Home / Pernikahan / Kubalas Hinaanmu, Mas! / BAB 150 RAFA PULANG

Share

BAB 150 RAFA PULANG

Author: Yuli Zaynomi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

RAFA PULANG

Mantan mertua Arini tersentak. Dia tak mengira perintahnya pada Yuda untuk mendekati Rafa justru berakibat fatal seperti ini. Diandra sendiri justru menatap mertuanya dengan tatapan marah. Dia merasa dibohongi. Pasti mertuanya tahu bahwa suaminya memang sedang dalam proses pendekatan pada anak kandungnya. Tentu saja ini sangat melukai perasaannya.

“Bu, kuharap Ibu tak lupa bagaimana sikap Ibu dan anak laki-lakimu terhadapku dan anak-anak. Kalian bahkan tak sudi menengok ke arah mereka. Kalau mau diturut lagi, bahkan kau dan menantumu ini yang paling berperan dalam kepergian Naya. Jadi amat janggal jika sekarang kalian menginginkan waktu khusus bersama Rafa. Jika memang kau menginginkan cucu, kenapa tidak menekan menantumu saja untuk segera memberikan dia cucu? Kalau dia tidak mau, telusuri lebih jauh! Dia belum mau punya anak atau dia tidak mau punya anak!”

“Arini!” teriak Diandra. Dia tak terima harga dirinya direndahkan oleh wanita yang amat dibencinya itu. Saat itul
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 151 MURKA ARINI

    MURKA ARINI "Aku menyesal pernah begitu mencintai laki-laki yang sebenarnya amat sangat memalukan ini! Kau sungguh menjijikkan, Mas!”“Aku seperti ini karena kau yang mulai, Rin! Kalau kau mengizinkan Rafa ikut denganku atau bahkan hanya sesekali menghabiskan waktu denganku maka aku tak akan berbuat seperti ini. Aku ayahnya, selamanya aku akan menjadi ayahnya! Aku tak bisa membiarkan anakku justru lebih dekat dengan laki-laki lain yang tak ada hubungan darah sama sekali dengannya! Rafa hanya punya satu ayah dalam hidupnya, dan itu AKU!”Yuda mengucapkan pembelaannya dengan berapi-api. Dia tak bisa membiarkan harga dirinya terinjak begitu saja. tetapi apa yang dia katakan justru membuat kemarahan Arini makin memuncak. “Mas. Katakan padaku. Apakah alasanmu yang sebenarnya mendekati Rafa seperti ini? Apakah kau hanya semata-mata menyesal telah menyia-nyiakannya selama ini, apakah kau tak rela ada laki-laki lain yang mengambil alih tanggung jawab yang kau telah lupakan, atau justru wani

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 152 KERIBUTAN DI KANTOR YUDA

    Diandra mendengus kencang. Wanita itu meremas kemudi dengan erat. Dia berkali-kali menghela napas. "Sial!" Diandra menekan klakson dengan kencang hingga menimbulkan suara berisik yang panjang dan memekakkan telinga. Kemacetan jalanan membuat Diandra hampir berteriak geram. Kalau bisa, ingin rasanya dia menghancurkan semua kendaraan yang memadati jalan saat ini. Wanita itu akhirnya bisa bernapas lega setelah mobilnya terbebas dari kemacetan yang sangat menyebalkan."Awas kamu, Mas!" Diandra mengepalkan tangan. Pagi ini, dia akhirnya mengetahui kalau kemarin Yuda cuti. Salah satu kenalannya memberitahu setelah dia bertanya. Dia tidak habis pikir, bisa-bisanya Yuda sengaja mengambil cuti hanya untuk jalan keluar dengan Rafa dan membuat keributan.“Oh, jadi benar Mas kemarin membawa Rafa keluar?” Diandra langsung merangsek masuk. Dia tidak mempedulikan tatapan heran dari rekan-rekan Yuda karena suaranya yang cukup keras. Wanita itu bahkan dengan sengaja berbicara kencang.“Di?” Yuda yang

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 153 KEHANCURAN YUDA DIMULAI

