Bintang memeluk dan menciumi wajah jelita Putri Ahtisa yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih. Mata Putri Ahtisa yang bening indah menatap Bintang bahagia, dan sambil tersenyum dia berkata, “Sama-sama sayank....” Seprai putih sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput dara Putri Ahtisa cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan mereka berdua selamanya. Malam itu keduanya berdua hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat, keduanya melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang kedua setelah tertembusnya selaput dara itu, Bintang berhasil membawa Putri Ahtisa orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Bintang yang sudah kehilangan banyak birahi, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya Putri Ahtisa menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat. -o0o- PULAU ULAR, demikian Orang menyebutnya, karena mungkin pulau ini hanya
“Ayo masuk” ucap nenek ular tanpa berkata apa-apa lagi. Wika sendiri heran melihat sikap nenek ular yang sangat berbeda dari biasanya, tapi Wika tidak banyak bertanya, tetap berjalan diam mengikuti langkah nenek ular memasuki gubuk tersebut. Ana si ular anaconda raksasa tampak ikut masuk juga kedalam gubuk tua tersebut.Di dalam gubuk, nenek ular tampak sudah duduk lesehan didepan sebuah meja persegi 4 panjang yang biasa menjadi tempat makannya. Wika kemudian duduk dihadapan nenek ular.“Bagaimana dengan latihanmu Wika ? apakah ajian ‘Serat Jiwa’mu sudah ada kemajuan” tanya nenek ular lagi.“Sudah ada kemajuan nek, tapi tingkat 10 belum sempurna, susah sekali untuk menyempurnakannya” ucap Wika lagi.“Ajian ‘Serat Jiwa’ di tingkat X, "Ajian Serat Netra Dahana" memang paling sulit untuk dicapai dengan sempurna, karena penyempurnaan tingkat sepuluh ini harus kau dapatkan dari
DESA BAYAN, Sebuah desa yang masih berada diwilayah kadipaten kemangi, penduduknya tidak begitu ramai, hanya ada 30 KK saja. Dipimpin oleh seorang lurah yang bernama Sunyali.Rumah Lurah Sunyali terlihat paling megah diantara rumah-rumah lainnya, beberapa centeng / pendekar bayaran tampak berjaga-jaga didepan pintu rumah dan halaman rumah yang cukup luas tersebut. Sebagai seorang lurah, kehidupan Sunyali bisa terbilang mewah, ini karena perkebunan luas yang dimilikinya, Sunyali adalah seorang lurah yang juga menjadi seorang tengkulak, usahanya membeli hasil perkebunan dan pertanian warga dengan harga yang sangat murah lalu kemudian menjualnya keluar desa dengan harga yang tinggi. Selain menjadi tengkulak, Sunyali juga menjadi seorang rentenir yang memberikan pinjaman kepada warga desanya dengan bunga yang sangat tinggi, bila tidak bisa membayar, maka rumah atau kebun yang menjadi jaminan akan diambil oleh Sunyali secara paksa.Itulah kenapa warga Desa Bayan tidak banya
Ingatan Lurah Sunyali kembali belasan tahun yang lalu, hingga akhirnya wajah Lurah Sunyali kembali berubah saat mengingatnya.“Sinden Wika, hemm... pantas saja aku merasa kenal dengan wajahmu, ada hubungan apa kau dengannya ?!!!” ucap Lurah Sunyali lagi.“Dia adalah ibuku, dan hari ini aku akan menuntut balas atas apa yang kau lakukan dulu” ucap Wika lagi terlihat mengepalkan kedua tangannya. Melihat gelagat itu, kedua centeng yang menjadi pengawal Lurah Sunyali tampak maju kedepan, menjadi perisai dan pelindung bagi Lurah Sunyali.“Tangkap dia, jangan dibunuh, aku ingin menikmati tubuh dan kecantikannya” ucap Lurah Sunyali lagi dengan senyum angkuhnya.Para centeng yang berjumlah 10 orang itu alngsung bergerak mengepung dengan menghunus senjata masing-masing. Ada yang mengganakan golok, pedang, clurit, rantai berduri, tombak dan gada berduri.Wika sendiri tampak tak gentar melihat pengepungan dirinya.&ld
Ditempatnya Wika terlihat tersenyum sinis. Lalu dengan tenang, Wika mengangkat kedua tangannya, membentuk gerakan ular.“Jurus Tangan Ularku akan mengalahkan jurusmu !!” ucap Wika dengan mantap.“Sombong, hyyaattt !!!” pendekar elang melesat kedepan dengan ganasnya.“Hiiaattt !!”Wika tak mau kalah, tubuhnya ikut berkelebat kedepan.Cakar elang bertemu dengan tangan ular.Wuuutt !Wuuutt !Keduanya bertarung sengit. Dalam beberapa gebrakan kedepan saja, jurus-jurus Wika terlihat lebih unggul. Hal ini tentu saja mengherankan bagi kedua pendekar elang. Bahkan saat memasuki jurus ke 42.Duukk !Patukan tangan ular Wika berhasil menghantam dada sebelah kiri pendekar elang, hingga membuat pendekar elang itu terjengkang kebelakang. Untung saja pendekar elang melindungi tubuhnya dengan tenaga dalamnya yang cukup tinggi hingga dirinya tidak sampai pingsan terkapar seperti yang lain.
