“Hamba ingin mempelajari ilmu laduni yang dimiliki oleh nyonya Sabina paman, hamba sangat mengagumi nyonya Sabina” ucap Thya Sethya lagi. Hingga membuat Putri Ahtisa, Bayuasta dan yang lain terlihat terdiam terdengar hal itu.
“Apa kau sudah memikirkan matang-matang mengenai hal ini Thya ?” tanya Putri Ahtisa lagi.
“Sudah putri, hamba sudah memikirkannya selama beberapa hari ini dan tekad hamba sudah mantap” ucap Thya Sethya lagi.
“Kenapa kau ingin berguru padanya Thya ?” tanya Bayuasta lagi.
“Seperti yang hamba katakan tadi paman, selain mengagumi ilmu laduni yang dimiliki nyonya Sabina, hamba juga sangat tertarik dengan perilaku dan adab nyonya Sabina paman, baru sekarang hamba menemui wanita seperti itu” ucap Thya Sethya lagi.
“Jika memang bulat sudah keputusanmu, aku akan mengizinkannya Thya, tapi sebaiknya mintalah izin dulu pada tuan Bintang” ucap Putri Ahtisa lagi.
“Aku dan kamu Diantara dua hati yang bertaut pada satu cinta tentang aku yang sangat memujamu tentang aku yang sangat mengagumimu dalam simfoni imajinasi Tentang kamu tentang kamu yang melengkapi ketidak sempurnaankutentang kamu yang telah menerimaku sepenuh hatitentang kamu yang telah menjadi ratu yang bertahta dihatiku Tentang kita tentang jalan cerita yang telah kita lalui diantara suka dan duka yang telah kita lewati bersamaKeyakinantentang hati yang sepenuhnya aku yakini dengan seuntai doa aku bersimpuh dihadapanmu mengutarakan niat tulus dari hati sudikah engkau menerima pinanganku Ijinkanijinkan aku menyematkan cincin di jari manismu, sebagai sebuah tanda keseriusan ijinkan aku menjadi imam dalam hidupmu ijinkan aku membimbingmu menuju surganya ijinkan aku menemanimu sampai hanya maut yang sanggup memisahkan kita sampai nyawa ini tinggalkan raganya“ Putri Ahtisa semakin terlena mendengar kata-kata indah yang keluar dari bibir Bintang. Ditatapnya kesungg
Bintang tidak ingin buru-buru, Bintang ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya semakin liar mengacak-acak rambut Bintang, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang membuat nafsu Bintang semakin bergelora. Dengan berbaring menyamping berhadapan, Bintang melepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama Bintang terima darinya, membuat pilar pusaka Bintang yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Bintang belai kakinya sejauh tangan Bintang bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tidak terlalu lebat tapi terawat teratur. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang harum. Ciumannya semakin ganas, dan mulai menggigit lidah Bintang yang masih berada dalam mulutnya. T
Malam itu, Bintang dan Putri Ahtisa sudah berada lagi diatas peraduan. Putri Ahtisapun berusaha supaya tidak mengecewakan Bintang, dilayaninya Bintang dengan sepenuh hati. Karena hampir tidak tertahankan lagi, Bintang segera mengubah posisi. Kini wajah keduanya, kembali Bintang menatap mata Putri Ahtisa yang sangat indah itu. Dibisikkan bahwa Bintang sangat menyayanginya, dan Bintang juga bertanya apakah kira-kira dia akan tahan kali ini. Setelah mencium bibir Bintang dengan lembut, Putri Ahtisa meminta Bintang untuk melakukannya pelan-pelan. Bintang menuntunnya dengan lembut. Di ciumnya lembut bibir indah Putri Ahtisa, sambil Bintang menurunkan pinggulnya pelan-pelan. Putri Ahtisa merintih tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi mendorong bahu Bintang. Bintang angkat lagi pinggulnya sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, Bintang tahu bahwa Putri Ahtisa juga sangat menginginkannya. Dengan perlahan tapi pasti Bintang tekan pingguln
Bintang memeluk dan menciumi wajah jelita Putri Ahtisa yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih. Mata Putri Ahtisa yang bening indah menatap Bintang bahagia, dan sambil tersenyum dia berkata, “Sama-sama sayank....” Seprai putih sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput dara Putri Ahtisa cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan mereka berdua selamanya. Malam itu keduanya berdua hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat, keduanya melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang kedua setelah tertembusnya selaput dara itu, Bintang berhasil membawa Putri Ahtisa orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Bintang yang sudah kehilangan banyak birahi, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya Putri Ahtisa menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat. -o0o- PULAU ULAR, demikian Orang menyebutnya, karena mungkin pulau ini hanya