    KEHANCURAN YUDA DIMULAI“Jaga mulutmu! Ini di kantor.” Yuda mengepalkan tangan. Hampir saja tamparannya melayang ke wajah Diandra kalau tidak ingat hal itu akan semakin menghancurkan reputasinya.“Maaf, Mbak, selesaikan diluar saja. Keributan ini mengganggu ketenangan kami dalam bekerja.” Viona ikut mendekat karena Diandra tidak menggubris peringatan rekan kerja mereka tadi. Dia tidak enak hati melihat Yuda yang serba salah.“Bawa istrimu pergi dan selesaikan segera masalah ini, Mas. Sebentar lagi kita ada meeting penting. Presentasi dan pendukung lainnya sudah siap semua ‘kan?” Viona menoleh pada Yuda. Dia harus memastikan meeting nanti tidak bermasalah karena dia dan Yuda yang ditugaskan sebagai perwakilan perusahaan. Dia sudah menyiapkan bahan-bahan kemarin saat Yuda cuti, jadi sekarang tugas Yuda yang merangkum semua menjadi bahan presentasi.“Sudah. Tinggal finishing saja.” Yuda menoleh pada laptop di mejanya.“Kamu perhatian banget sih, Mbak, sama suamiku? Bahkan sampai mengurus

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 154 DIPANGGIL ATASAN

    Dia tak mengira Diandra akan segila itu membuat seluruh pekerjaannya hancur dalam sekejap. Tak hanya itu, dia pun harus merasa malu dengan tatapan semua orang yang turut serta menghakiminya. Viona mengguncang tubuh Yuda yang tampak tak bernyawa. “Mas! Istrimu yang gila itu harus bertanggungajawab! Dia benar-benar tak waras. Aku membencinya, Mas!” Tangis Viona tak bisa lagi dibendung. Matanya nanar menatap benda yang kini teronggok tak berharga di atas lantai. Kakinya menendang-nendang seolah wanita yang dia sebut gila itu berada di depannya. “Argghhhh!” Viona mencengkeram kepalanya sendiri. Dia sudah bersusah payah menyusun bahan presentasi seorang diri. Kerja kerasnya selama seharian penuh terhempas sia-sia karena istri rekannya yang tak mampu bersikap rasional dan cenderung gila. Jika pantas, dia ingin sekali memukulkan benda yang sudah terpisah itu ke arah kepala Diandra. Dia ingin sekali membuat wanita itu tersadar dari mimpi yang dia bangun sendiri. “Aku pasrah, Mas! Kau temui

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 155 DIPECAT ATAU DILAPORKAN

    Yuda dan Viona berjalan bersisian menuju ruangan di ujung lantai ini. Ruangan Pak Barata memang terletak paling ujung karena dia tak ingin banyak orang yang mengakses ke wilayah kerjanya. Pak Barata membutuhkan ketenangan guna memimpin perusahaan yang juga diwariskan oleh orangtuanya. Namun kerja keras selama ini seolah terbuang sia-sia. Kesalahan salah satu orang kepercayaannya menghancurkan reputasi yang selama ini berusaha ditegakkan oleh laki-laki itu.Murkanya sudah tak bisa dia bendung pada sosok laki-laki yang sejatinya banyak sekali memberikan sumbangsih untuk perusahaan miliknya. Meski desas-desus kecurangan yang dilakukan olehnya sempat membuat dia tak percaya hingga harus mengirimkan seseorang yang diam-diam menyelidiki kabar itu.Hasilnya di luar dugaan. Yuda amat mengecewakan. Dan puncaknya hari ini, laki-laki itu membuat perusahaan yang dipimpinnya benar-benar kehilangan muka.Proyek yang seharusnya akan memberikan banyak sekali keuntungan untuk perusahaan justru gagal.

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 156 WANITA PEMBAWA SIAL

    WANITA PEMBAWA SIAL Yuda tertunduk dalam-dalam mendengar ucapan Pak Barata. Dia menarik napas panjang. Ancaman barusan cukup membuat nyalinya ciut. Namun, dia tidak bisa menyerah begitu saja. Sekian tahun dia mengabdikan diri di perusahaan hingga bisa mencapai posisi ini. Bukan hal yang mudah baginya bisa menduduki jabatan sekarang. Apalagi, usianya tak lagi muda, kemana dia akan bekerja kalau dikeluarkan?“Saya mohon, Pak. Saya tahu kesalahan ini fatal sekali. Namun, saya juga tidak menghendaki hal ini terjadi.” Yuda memasang wajah memelas. Berharap Pak Yuda akan tersentuh. “Tolong, jangan pecat saya. Kalau memang harus menerima konsekuensi, saya siap diturunkan jabatan.”Pak Barata menarik napas dalam-dalam. Dia memijat keningnya. Andai tidak memikirkan wibawa, sudah sejak tadi dia ingin menyeret Yuda keluar dari kantor. Dia sungguh kesal dengan lelaki itu.“Tolong, Pak. Tolong pandang kinerja saya selama ini, saya berkontribusi banyak pada perusahaan ….”“Cukup! Justru karena mem

