Beranda / Pernikahan / Kubalas Hinaanmu, Mas! / BAB 144 KELAKUAN YUDA

Share

BAB 144 KELAKUAN YUDA

Penulis: Yuli Zaynomi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“S*al!” Yuda mengembuskan napas kencang begitu mobil Yovan meninggalkan tempat itu. Dia tidak suka melihat cara lelaki itu bersikap. Yovan benar-benar menunjukkan arogansinya. Dia seolah ingin memperlihatkan kalau dia mempunyai kuasa penuh atas Arini.

“Kurang baik ya hubungan Mas Yuda dengan Mas Yovan?”

“Eh?” Yuda menautkan alis dan langsung menoleh ke sumber suara. Lelaki itu langsung tersenyum melihat Bu Rita. “Begitulah, Bu. Saya agak dipersulit untuk bertemu dengan anak saya sekarang.” Yuda memasang wajah prihatin.

“Tapi, bukannya dulu-dulu juga Mas jarang kesini ya? Malah tidak pernah kesini. Saya lihat Mas Yuda kemari ya baru-baru ini saja pas Mbak Arini sudah menikah.” Bu Rita menautkan alis. Dia memperhatikan lelaki di hadapannya yang terlihat sedikit salah tingkah.

“Eee, dulu kami ada jadwal bertemu rutin di luar, Bu. Arini akan membawa Rafa dan kami jalan bersama dengan istri saya juga. Sekarang ini sulit sekali. Yovan memberi keterbatasan akses sehingga saya sempat tidak bi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 145 RAFA HILANG

    “Benar, Yah?” Mata Rafa langsung membulat mendengar mainan yang disebutkan ayahnya. Mainan itu memang sedang hits sekali di sekolah. Beberapa teman bahkan sengaja membawa ke sekolah. Apalagi, promosinya sangat gencar sekali. Di setiap sudut kota ada banner yang mempromosikan mainan itu.“Iya!” Yuda mengangguk mantap sambil mengacak rambut Rafa. Tidak salah dia melempar umpan menyebut robot bergerak tadi. Apalagi ditambah dengan mengatakan sudah ada izin dari Arini. Dengan mudah, dia bisa mengajak Rafa ke mobilnya.Yuda tersenyum lebar saat mobil mulai berjalan. Ada rasa haru yang menelusup begitu saja bisa sedekat ini dengan anaknya setelah sekian lama. Andai dulu dia tidak meninggalkan anak dan istrinya, mungkin saat ini mereka masih bahagia bersama.Yuda menyadari, walau dulu hidup serba kekurangan dengan Arini, tapi dia bahagia. Dia memang lelah fisik karena harus bekerja keras, tapi hati dan pikirannya tenang dan bahagia. Berbeda dengan sekarang, dia bekerja enak dalam ruangan ber

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 146 KETAKUTAN ARINI

    “Astaghfirullah, Rafa….” Arini lunglai. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. Tak bisa tenang sama sekali membayangkan keberadaan anaknya saat ini. Bayangan buruk pun melintas di pikirannya. Apalagi beberapa waktu yang lalu dia pun melihat tayangan televise yang memberitakan seorang anak yang diculik seorang pemulung dengan menaiki bajaj. Hingga selang dua minggu menghilangnya anak tersebut polisi beserta keluarga belum bisa menemukannya. Hati ibu mana yang tak remuk. Arini bahkan harus merasakan rasa takut dan khawatir yang sama.“Ma, aku harus pergi sekarang. Mungkin Rafa masih di sekitar sekolahnya. Dia pasti tertinggal bus sekolah. Aku harus kesana sekarang, Ma!” Arini mulai merajuk. Dia tak bisa menunggu suaminya pulang. Belum tentu jalanan lancar hingga laki-laki itu cepat sampai di rumah.“Nggak. Kamu tunggu Yovan sebentar lagi. Dia langsung pulang setelah mendengar informasi menghilangnya Rafa. Mama juga sudah meminta Pak Ratno menelusuri ke sekolah Rafa. Dia akan se