KEMANGI, sebuah kadipaten yang cukup ramai penduduknya, karena kadipaten ini sering menjadi tempat singgah sementara bagi para pedagang-pedagang yang ingin singgah sebentar sebelum melanjutkan perjalanan. Kadipaten Kemangi berada ditepian sebuah sungai yang cukup lebar sehingga bisa dilewati oleh kapal-kapal pedagang yang cukup besar. Hari ini Kadipaten Kemangi dibuat gempar dengan berita tewasnya Lurah Sunyali di desa Bayan yang merupakan bagian dari Kadipaten Kemangi. Lurah Sunyali tewas dengan cara yang amat menggenaskan, dimana kepalanya dipenggal dan digantung di pintu gerbang desa. Semua masyarakat desa bayan menyaksikan hal itu. Dari kabar yang beredar, para pendekar bayaran yang selamat dari pertarungan dengan gadis cantik itu menceritakan kalau gadis itu berasal dari pulau ular, sehingga banyak yang memberikan julukan kepadanya sebagai Bidadari Pulau Ular. Dan berita ini dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut hingga sampai ke Kadipaten Kemangi yang dipimp
Si sosok bercaping tampak dengan tenang melepas capingnya, keremangan malam memperlihatkan raut wajahnya yang manis, cantik dan jelita.“Jadi kau yang berjuluk Bidadari Pulau Ular itu ?” tanya sujito lagi.Gadis yang memang tak lain adalah Wika Putri hanya tampak tersenyum sinis.“Aku tidak memiliki urusan dengan kalian, menyingkir dari hadapanku atau mati !!!” ucap Wika dingin.“Ha ha ha...!!!” Sepasang Pendekar Racun terlihat tertawa dengan keras.Sujiwo tampak maju.“Anak kemarin sore sepertimu jangan banyak lagak dihadapan kami, Sepasang Pendekar Racun” ucap Sujiwo lagi dengan keras.“Huh !! apakah nama besar kalian sebesar mulut kalian” ucap Wika sinis hingga membuat wajah kedua pendekar racun ini memerah.“Kakang, biar aku yang memberi pelajaran gadis bau kencur ini !!” ucap Sujiwo meminta persetujuan Sujito.“Berhati-hatilah Sujiwo&rdquo
“Tunggu !! tunggu kang !!” ucap Sujiwo cepat dengan wajah pucat.“Semakin lama, racun ini akan terus menjalar ketubuhmu Sujiwo, kau bisa mati !!!” ucap Sujito lagi.Sujiwo bukan tidak mengetahui hal itu, tapi....Crassshhh !!!Akkhh !!!Tanpa menunda waktu lagi, Sujito tiba-tiba saja sudah mengayunkan goloknya hingga kedua tangan Sujiwo langsung terbabat putus. Sujiwo langsung berteriak keras merasakan sakit yang amat sangat. Kedua tangannya kini langsung buntung. Darah langsung memancar keluar.Tuk ! Tuk !Sujito langsung menotok beberapa bagian dari luka buntung tersebut, hingga darah yang mengalir langsung berhenti.“Kau mundurlah dulu Sujiwo, biar aku yang menghadapinya” ucap SujitoDengan menahan sakit, Sujiwo tampak mengangguk dan akhirnya mundur.Sujito sendiri kini sudah berhadapan dengan Wika yang sedari tadi hanya memperhatikan saja, sambil sesekali mengawasi Adipati R