“Ayo masuk” ucap nenek ular tanpa berkata apa-apa lagi. Wika sendiri heran melihat sikap nenek ular yang sangat berbeda dari biasanya, tapi Wika tidak banyak bertanya, tetap berjalan diam mengikuti langkah nenek ular memasuki gubuk tersebut. Ana si ular anaconda raksasa tampak ikut masuk juga kedalam gubuk tua tersebut.Di dalam gubuk, nenek ular tampak sudah duduk lesehan didepan sebuah meja persegi 4 panjang yang biasa menjadi tempat makannya. Wika kemudian duduk dihadapan nenek ular.“Bagaimana dengan latihanmu Wika ? apakah ajian ‘Serat Jiwa’mu sudah ada kemajuan” tanya nenek ular lagi.“Sudah ada kemajuan nek, tapi tingkat 10 belum sempurna, susah sekali untuk menyempurnakannya” ucap Wika lagi.“Ajian ‘Serat Jiwa’ di tingkat X, "Ajian Serat Netra Dahana" memang paling sulit untuk dicapai dengan sempurna, karena penyempurnaan tingkat sepuluh ini harus kau dapatkan dari
DESA BAYAN, Sebuah desa yang masih berada diwilayah kadipaten kemangi, penduduknya tidak begitu ramai, hanya ada 30 KK saja. Dipimpin oleh seorang lurah yang bernama Sunyali.Rumah Lurah Sunyali terlihat paling megah diantara rumah-rumah lainnya, beberapa centeng / pendekar bayaran tampak berjaga-jaga didepan pintu rumah dan halaman rumah yang cukup luas tersebut. Sebagai seorang lurah, kehidupan Sunyali bisa terbilang mewah, ini karena perkebunan luas yang dimilikinya, Sunyali adalah seorang lurah yang juga menjadi seorang tengkulak, usahanya membeli hasil perkebunan dan pertanian warga dengan harga yang sangat murah lalu kemudian menjualnya keluar desa dengan harga yang tinggi. Selain menjadi tengkulak, Sunyali juga menjadi seorang rentenir yang memberikan pinjaman kepada warga desanya dengan bunga yang sangat tinggi, bila tidak bisa membayar, maka rumah atau kebun yang menjadi jaminan akan diambil oleh Sunyali secara paksa.Itulah kenapa warga Desa Bayan tidak banya
Ingatan Lurah Sunyali kembali belasan tahun yang lalu, hingga akhirnya wajah Lurah Sunyali kembali berubah saat mengingatnya.“Sinden Wika, hemm... pantas saja aku merasa kenal dengan wajahmu, ada hubungan apa kau dengannya ?!!!” ucap Lurah Sunyali lagi.“Dia adalah ibuku, dan hari ini aku akan menuntut balas atas apa yang kau lakukan dulu” ucap Wika lagi terlihat mengepalkan kedua tangannya. Melihat gelagat itu, kedua centeng yang menjadi pengawal Lurah Sunyali tampak maju kedepan, menjadi perisai dan pelindung bagi Lurah Sunyali.“Tangkap dia, jangan dibunuh, aku ingin menikmati tubuh dan kecantikannya” ucap Lurah Sunyali lagi dengan senyum angkuhnya.Para centeng yang berjumlah 10 orang itu alngsung bergerak mengepung dengan menghunus senjata masing-masing. Ada yang mengganakan golok, pedang, clurit, rantai berduri, tombak dan gada berduri.Wika sendiri tampak tak gentar melihat pengepungan dirinya.&ld
Ditempatnya Wika terlihat tersenyum sinis. Lalu dengan tenang, Wika mengangkat kedua tangannya, membentuk gerakan ular.“Jurus Tangan Ularku akan mengalahkan jurusmu !!” ucap Wika dengan mantap.“Sombong, hyyaattt !!!” pendekar elang melesat kedepan dengan ganasnya.“Hiiaattt !!”Wika tak mau kalah, tubuhnya ikut berkelebat kedepan.Cakar elang bertemu dengan tangan ular.Wuuutt !Wuuutt !Keduanya bertarung sengit. Dalam beberapa gebrakan kedepan saja, jurus-jurus Wika terlihat lebih unggul. Hal ini tentu saja mengherankan bagi kedua pendekar elang. Bahkan saat memasuki jurus ke 42.Duukk !Patukan tangan ular Wika berhasil menghantam dada sebelah kiri pendekar elang, hingga membuat pendekar elang itu terjengkang kebelakang. Untung saja pendekar elang melindungi tubuhnya dengan tenaga dalamnya yang cukup tinggi hingga dirinya tidak sampai pingsan terkapar seperti yang lain.
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig