Share

BAB 44 ADUAN DIANDRA

Penulis: Yuli Zaynomi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

ADUAN DIANDRA

Hampir sejam lebih mobil yang mereka kendarai akhirnya sampai di rumah orangtua Yuda. Rumah dua lantai dengan pagar tinggi menjulang itu terlihat megah. Warna putih mendominasi sebagian cat rumah.

Diandra membanting pintu mobil dengan kencang saat menutupnya. Yuda mengembuskan napas kasar. Sorot matanya tajam menatap Diandra yang berjalan dengan langkah cepat memasuki rumah.

“Kenapa, Nak?”

Yuda memijat keningnya saat mendengar suara tangisan Diandra. Dia melemparkan sepatu yang baru saja dilepas ke sembarang arah. Emosinya sedang tinggi. Sejak tadi dia berusaha menenangkan diri. Namun, mendengar tangisan Diandra di dalam sana membuat amarahnya kembali membuncah.

“Kami bertemu Arini saat di toko kue tadi. Biasa, wanita itu mencari perhatian. Sampai-sampai Mas Yuda memberi dia uang dan menyalahkan aku.”

“Benar itu, Yud?” Ratna langsung bertanya pada anaknya yang baru saja duduk di sofa. Wanita setengah baya itu dapat melihat gurat kelelahan sekaligus gusar di wajah anakny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 45 KEBENCIAN MANTAN MERTUA ARINI

    KEBENCIAN MANTAN MERTUA ARINI Kebencian itu semakin bertambah besar saat Yuda memutuskan pergi dari rumah saat mengetahui perlakuannya pada Arini. Segala cara Ratna lakukan agar Yuda kembali. Namun, anaknya bergeming. Dia mengalah, berjanji akan memperbaiki sikap asal Yuda kembali ke rumah.Dia membenci Arini yang telah menghasut anaknya agar berani membangkang. Segala cara Ratna lakukan agar Arini menyerah menjadi menantunya. Namun, semua usahanya sia-sia. Arini seperti batu yang tidak memiliki perasaan. Wanita itu tetap tegar walau dari mulutnya sering keluar kalimat-kalimat menyakitkan.“Aduh!”Ratna yang sedang sibuk dengan ponsel langsung berlari ke depan saat mendengar teriakan Arini. Matanya membelalak lebar saat melihat bagian bawah gamis yang Arini kenakan basah dan dipenuhi darah. Ratna memilih mengamati. Dia sengaja berlama-lama mengabaikan Arini. Membiarkan wanita itu meringkuk sambil memegang perutnya di halaman sana. Ratna berharap janin yang Arini kandung tidak bisa d

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 46 PERAYAAN SEDERHANA

    “Selamat ulang tahun, Sayang. Semoga Naya menjadi anak yang menjalani hidup dengan bahagia, diberikan kesehatan dan dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi Naya. Aamiin.” Arini mencium pipi Naya.“Selamat ulang tahun, Adik.” Rafa memeluk Naya dan mengelus kepala adiknya. Dia memberikan oil pastels yang sudah dibungkus kertas kado bergambar kuda poni. Persis seperti kue yang ada di depan Naya.“Assalamualaikum, Nayaaa, selamat ulang tahun.” Widya masuk dan langsung memberikan boneka kuda poni berukuran besar yang dibungkus menggunakan plastik bening dengan pita merah muda sebagai pengikatnya. Wanita yang masih mengenakan seragam kerja itu mencubit pelan pipi Naya saat anak itu mencium tangannya.“Maaf ya, Mbak, tadi ada masalah di tempat kerja jadi aku pulangnya terlambat.” Widya duduk di samping Rafa. Dia tersenyum menatap wajah Naya yang berbinar. Pikirannya menerawang. Wanita itu melangitkan doa agar segera diberikan keturunan.Memasuki usia pernikahan yang ketiga, Widya dan su

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 47 PETAKA

    “Ayo, Sayang, potong kuenya dulu biar Bunda Widya ikut mencicipi.” Arini membantu Naya memotong kue. Sepotong diberikan pada Rafa dan sepotong lagi untuk Widya. Setelahnya, Naya langsung duduk dan menikmati potongan kue miliknya.“Mas Yuda jadi mencarikan rumah, Mbak?” Widya berbisik pelan sambil menikmati kue. Arini akhirnya menceritakan semua setelah kedatangan Diandra waktu itu.Arini menggeleng cepat. “Aku tidak habis pikir dengan Mas Yuda, apa maksudnya datang dan pergi sesuka hati. Kalau denganku, aku sudah biasa saja. Tapi ‘kan kasihan Rafa, dia mulai mengerti dengan ayahnya.”“Mungkin pengaruh dari ibu dan tunangannya waktu itu, Mbak?”“Entahlah, Wid. Aku lelah dengan mereka. Aku sempat berharap perkataan Mas Yuda waktu itu benar-benar ditepati. Setidaknya, Rafa dan Naya bisa hidup berkecukupan. Tapi, ya begini. Dia datang dan pergi sesuka hati.”“Mbak kenal dengan wanita yang kesini waktu itu?”“Kenal.” Arini mengangguk. “Dia teman dekatku saat masih kuliah. Sebenarnya Diand

