengetuknya. Mas Pram keluar setelah membukakan pintu. “Sudah bangun, Mas. Ayo lekas mandi! Baju sudah aku siapkan di koper, tinggal barang penting yang aku tidak tahu, Kamu simpan di mana,” jelasku sambil melirik ke dal
“Benar yang diomongin Sherly, Bu. Tinggal saja. Lebih aman di rumah daripada dibawa. Sana simpan dalam kamar!“ titah Bapak yang tiba-tiba sudah berada dekat Ibu.Ibu hanya menghentakkan kakinya tapi menurut dan masuk kembali ke kamarnya.Mas Pram mendekatiku, ia meraih kopernya.“Ini gabung kan, Dek sama punyamu?“Aku menggeleng. “Mas, sepertinya aku harus tinggal di rumah saja. Aku harus mengurus BPKB juga aku ragu-ragu kalau Clara yang jaga rumah ini,” lirihku.“Maksudnya?“ “Mm, sepertinya aku harus di rumah saja, Mas. Gak ikut.““Yang benar, Dek?““Iya, Mas.“ Aku mengangguk dan memasang wajah sedikit menyesal.“Berarti kalau tiketnya, Adek diganti sama Clara, gak papa kan, Dek?“ tanyanya ragu dan sedikit memohon ke arahku.Aku mengangguk, kukira respon dia akan sedih ketika aku tidak ikut, dan ternyata dia begitu girang saat melihatku mengangguk, lalu berlari ke arah Clara meninggalkanku.Dasar!“Yang benar, Mas? Terus Amira bagaimana?“ respon Clara terdengar jelas olehku.Aku tid
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Amira tertidur dalam gendonganku. Akupun segera mengambil ponselku yang aku bawa di dalam tas. Segera aku membagikan semua link boarding pass yang sudah dipesan ke nomornya mas Pram. Juga aku mentransfer 5 juta ke ATM nya.“Mas, nanti cek ponselmu ya! Tiket sudah aku share, duit juga sudah masuk ke rekeningmu,” ucapku agak mendoyongkan tubuhku agar mas Pram mendengar dengan jelas.“Oke. Siap.“Tidak lama mobil yang kami tumpangi pun sudah masuk masuk terminal Sukarno Hatta. Setelah mobil diparkir kami pun keluar. Aku ikut keluar dan mengantarkan mereka sampai benar-benar pesawat yang mereka tumpangi lepas landas.Kami masuk dan langsung berjalan ke arah lobi bandara. Lalu ke loket setelah itu diarahkan ke bagasi. Aku pun duduk di dekat boarding lounge. Sementara mereka yang sudah mendapatkan boarding pass setelah check in pun duduk di boarding lounge menunggu jam keberangkatan sesuai yang tertera.Tidak lama waktu tiba di jam pemberangkatan m
Sekarang jadwal hari ini menunggu pembeli datang ke rumah untuk mengambil barang. Aku pun langsung menyicil dan membersihkan barang yang sudah laku sementara Amira aku taruh di bawah dengan dialasi selimut tebal. Tidak lupa meninggalkan mainan untuknya.Setelah cukup aman, aku segera keluar meninggalkan Amira. Lalu aku menuju ke kamar untuk mengambil beberapa peralatan untuk konten.Aku mengunci semua pintu lalu menutup jendela dengan begrond kain. Lalu mengusun rak gantung baju portable yang sudah aku siapkan sedari awal. Kupasang ponsel ini ring highlight yang sudah tersedia lalu mengepaskan dan menyesuaikan dengan tempat aku berdiri. Setelah semua oke. Akupun membawa box container lalu mengambil baju Clara, Mas Pram lalu aku bawa ke luar dekat di mana aku live nanti.Aku pun segera mengambil kunci kamar yang ada di tas lalu mengeluarkannya dan berjalan ke arah kamar ibu dengan membawa box container kosong. Setelah bisa masuk tanpa menunggu lama, aku memilih baju yang sekiranya mas