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 147 TITIK TERANG

    “Gimana?”Arini menggeleng. Napasnya kembali tak beraturan mendapati harapannya gugur satu. Mata Arini mulai berkaca-kaca kembali.“Sabar. Kita akan temukan anak kita,” ucap Yovan. Sedikit tak percaya saat Yovan mengucapkan hal tersebut. Arini memalingkan wajah ke arah sisi kirinya. Rintik gerimis mulai turun. Seiring dengan hal tersebut, tangis Arini pun mulai membanjiri pipinya kembali.“Mama, kita akan pindah kemana?” tanya Rafa sambil mendekap ke ibunya. Anak laki-laki itu hanya tahu keributan yang terjadi antara ibunya dengan pemilik kos-kosan yang mereka tinggali menjadi penyebab mereka harus segera menyingkir dari tempat itu.“Apa karena Rafa tidak punya ayah?” tanyanya lagi pada sang ibu. Arini yang belum selesai mengepaki barang-barangnya berbalik. Ditatapnya wajah Rafa yang sudah terlihat lelah. Arini paham seharusnya seorang anak tak sering pindah. Psikologis mereka akan terganggu. Tentu saja butuh penyesuaian diri lagi.Rafa mendengar bagaimana Bu Leha membahas Arini yang

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 148 MENCARI YUDA

    Diandra yang baru saja meletakkan barang belanjaan menatap Arini tak mengerti. Tadi Ibu mertuanya menelpon, minta diantar belanja sesuatu. Karena pekerjaan sedang longgar dan kantornya yang fleksibel, dia bisa keluar dengan mudah. Selama pekerjaan beres dan target tercapai, pimpinan mereka tidak terlalu mengekang karyawan untuk terikat jam kantor."Mana Mas Yuda?" Arini mengulangi tanya saat melihat Diandra dan Ratna yang kebingungan menatapnya. Napas wanita itu tersengal. Kelihatan sekali raut wajah Arini yang menahan marah bercampur dengan rasa khawatir.Diandra yang tadinya akan berangkat lagi ke tempat kerja menatap Arini bingung. Wanita yang mengenakan setelan blazer merah hati itu berjalan mendekati Arini. Dia memutuskan urung berangkat saat mendengar Arini menanyakan keberadaan suaminya."Di? Kau berangkat saja. Biar Ibu yang urus mereka. Kau hanya membuang-buang waktu meladeni orang-orang tidak punya sopan santun ini." Ratna mendengus sebal. "Datang-datang berteriak sesukanya

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 149 BALASAN MENOHOK

    “Jaga mulutmu, Arini!” Diandra berteriak kencang. Arini sukses merobek harga dirinya sebagai seorang wanita. Dia terluka hingga dasar terdalam perasaan saat mantan istri suaminya itu menyinggung sesuatu yang sangat dia hindari untuk dibicarakan selama ini.“Kenapa? Aku benar ‘kan? Kau dan Mas Yuda hampir setahun menikah, tapi belum hamil-hamil juga. Mas Yuda sudah jelas subur, dia punya dua anak denganku. Berarti, kalau belum hamil juga kau yang bermasalah.” Arini tersenyum miring melihat Diandra kehabisan kata.“Aku benar ‘kan, Bu?” Arini ganti menatap Ratna. Dia tersenyum puas melihat mantan mertuanya itu salah tingkah dan harus bersikap bagaimana. “Itu sebabnya Mas Yuda dan Ibu begitu ngotot ingin dekat dengan Rafa karena menyadari kalau menantu yang kalian banggakan ini mandul!”“Diam!” Diandra berteriak kencang. Dia melemparkan vas bunga di meja hingga menimbulkan suara benturan keramik dengan lantai rumah. Diandra menatap Arini dengan mata membara. Dia tidak suka wanita itu mere

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 150 RAFA PULANG

    RAFA PULANG Mantan mertua Arini tersentak. Dia tak mengira perintahnya pada Yuda untuk mendekati Rafa justru berakibat fatal seperti ini. Diandra sendiri justru menatap mertuanya dengan tatapan marah. Dia merasa dibohongi. Pasti mertuanya tahu bahwa suaminya memang sedang dalam proses pendekatan pada anak kandungnya. Tentu saja ini sangat melukai perasaannya. “Bu, kuharap Ibu tak lupa bagaimana sikap Ibu dan anak laki-lakimu terhadapku dan anak-anak. Kalian bahkan tak sudi menengok ke arah mereka. Kalau mau diturut lagi, bahkan kau dan menantumu ini yang paling berperan dalam kepergian Naya. Jadi amat janggal jika sekarang kalian menginginkan waktu khusus bersama Rafa. Jika memang kau menginginkan cucu, kenapa tidak menekan menantumu saja untuk segera memberikan dia cucu? Kalau dia tidak mau, telusuri lebih jauh! Dia belum mau punya anak atau dia tidak mau punya anak!” “Arini!” teriak Diandra. Dia tak terima harga dirinya direndahkan oleh wanita yang amat dibencinya itu. Saat itul