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 48 KONDISI NAYA

    KONDISI NAYA "Bawa ke rumah sakit. Saya hanya bisa memberi obat untuk sementara waktu. Jangan ditunda. Saya rasa ini bukan alergi seperti kebanyakan," ucap Pak Mantri Qodir, laki-laki berprofesi sebagai perawat di salah rumah sakit milik pemerintah setempat. Laki-laki itu menurunkan kacamatanya, memandang secara langsung wajah mungil Naya sambil menggeleng perlahan. Gerakannya itu membuat Arini dan Widya yang bersisian makin panik. Bibir Naya semakin pucat, begitu pun tubuhnya yang makin melemah. Hanya erangan kecil yang hampir tak terdengar sebagai tanda anak itu benar-benar tak bertenaga. "Mbak. Aku ke depan buat nyetop angkot. Mudah-mudahan ada yang mau membawa kita kesana," ucap Widya sambil meraih lengan Arini. "Biar saya yang antar. Kalau pakai angkot khawatirnya terlalu lama di perjalanan. Anak Anda butuh perawatan secepatnya," ucap Pak Mantri Qodir yang langsung membuat wajah Arini terlihat makin bingung. Nyatanya laki-laki itu langsung ke dalam rumahnya. Bukan tanpa seb

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 49 BERTEMU MANTAN MERTUA

    BERTEMU MANTAN MERTUA "Yuda sedang sibuk persiapan pernikahan dengan Diandra. Dia tak bisa diganggu. Ada perlu ada mencarinya?" Suara Ratna terdengar amat menakutan bagi telinga Arini. Wanita itu duduk dengan angkuh, menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kiri. Wajahnya tak bersahabat sama sekali, apalagi tamunya ini benar-benar tidak diharapkan kehadirannya. Rasa sinis itu kian membuncah saat mengingat penuturan Diandra mengenai mantan menantunya yang sedang berusaha mengacaukan acara pernikahan Yuda dengan wanita yang sudah dijamin bibir, bebet, dan bobot menurutnya. "Biasanya dia akan pulang jam sepuluh malam nanti. Maklum saja, Yuda harus mengantar calon istrinya itu pulang. Diandra harus dipastikan keamanannya oleh Yuda hingga sampai di dalam rumah." Sengaja Bu Ratna mengatakan hal yang sudah pasti akan menyakiti hati Arini. Bukankah puas melihat wanita itu diam tak berkutik seperti ini? "Ada perlu apa?" Akhirnya ibu kandung Yuda itu menanyakan maksud kedatangan Arini. Dia

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 50 PERLAKUAN TIDAK MANUSIAWI

    PERLAKUAN TIDAK MANUSIAWI "Jaga ucapanmu! Dasar wanita tidak berpendidikan! Beruntung sekali kami karena kau sudah tidak menjadi bagian dari keluarga ini." Ratna terengah-engah menahan amarah. "Jangan memintaku menjaga ucapan sementara Ibu sendiri tidak bisa menjaga sikap." Arini memegang pipinya yang terasa panas. "Aku datang baik-baik meminta hak anakku. Bukankah seharusnya, sebagai keluarga yang berpendidikan tinggi, Ibu menerima kedatanganku dengan baik?""Dengar, Arini, saat ketuk palu hakim mengesahkan perceraian, detik itu juga hubungan Yuda dengan kalian selesai. Titik!"“Naya dan Rafa itu darah daging Mas Yuda, Bu. Tidak ada yang namanya mantan anak, hubungan darah selamanya tidak akan pernah bisa diputus dengan cara apapun.” Arini mengepalkan tangan. Kalau bukan karena dia benar-benar membutuhkan uang, dia tidak akan menginjakkan kaki di tempat ini lagi.“Urus anak-anakmu sendiri, Arini. Jangan pernah datang kemari lagi. Kau tidak akan pernah mendapatkan sepeserpun dari ha