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 157 MANDUL

    MANDUL Diandra menatap Yuda nyalang. Dia melemparkan tas di tangannya ke lantai. Emosi wanita itu naik kembali. Dia tidak terima dikatakan pembawa sial. Padahal, selama ini Diandra merasa sudah banyak berkorban pada pernikahan mereka. Dia bahkan seperti berusaha sendiri mempertahankan rumah tangga agar tidak berakhir pada perceraian.“Kau tahu, Di? Susah payah aku merintis karir bertahun-tahun. Aku mulai dari bawah hingga bisa sampai pada posisi sekarang ini. Setelah karirku mulai nyaman dan menjanjikan, semua hilang dalam sekejap. Ini terjadi karena kau tidak bisa mengendalikan diri. Kau tidak tahu waktu dan tempat untuk mengamuk hingga menyebabkan kerugian seperti ini.”“Halah! Lebai!” Diandra melambaikan tangan di hadapan Yuda. Dengan dagu sedikit terangkat wanita itu membalas tatapan Yuda. “Bukan kau saja yang berjuang dan merintis karir. Semua orang juga memulai semua dari nol. Seperti bayi, pasti melewati tahap merangkak sebelum berlari. Begitupun kita, tidak tiba-tiba sukses d

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 158 TERPOJOK

    TERPOJOK Arini meletakkan tiga cangkir teh beraroma melati di meja kayu teras belakang rumah. Di sekelilingnya tampak suami dan ibu mertuanya duduk melingkar di sofa berwarna abu-abu. Suasana yang sejuk dengan pemandangan asri dedaunan berwarna hijau tanaman bunga milik Bu Ningrum membuat suasana sore itu tampak begitu hangat. Pandangan kedua kedua orang itu tertumpu pada Rafa yang tengah menyelesaikan tugas membuat lampion dari gurunya. Sesekali Yovan membantu anaknya yang terlihat kesulitan.“Seharusnya Rafa sudah memiliki adik,” ucap Bu Ningrum yang langsung membuat senyum Arini memudar dengan sangat cepat. Mata Arini langsung tertuju pada sang suami yang juga terlihat salah tingkah. Laki-laki itu diam dan memilih mengalihkan perhatiannya pada secangkir teh buatan Arini yang tampak begitu menggoda. Laki-laki itu terlihat menjulurkan lidahnya saat menyeruput air minum yang masih mengepul. Hal itu langsung membuat ibunya terkekeh.“Salah tingkah sampai teh baru nyeduh saja langsung

Latest chapter

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 195 BAHAGIA—ENDING

    “Mama, senyum! Lihat kemari!” ucap Rafa sambil melambaikan tangan ke arah ibunya. Sebuah buket raksasa berisi foto-foto ibunya dihadiahkan anak laki-laki itu pada Arini. Wanita itu pun memeluk buketnya meski sedikit kepayahan. Berbagai karangan bunga berisi ucapan selamat untuk para wisudawan menghiasi setiap sudut halaman auditorium yang digunakan untuk acara wisuda kali ini.Senyum Arini mengembang sempurna. Suaminya berhasil menegakkan kepala wanita yang sempat kehilangan seluruh kepercayaan dirinya. Yovan pun terlihat amat puas dengan hasil kerjanya membujuk wanita itu. Senyuman menawan laki-laki itu membuat Arini merasa begitu dicintai laki-laki pemilik hidung mancung itu.“Papa ambil posisi di sebelah Mama. Jangan lupa Mama dipeluk!”Arahan dari Rafa membuat Arini dan Yovan tertawa. Mereka takjub sekali dengan perubahan pada diri Rafa. Apalagi setelah dia diberitahu bahwa adiknya akan lahir dalam hitungan hari. Dia makin menunjukkan sikap protektifnya pada sang ibu.“Sekarang Pa

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 194 TENTANG BAHAGIA

    Tentang Bahagia Arini memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Kebaya berwarna hijau sage dengan kain batik yang membelit tubuh bagian bawahnya tak membuat dirinya berpuas diri. Matanya berkaca-kaca saat berkali-kali memutar dirinya di depan cermin. Kehamilannya di usia sembilan bulan ini membuat berat tubuhnya melonjak drastis. Pipinya membulat sempurna, belum lagi dagu yang seolah berjumlah dua hingga membuat dia kesusahan mengenakan kerudung untuk menutupi mahkotanya.Arini menjatuhkan dirinya di atas tepian kasur. Acara wisuda yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi tiba-tiba membuat dirinya meragu. Penampilannya yang dia nilai akan menjadi bahan tertawaan banyak orang membuat Arini hampir menyerah untuk mempersiapkan diri. Sebuah ketukan ringan dari arah pintu membuat kepalanya menoleh.“Loh, belum siap juga? Kita harus datang di gedung satu jam lagi. Kenapa toga pun belum kamu pakai?” Suara suaminya membuat Arini makin tak bisa menahan laju air matanya. Make up natural