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 151 MURKA ARINI

    MURKA ARINI "Aku menyesal pernah begitu mencintai laki-laki yang sebenarnya amat sangat memalukan ini! Kau sungguh menjijikkan, Mas!”“Aku seperti ini karena kau yang mulai, Rin! Kalau kau mengizinkan Rafa ikut denganku atau bahkan hanya sesekali menghabiskan waktu denganku maka aku tak akan berbuat seperti ini. Aku ayahnya, selamanya aku akan menjadi ayahnya! Aku tak bisa membiarkan anakku justru lebih dekat dengan laki-laki lain yang tak ada hubungan darah sama sekali dengannya! Rafa hanya punya satu ayah dalam hidupnya, dan itu AKU!”Yuda mengucapkan pembelaannya dengan berapi-api. Dia tak bisa membiarkan harga dirinya terinjak begitu saja. tetapi apa yang dia katakan justru membuat kemarahan Arini makin memuncak. “Mas. Katakan padaku. Apakah alasanmu yang sebenarnya mendekati Rafa seperti ini? Apakah kau hanya semata-mata menyesal telah menyia-nyiakannya selama ini, apakah kau tak rela ada laki-laki lain yang mengambil alih tanggung jawab yang kau telah lupakan, atau justru wani

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 152 KERIBUTAN DI KANTOR YUDA

    Diandra mendengus kencang. Wanita itu meremas kemudi dengan erat. Dia berkali-kali menghela napas. "Sial!" Diandra menekan klakson dengan kencang hingga menimbulkan suara berisik yang panjang dan memekakkan telinga. Kemacetan jalanan membuat Diandra hampir berteriak geram. Kalau bisa, ingin rasanya dia menghancurkan semua kendaraan yang memadati jalan saat ini. Wanita itu akhirnya bisa bernapas lega setelah mobilnya terbebas dari kemacetan yang sangat menyebalkan."Awas kamu, Mas!" Diandra mengepalkan tangan. Pagi ini, dia akhirnya mengetahui kalau kemarin Yuda cuti. Salah satu kenalannya memberitahu setelah dia bertanya. Dia tidak habis pikir, bisa-bisanya Yuda sengaja mengambil cuti hanya untuk jalan keluar dengan Rafa dan membuat keributan.“Oh, jadi benar Mas kemarin membawa Rafa keluar?” Diandra langsung merangsek masuk. Dia tidak mempedulikan tatapan heran dari rekan-rekan Yuda karena suaranya yang cukup keras. Wanita itu bahkan dengan sengaja berbicara kencang.“Di?” Yuda yang

Bab terbaru

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 195 BAHAGIA—ENDING

    “Mama, senyum! Lihat kemari!” ucap Rafa sambil melambaikan tangan ke arah ibunya. Sebuah buket raksasa berisi foto-foto ibunya dihadiahkan anak laki-laki itu pada Arini. Wanita itu pun memeluk buketnya meski sedikit kepayahan. Berbagai karangan bunga berisi ucapan selamat untuk para wisudawan menghiasi setiap sudut halaman auditorium yang digunakan untuk acara wisuda kali ini.Senyum Arini mengembang sempurna. Suaminya berhasil menegakkan kepala wanita yang sempat kehilangan seluruh kepercayaan dirinya. Yovan pun terlihat amat puas dengan hasil kerjanya membujuk wanita itu. Senyuman menawan laki-laki itu membuat Arini merasa begitu dicintai laki-laki pemilik hidung mancung itu.“Papa ambil posisi di sebelah Mama. Jangan lupa Mama dipeluk!”Arahan dari Rafa membuat Arini dan Yovan tertawa. Mereka takjub sekali dengan perubahan pada diri Rafa. Apalagi setelah dia diberitahu bahwa adiknya akan lahir dalam hitungan hari. Dia makin menunjukkan sikap protektifnya pada sang ibu.“Sekarang Pa

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 194 TENTANG BAHAGIA

    Tentang Bahagia Arini memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Kebaya berwarna hijau sage dengan kain batik yang membelit tubuh bagian bawahnya tak membuat dirinya berpuas diri. Matanya berkaca-kaca saat berkali-kali memutar dirinya di depan cermin. Kehamilannya di usia sembilan bulan ini membuat berat tubuhnya melonjak drastis. Pipinya membulat sempurna, belum lagi dagu yang seolah berjumlah dua hingga membuat dia kesusahan mengenakan kerudung untuk menutupi mahkotanya.Arini menjatuhkan dirinya di atas tepian kasur. Acara wisuda yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi tiba-tiba membuat dirinya meragu. Penampilannya yang dia nilai akan menjadi bahan tertawaan banyak orang membuat Arini hampir menyerah untuk mempersiapkan diri. Sebuah ketukan ringan dari arah pintu membuat kepalanya menoleh.“Loh, belum siap juga? Kita harus datang di gedung satu jam lagi. Kenapa toga pun belum kamu pakai?” Suara suaminya membuat Arini makin tak bisa menahan laju air matanya. Make up natural