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 51 KEPERGIAN NAYA

    KEPERGIAN NAYA “Kata orang, menikah itu membuka pintu rezeki, Rin. Doakan Mas ya? Semoga mendapat pembimbing skripsi yang mudah ditemui dan tidak neko-neko. Biar Mas bisa segera lulus dan mendapatkan pekerjaan. Biar kamu juga bisa segera melanjutkan kuliah yang sempat tertunda.”Arini tertawa terbahak-bahak di tengah hujan mengingat ucapan Yuda saat usia pernikahan mereka memasuki angka satu setengah tahun. Saat lelaki itu sibuk menyongsong cita-cita, dia justru harus bergelut dengan pekerjaan rumah yang tak ada habisnya.Hilang sudah Arini yang dulu selalu tampil rapi dan manis. Pekerjaan yang tak ada habisnya membuat Arini tidak memiliki cukup waktu untuk merawat diri. Bahkan, Arini mulai merasa kecerdasannya berkurang karena tidak ada kesempatan untuk mengembangkan diri. Kadang, dia tidak bisa menanggapi ucapan Yuda karena tidak mengerti konteks cerita. Padahal, dulu dia bisa membicarakan apa saja.Hampir satu jam hingga Arini yang berjalan dengan kaki pincang memasuki pelataran r

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 52 ARINI TERGUNCANG

    ARINI TERGUNCANGArini lunglai di atas gundukan tanah merah di depannya. Tak kata yang keluar dari bibirnya. Matanya pun tak tampak mengeluarkan air mata sedikit pun. Tatapannya kosong, menatap pusara yang baru selesai ditancapkan di atas gundukan tersebut. Rafa di sisinya tak kunjung melepaskan tangannya dari lengan wanita itu. Seribu sesal berlomba-lomba meruntuhkan hari Arini untuk tetap tegar. Kepergian Naya yang tiba-tiba belum mampu dia cerna dalam pikirannya. Observasi yang dilakukan oleh dokter pun belum juga memberinya kepastian. Entah apa yang sebenarnya diderita oleh anak perempuannya hingga mengantarkan gadis kecil itu pada sebuah titik akhir bernama kematian. "Dok, pasti dokter bercanda? Nggak mungkin anakku meninggal. Dia masih baik-baik saja sebelum kutinggal tadi. Ayo periksa lagi dia! Jangan sampai dokter melakukan kesalahan. Tenang saja, saya akan cari biaya untuk perawatannya. Dokter tak perlu khawatir tentang hal tersebut!" Arini meracau, dia menarik jas putih

Bab terbaru

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 195 BAHAGIA—ENDING

    “Mama, senyum! Lihat kemari!” ucap Rafa sambil melambaikan tangan ke arah ibunya. Sebuah buket raksasa berisi foto-foto ibunya dihadiahkan anak laki-laki itu pada Arini. Wanita itu pun memeluk buketnya meski sedikit kepayahan. Berbagai karangan bunga berisi ucapan selamat untuk para wisudawan menghiasi setiap sudut halaman auditorium yang digunakan untuk acara wisuda kali ini.Senyum Arini mengembang sempurna. Suaminya berhasil menegakkan kepala wanita yang sempat kehilangan seluruh kepercayaan dirinya. Yovan pun terlihat amat puas dengan hasil kerjanya membujuk wanita itu. Senyuman menawan laki-laki itu membuat Arini merasa begitu dicintai laki-laki pemilik hidung mancung itu.“Papa ambil posisi di sebelah Mama. Jangan lupa Mama dipeluk!”Arahan dari Rafa membuat Arini dan Yovan tertawa. Mereka takjub sekali dengan perubahan pada diri Rafa. Apalagi setelah dia diberitahu bahwa adiknya akan lahir dalam hitungan hari. Dia makin menunjukkan sikap protektifnya pada sang ibu.“Sekarang Pa

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 194 TENTANG BAHAGIA

    Tentang Bahagia Arini memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Kebaya berwarna hijau sage dengan kain batik yang membelit tubuh bagian bawahnya tak membuat dirinya berpuas diri. Matanya berkaca-kaca saat berkali-kali memutar dirinya di depan cermin. Kehamilannya di usia sembilan bulan ini membuat berat tubuhnya melonjak drastis. Pipinya membulat sempurna, belum lagi dagu yang seolah berjumlah dua hingga membuat dia kesusahan mengenakan kerudung untuk menutupi mahkotanya.Arini menjatuhkan dirinya di atas tepian kasur. Acara wisuda yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi tiba-tiba membuat dirinya meragu. Penampilannya yang dia nilai akan menjadi bahan tertawaan banyak orang membuat Arini hampir menyerah untuk mempersiapkan diri. Sebuah ketukan ringan dari arah pintu membuat kepalanya menoleh.“Loh, belum siap juga? Kita harus datang di gedung satu jam lagi. Kenapa toga pun belum kamu pakai?” Suara suaminya membuat Arini makin tak bisa menahan laju air matanya. Make up natural