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 193 PERMINTAAN MAAF MANTAN MERTUA

    “Diminum, Bu.” Arini meletakkan es jeruk dan setoples kue kering. Wanita itu langsung duduk di sofa yang kosong. Dia tersenyum tipis saat melihat sejak tadi tangan Ratna terus-terusan memegang tanga Rafa.“Terima kasih.” Ratna mengambil gelas dan meminumnya beberapa tegukan. Rasa asam, manis dan segar memenuhi mulut Ratna. Minuman itu cocok sekali dinikmati saat hari cerah seperti siang ini. “Sudah berapa bulan?” Ratna memperhatikan perut Arini yang mulai menyembul.“Masuk lima.” Arini refleks mengelus perut. “Apa yang mau dibicarakan, Bu? Tidak biasanya Ibu pergi sendirian. Jarak rumah kesini lumayan jauh.” Arini memperhatikan wajah Ratna yang sejak tadi tampak mendung. Mata wanita tua itu dipenuhi kabut seakan menyimpan kesedihan yang tak berujung.“Ibu mau minta maaf ….” Ucapan Ratna terpotong karena tangis. Mantan mertua Arini mendadak terisak kencang. Dia tidak bisa mengendalikan air mata saat mengingat perlakuan buruknya pada Arini dulu. “Ibu mau minta maaf atas semua kesalahan

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 192 PENYESALAN MANTAN MERTUA

    “Jadi, nanti perut Mama akan membesar ya, Ma? Terus Adik bayinya keluar dari mana?”Arini menarik napas panjang. Rafa memang banyak bertanya setelah mengetahui kalau di perutnya ada bayi. Anak lelaki itu sangat senang sekaligus juga penasaran. Berbagai pertanyaan dia lontarkan. Pertanyaan yang kadang membuat Arini harus memutar otak dengan keras agar bisa menjawab sesuai dengan umur dan pemahaman anaknya.“Manusia akan melalui tiga alam selama hidup. Pertama, alam dunia, tempat kita saat ini. Kedua, alam barzah, tempat kita menanti hari kiamat tiba. Ketiga, alam akhirat, tempat kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan.” Arini menjawab setelah cukup lama terdiam. “Sudah dapat pelajaran di sekolah ‘kan tentang alam-alam ini?” Arini mengelus kepala Rafa pelan.Rafa mengangguk pelan. Anak itu ingat kata guru agamanya, kalau anak nakal, nanti dia akan mendapat balasan di akhirat. Kalau mencuri tangannya akan dipotong berkali-kali. Sebaliknya, kalau dia menjadi anak rajin dan senang memb

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 191 IRI

    IRI “Mas, sudah kubilang percuma kita kemari. Memang Tuhan itu belum ngasih karena dia lihat Mas Yuda belum mampu menafkahi anak kita nantinya, jadi dia lebih milih buat nunda. Kok kamu jadi maksa-maksa gini? Buang-buang waktu tahu nggak?”Diandra mendekap kedua tangannya. Baru saja dia dan Yuda sampai di sebuah klinik kandungan yang direkomendasikan salah seorang temannya. Klinik yang saat Diandra melihat list harga konsultasi dan tindakan yang dilakukan cukup membuat matanya melotot tak percaya. Rasanya sayang sekali uang sebesar itu digunakan untuk hal tidak penting seperti ini.“Mas. Mending uangnya buat liburan atau memanjakan diri di spa seharian. Paling tidak untuk senang-senang dari pada ngendon di rumah seharian. Bukan nggak mungkin gara-gara stress di rumah yang membuatku susah hamil begini!”Yuda hampir membentak istrinya jika tak menyadari posisi mereka saat ini. Rasanya telinganya gatal mendengar istrinya berbicara kasar seolah ibunyalah penyebab dia belum juga diberi ke