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 193 PERMINTAAN MAAF MANTAN MERTUA

    “Diminum, Bu.” Arini meletakkan es jeruk dan setoples kue kering. Wanita itu langsung duduk di sofa yang kosong. Dia tersenyum tipis saat melihat sejak tadi tangan Ratna terus-terusan memegang tanga Rafa.“Terima kasih.” Ratna mengambil gelas dan meminumnya beberapa tegukan. Rasa asam, manis dan segar memenuhi mulut Ratna. Minuman itu cocok sekali dinikmati saat hari cerah seperti siang ini. “Sudah berapa bulan?” Ratna memperhatikan perut Arini yang mulai menyembul.“Masuk lima.” Arini refleks mengelus perut. “Apa yang mau dibicarakan, Bu? Tidak biasanya Ibu pergi sendirian. Jarak rumah kesini lumayan jauh.” Arini memperhatikan wajah Ratna yang sejak tadi tampak mendung. Mata wanita tua itu dipenuhi kabut seakan menyimpan kesedihan yang tak berujung.“Ibu mau minta maaf ….” Ucapan Ratna terpotong karena tangis. Mantan mertua Arini mendadak terisak kencang. Dia tidak bisa mengendalikan air mata saat mengingat perlakuan buruknya pada Arini dulu. “Ibu mau minta maaf atas semua kesalahan

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 192 PENYESALAN MANTAN MERTUA

    “Jadi, nanti perut Mama akan membesar ya, Ma? Terus Adik bayinya keluar dari mana?”Arini menarik napas panjang. Rafa memang banyak bertanya setelah mengetahui kalau di perutnya ada bayi. Anak lelaki itu sangat senang sekaligus juga penasaran. Berbagai pertanyaan dia lontarkan. Pertanyaan yang kadang membuat Arini harus memutar otak dengan keras agar bisa menjawab sesuai dengan umur dan pemahaman anaknya.“Manusia akan melalui tiga alam selama hidup. Pertama, alam dunia, tempat kita saat ini. Kedua, alam barzah, tempat kita menanti hari kiamat tiba. Ketiga, alam akhirat, tempat kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan.” Arini menjawab setelah cukup lama terdiam. “Sudah dapat pelajaran di sekolah ‘kan tentang alam-alam ini?” Arini mengelus kepala Rafa pelan.Rafa mengangguk pelan. Anak itu ingat kata guru agamanya, kalau anak nakal, nanti dia akan mendapat balasan di akhirat. Kalau mencuri tangannya akan dipotong berkali-kali. Sebaliknya, kalau dia menjadi anak rajin dan senang memb

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 191 IRI

    IRI “Mas, sudah kubilang percuma kita kemari. Memang Tuhan itu belum ngasih karena dia lihat Mas Yuda belum mampu menafkahi anak kita nantinya, jadi dia lebih milih buat nunda. Kok kamu jadi maksa-maksa gini? Buang-buang waktu tahu nggak?”Diandra mendekap kedua tangannya. Baru saja dia dan Yuda sampai di sebuah klinik kandungan yang direkomendasikan salah seorang temannya. Klinik yang saat Diandra melihat list harga konsultasi dan tindakan yang dilakukan cukup membuat matanya melotot tak percaya. Rasanya sayang sekali uang sebesar itu digunakan untuk hal tidak penting seperti ini.“Mas. Mending uangnya buat liburan atau memanjakan diri di spa seharian. Paling tidak untuk senang-senang dari pada ngendon di rumah seharian. Bukan nggak mungkin gara-gara stress di rumah yang membuatku susah hamil begini!”Yuda hampir membentak istrinya jika tak menyadari posisi mereka saat ini. Rasanya telinganya gatal mendengar istrinya berbicara kasar seolah ibunyalah penyebab dia belum juga diberi ke