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 193 PERMINTAAN MAAF MANTAN MERTUA

    “Diminum, Bu.” Arini meletakkan es jeruk dan setoples kue kering. Wanita itu langsung duduk di sofa yang kosong. Dia tersenyum tipis saat melihat sejak tadi tangan Ratna terus-terusan memegang tanga Rafa.“Terima kasih.” Ratna mengambil gelas dan meminumnya beberapa tegukan. Rasa asam, manis dan segar memenuhi mulut Ratna. Minuman itu cocok sekali dinikmati saat hari cerah seperti siang ini. “Sudah berapa bulan?” Ratna memperhatikan perut Arini yang mulai menyembul.“Masuk lima.” Arini refleks mengelus perut. “Apa yang mau dibicarakan, Bu? Tidak biasanya Ibu pergi sendirian. Jarak rumah kesini lumayan jauh.” Arini memperhatikan wajah Ratna yang sejak tadi tampak mendung. Mata wanita tua itu dipenuhi kabut seakan menyimpan kesedihan yang tak berujung.“Ibu mau minta maaf ….” Ucapan Ratna terpotong karena tangis. Mantan mertua Arini mendadak terisak kencang. Dia tidak bisa mengendalikan air mata saat mengingat perlakuan buruknya pada Arini dulu. “Ibu mau minta maaf atas semua kesalahan

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 192 PENYESALAN MANTAN MERTUA

    “Jadi, nanti perut Mama akan membesar ya, Ma? Terus Adik bayinya keluar dari mana?”Arini menarik napas panjang. Rafa memang banyak bertanya setelah mengetahui kalau di perutnya ada bayi. Anak lelaki itu sangat senang sekaligus juga penasaran. Berbagai pertanyaan dia lontarkan. Pertanyaan yang kadang membuat Arini harus memutar otak dengan keras agar bisa menjawab sesuai dengan umur dan pemahaman anaknya.“Manusia akan melalui tiga alam selama hidup. Pertama, alam dunia, tempat kita saat ini. Kedua, alam barzah, tempat kita menanti hari kiamat tiba. Ketiga, alam akhirat, tempat kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan.” Arini menjawab setelah cukup lama terdiam. “Sudah dapat pelajaran di sekolah ‘kan tentang alam-alam ini?” Arini mengelus kepala Rafa pelan.Rafa mengangguk pelan. Anak itu ingat kata guru agamanya, kalau anak nakal, nanti dia akan mendapat balasan di akhirat. Kalau mencuri tangannya akan dipotong berkali-kali. Sebaliknya, kalau dia menjadi anak rajin dan senang memb

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 191 IRI

    IRI “Mas, sudah kubilang percuma kita kemari. Memang Tuhan itu belum ngasih karena dia lihat Mas Yuda belum mampu menafkahi anak kita nantinya, jadi dia lebih milih buat nunda. Kok kamu jadi maksa-maksa gini? Buang-buang waktu tahu nggak?”Diandra mendekap kedua tangannya. Baru saja dia dan Yuda sampai di sebuah klinik kandungan yang direkomendasikan salah seorang temannya. Klinik yang saat Diandra melihat list harga konsultasi dan tindakan yang dilakukan cukup membuat matanya melotot tak percaya. Rasanya sayang sekali uang sebesar itu digunakan untuk hal tidak penting seperti ini.“Mas. Mending uangnya buat liburan atau memanjakan diri di spa seharian. Paling tidak untuk senang-senang dari pada ngendon di rumah seharian. Bukan nggak mungkin gara-gara stress di rumah yang membuatku susah hamil begini!”Yuda hampir membentak istrinya jika tak menyadari posisi mereka saat ini. Rasanya telinganya gatal mendengar istrinya berbicara kasar seolah ibunyalah penyebab dia belum juga diberi ke