POV SHERLYSetelah semua terpost satu per satu. Akhirnya aku bisa istirahat. Tinggal nanti untuk pengemasan lalu pengiriman ke kantor JNI. Kulihat saldo yang sudah bertambah banyak. Hampir saja menyentuh angka 20 juta. Tas ibu yang mendongkraknya.Kuusap keringat yang menetes di pipi samping, aku melirik ke arah Amira yang sudah tertidur pulas. Akupun menghampiri dan ikut tidur di sampingnya. Tidak perlu menunggu lama mata ini terpejam.**Aku terbangun saat suara ketukan pintu yang mengagetkan pendengaran. Aku berjalan ke luar, sebelum membuka pintu aku mengintip dulu dengan menyingkap sedikit kain korden di jendela.Ternyata pasangan suami istri dengan berpakaian rapi. Aku pun langsung bergegas membukakan pintu. Juga berbasa-basi sebentar, dan rupanya mereka yang akan membeli kulkas. Akupun langsung menyuruhnya masuk. Dengan kesusahan kami menggotong kulkas dua pintu itu. Akhirnya sampai juga nangkring di atas mobil box.Aku berdiri di luar menunggu sampai pergi si pembeli.Terli
“Eh, Tante di sini juga?“ ujarku berbasa-basi.“Iya, Sherly. Kebetulan pas keluar tadi kok rame-rame ya sudah aku samperin ke sini.““Ayok. Cepet semua ke rumahku sekarang!“ ajak ibu yang menawari tadi. Beliau nampak sangat berantusias sekali.Kami pun berbondong-bondong mengikuti Ibu tadi. Masuk ke dalam rumah yang berseberangan dengan rumah yang aku tinggali.Kuhitung para ibu tadi sekitar ada 7 orang. Belum sama anak mereka yang ikut. Kami pun langsung duduk lesehan di ruang tamu si ibu.“Bentar ya, Ibu-ibu. Tak buatkan minuman dulu.“Kami mengangguk serentak.“Amira ini anaknya siapa, Mbak. Kok aku belum pernah liat, Mbak belum hamil kok tiba-tiba nggendong anak?“ tanya wanita yang bertubuh kurus.Aku menoleh ke arah yang mengajakku berbicara. Aku mengulaskan senyuman untuknya, “Bingung mau mulai dari mana ceritanya ya, Bu.““Iya gak papa cerita saja, Sherly. Mereka orangnya pada baik kok,” ucap Tante Yanti sembari menepuk pundakku.Kupandangi mereka satu persatu. Sepertinya merek
“Sabar, Neng! Owh ya tadi katamu rumahnya dijual?“ “Owh dijual? Siapa yang ngejual?“ tanya Bu Reni.“aku, Bu. Aku tahu aku salah, waktu itu sedang emosi jadi langsung menghubungi agen properti untuk menjualkan rumah, dan ternyata langsung ada yang tertarik.““Wah, nanti kalau mereka pulang dari Bali gimana? Tapi ya baguslah jadi orang terlalu dzolim memang harus dikasih pelajaran.“ Wanita itu mengangguk-angguk sembari menopang dagunya dengan tangannya.“Iya, Bu. Aku hanya mengambil semua kerugianku, Bu. Em kira-kira Ibu di sini ada yang tahu tentang kontrakan rumah yang sedang kosong?“ tanyaku ke arah mereka secara gantian.“Buat, Kamu?““Enggak ... mungkin untuk keluarga Mas Pram soalnya mereka pulang rumah ini sudah terjual.““Owh iya, ya. Kamu ndak tega ya mereka jadi gelandangan? Kalau aku sih ya biarkan saja sekalian tepok tangan ke mereka.““Iya, Bu. ““Eh ada di samping pak Shomat ada rumah kosong, tapi ya gitu deh, rumahnya lama tidak berpenghuni. Pasti sudah banyak sarang la
Bab 23. POV Sherly.Esoknya ...Aku menimang-nimang beberapa perhiasan Ibu yang aku temukan di kamarnya. Sepertinya aku harus menyimpan dulu dan tidak jadi menjualnya. Aku berdiri lalu menaruh emas itu di sebuah kotak kecil yang tersimpan dalam box perhiasan. Lalu tidak lupa aku menguncinya. Jika seseorang menemukan kotak ini mereka bakal tidak menemukan ada emas di dalamnya karena kotak ini memang dirancang khusus untuk menyimpan barang berharga lalu ditutup dengan beberapa tempat untuk berhias.Setelahnya aku meletakkannya di ranjang. Kuraih tas besar yang tersimpan rapi di dalam lemari, aku harus cepat berkemas. Lemari pun sudah terjual hanya menunggu si pembeli datang untuk mengambil. Hari ini jadwalku ke kantor Samsat lagi untuk mengurus BPKB. Mungkin nanti aku ubah nomor alamat dan kutulis Alamat Tante Yanti saja. Jaga-jaga kalau jadinya lama.Tidur dengan Amira membuatku terasa begitu menyenangkan. Bahkan saat tengah malam bangun, aku begitu bahagianya membuatkan susu lalu me