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 190 KECEMASAN ARINI

    KECEMASAN ARINI Arini meremas tangan suaminya. Laki-laki itu tersenyum. Setelah perdebatan panjang akhirnya Arini bersedia ke klinik yang sudah direkomendasikan dokter Wisnu saat Yovan menanyakan dokter kandungan yang bagus untuk istrinya. Sebenarnya bisa saja dia membawa Arini ke klinik yang dulu selalu dia datangi bersama Raline saat istri pertamanya itu hamil.Tetapi dia mengurungkan hal tersebut demi menjaga perasaan istrinya. Pasti Arini akan merasa tak nyaman karena menganggap Yovan sengaja membawa dirinya ke tempat dimana kenangannya bersama Raline sebagian besar terekam di sana. “Mas?”“Ya?” Senyum di bibir Yovan belum juga pudar. Bayangan tentang detik-detik pertama istrinya memberikan benda yang dia angsurkan sebelumnya membuat laki-laki itu tak bisa kehilangan kebahagiannya. Arini menunjukkan trip dua pada benda yang dibeli suaminya melalui layanan aplikasi belanja online itu. Yovan yang sebelumnya berdiri menyederkan tubuhnya di tembok depan itu hampir melompat kegiranga

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 189 TEST PACK

    TEST PACKMata Yovan kembali menyipit. Dia tak tahu apa yang terjadi dengan istrinya saat ini. Yang dia lakukan langsung beranjak ke kamar mereka di lantai dua. Dia kehilangan daya saat melihat istrinya bermuram hingga tak berani sama sekali dia mendebatnya. Laki-laki itu pun merasa mati langkah saat hari liburnya justru bertepatan dengan jadwal Rafa di rumah Yuda.Laki-laki itu bahkan ingin sekali melarang anaknya pergi ke rumah ayah kandungnya jika tak ingat hal itu akan membuat suasana sejuk yang tercipta dengan laki-laki itu akan kembali memanas dan tentu akan berdampak pada hubungan mereka. Apalagi Yuda sudah menjanjikan anaknya melakukan kegiatan yang sama lagi seperti saat itu. Memancing di danau dan membakar ikan di tepian yang membuat bibir mungil Rafa tak henti-hentinya bercerita aktivitas yang menyenangkan itu.Baru saja hendak memakai kaos berwarna merah miliknya, Arini yang tiba-tiba masuk mencegah laki-laki itu.“Jangan yang itu, Mas. Warna itu merusak pandangan mataku.

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 188 SIKAP ANEH ARINI

    SIKAP ANEH ARINIArini duduk di atas sofa ruang belakang. Tatapannya tertuju ke arah luar jendela dimana pohon palem yang berderet rapi di halaman terlihat meliuk-liuk diterpa angin. Hujan yang turun membuat pepohonan di luar sana tampak segar. Aroma petrikor yang berasal dari tanah kering yang tersiram air hujan terasa sekali di indra penciuman Arini.Tetapi kali ini reaksi yang dirasakan Arini terasa lain. Tidak seperti biasanya saat hatinya bersorak menikmati aroma khas yang keluar saat awal-awal hujan turun. Arini bahkan beranjak dari posisi duduknya saat ini demi menutup jendela berharap bau khas itu segera menghilang secepatnya.“Kucari-cari kenapa justru di sini?”Suara suaminya membuat Arini tersentak. Beberapa saat kemudian dia membetulkan anak rambut yang berkeliaran bebas di dahinya. Keheningan rumah itu membuat mood Arini mudah sekali memburuk. Suaminya itu langsung mengambil posisi berhimpitan dengannya. Aneh, seketika Arini menggeser tubuhnya hingga menambah jarak di ant

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 187 MELIHAT ARINI BAHAGIA

    “Mama!” Rafa berteriak senang saat mobil Yovan memasuki halaman. Bocah laki-laki itu langsung berlari saat Arini keluar dari mobil. “Kangen.” Rafa tertawa-tawa saat Arini memeluknya erat-erat. Dia semakin terkekeh geli saat Arini menciumi wajahnya bertubi-tubi.“Papa.” Rafa langsung menyalami Yovan setelah berhasil lepas dari pelukan Arini. Dia mengangguk senang saat Yovan dengan mudah mengangkat tubuhnya.Disini, Yuda mengeluh pelan melihat keharmonisan keluarga di hadapannya. Rafa tampak sangat senang digendong Yovan. Sementara Arini menggandeng tangan Yovan dengan sebelah tangan menenteng paper bag biru. Keluarga kecil yang terlihat sangat harmonis. Siapapun pasti akan mengira kalau Rafa adalah anak Arini dan Yovan.“Assalamualaikum, Mas.”“Waalaikumussalam.” Lamunan Yuda terhenti mendengar salam Arini. Dia langsung berdiri dan membalas jabat tangan Arini dan Yovan. “Masuk dulu. Mama dan Diandra sedang keluar. Mama mertua mau mengadakan hajatan jadi mereka bantu-bantu.”“Kami dilua

DMCA.com Protection Status