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 190 KECEMASAN ARINI

    KECEMASAN ARINI Arini meremas tangan suaminya. Laki-laki itu tersenyum. Setelah perdebatan panjang akhirnya Arini bersedia ke klinik yang sudah direkomendasikan dokter Wisnu saat Yovan menanyakan dokter kandungan yang bagus untuk istrinya. Sebenarnya bisa saja dia membawa Arini ke klinik yang dulu selalu dia datangi bersama Raline saat istri pertamanya itu hamil.Tetapi dia mengurungkan hal tersebut demi menjaga perasaan istrinya. Pasti Arini akan merasa tak nyaman karena menganggap Yovan sengaja membawa dirinya ke tempat dimana kenangannya bersama Raline sebagian besar terekam di sana. “Mas?”“Ya?” Senyum di bibir Yovan belum juga pudar. Bayangan tentang detik-detik pertama istrinya memberikan benda yang dia angsurkan sebelumnya membuat laki-laki itu tak bisa kehilangan kebahagiannya. Arini menunjukkan trip dua pada benda yang dibeli suaminya melalui layanan aplikasi belanja online itu. Yovan yang sebelumnya berdiri menyederkan tubuhnya di tembok depan itu hampir melompat kegiranga

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 189 TEST PACK

    TEST PACKMata Yovan kembali menyipit. Dia tak tahu apa yang terjadi dengan istrinya saat ini. Yang dia lakukan langsung beranjak ke kamar mereka di lantai dua. Dia kehilangan daya saat melihat istrinya bermuram hingga tak berani sama sekali dia mendebatnya. Laki-laki itu pun merasa mati langkah saat hari liburnya justru bertepatan dengan jadwal Rafa di rumah Yuda.Laki-laki itu bahkan ingin sekali melarang anaknya pergi ke rumah ayah kandungnya jika tak ingat hal itu akan membuat suasana sejuk yang tercipta dengan laki-laki itu akan kembali memanas dan tentu akan berdampak pada hubungan mereka. Apalagi Yuda sudah menjanjikan anaknya melakukan kegiatan yang sama lagi seperti saat itu. Memancing di danau dan membakar ikan di tepian yang membuat bibir mungil Rafa tak henti-hentinya bercerita aktivitas yang menyenangkan itu.Baru saja hendak memakai kaos berwarna merah miliknya, Arini yang tiba-tiba masuk mencegah laki-laki itu.“Jangan yang itu, Mas. Warna itu merusak pandangan mataku.

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 188 SIKAP ANEH ARINI

    SIKAP ANEH ARINIArini duduk di atas sofa ruang belakang. Tatapannya tertuju ke arah luar jendela dimana pohon palem yang berderet rapi di halaman terlihat meliuk-liuk diterpa angin. Hujan yang turun membuat pepohonan di luar sana tampak segar. Aroma petrikor yang berasal dari tanah kering yang tersiram air hujan terasa sekali di indra penciuman Arini.Tetapi kali ini reaksi yang dirasakan Arini terasa lain. Tidak seperti biasanya saat hatinya bersorak menikmati aroma khas yang keluar saat awal-awal hujan turun. Arini bahkan beranjak dari posisi duduknya saat ini demi menutup jendela berharap bau khas itu segera menghilang secepatnya.“Kucari-cari kenapa justru di sini?”Suara suaminya membuat Arini tersentak. Beberapa saat kemudian dia membetulkan anak rambut yang berkeliaran bebas di dahinya. Keheningan rumah itu membuat mood Arini mudah sekali memburuk. Suaminya itu langsung mengambil posisi berhimpitan dengannya. Aneh, seketika Arini menggeser tubuhnya hingga menambah jarak di ant

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 187 MELIHAT ARINI BAHAGIA

    “Mama!” Rafa berteriak senang saat mobil Yovan memasuki halaman. Bocah laki-laki itu langsung berlari saat Arini keluar dari mobil. “Kangen.” Rafa tertawa-tawa saat Arini memeluknya erat-erat. Dia semakin terkekeh geli saat Arini menciumi wajahnya bertubi-tubi.“Papa.” Rafa langsung menyalami Yovan setelah berhasil lepas dari pelukan Arini. Dia mengangguk senang saat Yovan dengan mudah mengangkat tubuhnya.Disini, Yuda mengeluh pelan melihat keharmonisan keluarga di hadapannya. Rafa tampak sangat senang digendong Yovan. Sementara Arini menggandeng tangan Yovan dengan sebelah tangan menenteng paper bag biru. Keluarga kecil yang terlihat sangat harmonis. Siapapun pasti akan mengira kalau Rafa adalah anak Arini dan Yovan.“Assalamualaikum, Mas.”“Waalaikumussalam.” Lamunan Yuda terhenti mendengar salam Arini. Dia langsung berdiri dan membalas jabat tangan Arini dan Yovan. “Masuk dulu. Mama dan Diandra sedang keluar. Mama mertua mau mengadakan hajatan jadi mereka bantu-bantu.”“Kami dilua

DMCA.com Protection Status