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 190 KECEMASAN ARINI

    KECEMASAN ARINI Arini meremas tangan suaminya. Laki-laki itu tersenyum. Setelah perdebatan panjang akhirnya Arini bersedia ke klinik yang sudah direkomendasikan dokter Wisnu saat Yovan menanyakan dokter kandungan yang bagus untuk istrinya. Sebenarnya bisa saja dia membawa Arini ke klinik yang dulu selalu dia datangi bersama Raline saat istri pertamanya itu hamil.Tetapi dia mengurungkan hal tersebut demi menjaga perasaan istrinya. Pasti Arini akan merasa tak nyaman karena menganggap Yovan sengaja membawa dirinya ke tempat dimana kenangannya bersama Raline sebagian besar terekam di sana. “Mas?”“Ya?” Senyum di bibir Yovan belum juga pudar. Bayangan tentang detik-detik pertama istrinya memberikan benda yang dia angsurkan sebelumnya membuat laki-laki itu tak bisa kehilangan kebahagiannya. Arini menunjukkan trip dua pada benda yang dibeli suaminya melalui layanan aplikasi belanja online itu. Yovan yang sebelumnya berdiri menyederkan tubuhnya di tembok depan itu hampir melompat kegiranga

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 189 TEST PACK

    TEST PACKMata Yovan kembali menyipit. Dia tak tahu apa yang terjadi dengan istrinya saat ini. Yang dia lakukan langsung beranjak ke kamar mereka di lantai dua. Dia kehilangan daya saat melihat istrinya bermuram hingga tak berani sama sekali dia mendebatnya. Laki-laki itu pun merasa mati langkah saat hari liburnya justru bertepatan dengan jadwal Rafa di rumah Yuda.Laki-laki itu bahkan ingin sekali melarang anaknya pergi ke rumah ayah kandungnya jika tak ingat hal itu akan membuat suasana sejuk yang tercipta dengan laki-laki itu akan kembali memanas dan tentu akan berdampak pada hubungan mereka. Apalagi Yuda sudah menjanjikan anaknya melakukan kegiatan yang sama lagi seperti saat itu. Memancing di danau dan membakar ikan di tepian yang membuat bibir mungil Rafa tak henti-hentinya bercerita aktivitas yang menyenangkan itu.Baru saja hendak memakai kaos berwarna merah miliknya, Arini yang tiba-tiba masuk mencegah laki-laki itu.“Jangan yang itu, Mas. Warna itu merusak pandangan mataku.

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 188 SIKAP ANEH ARINI

    SIKAP ANEH ARINIArini duduk di atas sofa ruang belakang. Tatapannya tertuju ke arah luar jendela dimana pohon palem yang berderet rapi di halaman terlihat meliuk-liuk diterpa angin. Hujan yang turun membuat pepohonan di luar sana tampak segar. Aroma petrikor yang berasal dari tanah kering yang tersiram air hujan terasa sekali di indra penciuman Arini.Tetapi kali ini reaksi yang dirasakan Arini terasa lain. Tidak seperti biasanya saat hatinya bersorak menikmati aroma khas yang keluar saat awal-awal hujan turun. Arini bahkan beranjak dari posisi duduknya saat ini demi menutup jendela berharap bau khas itu segera menghilang secepatnya.“Kucari-cari kenapa justru di sini?”Suara suaminya membuat Arini tersentak. Beberapa saat kemudian dia membetulkan anak rambut yang berkeliaran bebas di dahinya. Keheningan rumah itu membuat mood Arini mudah sekali memburuk. Suaminya itu langsung mengambil posisi berhimpitan dengannya. Aneh, seketika Arini menggeser tubuhnya hingga menambah jarak di ant

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 187 MELIHAT ARINI BAHAGIA

    “Mama!” Rafa berteriak senang saat mobil Yovan memasuki halaman. Bocah laki-laki itu langsung berlari saat Arini keluar dari mobil. “Kangen.” Rafa tertawa-tawa saat Arini memeluknya erat-erat. Dia semakin terkekeh geli saat Arini menciumi wajahnya bertubi-tubi.“Papa.” Rafa langsung menyalami Yovan setelah berhasil lepas dari pelukan Arini. Dia mengangguk senang saat Yovan dengan mudah mengangkat tubuhnya.Disini, Yuda mengeluh pelan melihat keharmonisan keluarga di hadapannya. Rafa tampak sangat senang digendong Yovan. Sementara Arini menggandeng tangan Yovan dengan sebelah tangan menenteng paper bag biru. Keluarga kecil yang terlihat sangat harmonis. Siapapun pasti akan mengira kalau Rafa adalah anak Arini dan Yovan.“Assalamualaikum, Mas.”“Waalaikumussalam.” Lamunan Yuda terhenti mendengar salam Arini. Dia langsung berdiri dan membalas jabat tangan Arini dan Yovan. “Masuk dulu. Mama dan Diandra sedang keluar. Mama mertua mau mengadakan hajatan jadi mereka bantu-bantu.”“Kami dilua

DMCA.com Protection Status