Keesokan harinya Bintang dan Thya Sethya segera melanjutkan perjalanan mereka, dan Thya Sethya membawa mereka jauh meninggalkan istana negeri atas angin, langkah keduanya akhirnya tiba disebuah lembah air terjun yang sangat luar biasa besar dan megahnya.
Kini Bintang tampak berdiri menatap kagum pancaran air terjun besar yang ada dihadapannya, bias-bias pelangi tampak memancar keluar diberbagai tempat. Sungguh mengagumkan pemandangan yang terhampar dihadapan Bintang dan Thya Sethya saat ini.
“Tempat apa ini nona Thya ?” tanya Bintang takjub.
“Air terjun pelangi tuan” jawab Thya Sethya singkat.
“Sungguh indah dipandang...”
“Benar tuan...memang menakjubkan”
“Bolehkah saya sebentar membersihkan tubuh ditempat ini nona Thya ?” tanya Bintang lagi.
Thya Sethya terdiam sejenak seakan ragu memberikan jawaban, tapi akhirnya kepalanya mengangguk.
Keduanya lalu mencari tempat yang agak tersembunyi, Bintang dan Thya Sethya sama-sam
Ratusan orang terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Kedatangan Thya Sethya tentu saja mengejutkan bagi semua orang yang tinggal ditempat itu, dari wajah mereka jelas terpancar rasa terkejut melihat Thya Sethya yang kembali dalam keadaan sehat-sehat saja, karena mereka tau Thya Sethya telah ditangkap oleh Ratu Alena dan siapa saja yang tertangkap selama ini tak pernah selamat apalagi kembali dengan selamat. Bintang dapat melihat kehidupan dilembah itu, baik wanita, laki-laki dewasa, remaja maupun anak-anak. Bintang dapat mengetahui kalau sebagian penghuni lembah itu bukan berasal dari negeri atas angin, dan perbedaan antara orang-orang dari negeri atas angin dan dunia luar memang terlihat jelas dari kedua telinga mereka. Dimana telinga orang-orang negeri atas angin sedikit kuncup keatas. Beberapa laki-laki berpakaian layaknya seorang prajurit tampak segera menghampiri Thya Sethya. “Hakim Keadilan!” ucap salah seorang prajurit langsung menjura hormat d
“guru tewas oleh dua utusan Ratu Alena... siluman beruang putih dan beruang hitam” ucap Bintang lagi hingga lagi-lagi membuat Bayuasta terkejut. “Dan kedatangan hamba kemari sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Mbah Suro, secara kebetulan hamba sedang mencari sebuah mustika yang diketahui berada dinegeri atas angin ini” sambung Bintang lagi. “Mustika apa itu ?” Bintang terdiam sejenak, dan ; “Mustika Anting Lanang...” kata Bintang singkat, tapi sudah cukup mengejutkan orang-orang yang ada ditempat itu. “Mustika Anting Lanang, setahu saya mustika itu hilang bersama meninggalnya maharaja” ucap Bayuasta lagi. “Ya saya juga mendengarnya demikian paman” “Mungkin ini sudah takdir tuan Bintang bisa sampai kemari” ucap Bayuasta lagi. “Kita harus membalaskan dendam Suropati” sambung Bayuasta lagi diiringi angguk-anggukan yang lain yang terlihat terbakar semangatnya. “Siapkan perjamuan, kita sambut ke
“Sesakti apapun siluman, kita manusia lebih tinggi derajatnya, dan sudah seharusnya siluman bisa kita taklukkan” ucap Bintang lagi. ”paman Suropati sering bercerita tentang kakak bila berkunjung kemari” ucap Thya Sethya tiba-tiba. “Oh ya, benarkah ?!!” “Benar kak.... paman Suropati bilang ditanah jawa tidak ada orang yang bisa mengalahkan kesaktian kakak” ucap Thya Sethya lagi. “Saya hanya seorang pengembara biasa Thya, Ilmu yang saya milikipun tidak seberapa tinggi, yang penting cukup untuk bisa menjaga diri saja,” kata Bintang merendah. Thya Sethya kagum dengan sikap kerendahan hati Bintang. “Tapi benarkan, kakak sudah diangkat menjadi ketua dunia persilatan ?!!” tanya Thya Sethya cepat. Bintang hanya mengangguk. “Itu berarti kakak memang yang terhebat diantara semua pendekar” sambung Thya Sethya lagi. “Tolong jangan di buat berlebihan. Walau bagaimanapun saya tetaplah manusia biasa sama seperti yang lain” ucap Bintang
Matahari belum lagi keluar di ufuk timur, tapi sepasang muda mudi tampak baru saja keluar dari balik Air Terjun Pelangi. Yang berparas tampan tak lain adalah Bintang sedang yang berparas cantik jelita tak lain adalah Thya Sethya. Bintang dan Thya Sethya memang sengaja berangkat pagi-pagi sekali karena mereka berkejaran dengan waktu. Setelah melewati Air Terjun Pelangi, Thya Sethya tampak menghentikan langkahnya. “Penjara Menara Langit berada disebelah tenggara istana negeri atas angin kak, cukup terpencil dan sangat jauh dari istana negeri atas angin hal ini dimaksudkan agar tidak seorangpun yang tau tentang putri mahkota yang masih hidup, untuk sampai kesana kita harus melewati istana negeri atas angin dan beberapa pos penjagaan prajurit” ucap Thya Sethya lagi, Bintang yang ada disebelahnya hanya mendengarkannya dengan seksama. Thya Sethya terlihat sejenak menatap kearah langit, Bintang yang ada disebelahnya ikut-ikutan menatap langit, Bintang memperhatikan kedua ma
“Siapa laki-laki yang seperti wanita itu Thya ?” tanya Bintang lagi. Thya Sethya ikut memperhatikan sosok lelaki berperawakan wanita tersebut karena sejak tadi Thya Sethya hanya memperhatikan keadaan disekitar Menara Langit, wajah Thya Sethya terlihat langsung berubah saat melihat sosok lelaki berperawakan wanita tersebut.“Dia Hakim Emas kak...”“Hakim Emas” ulang Bintang dengan wajah berubah.“Hakim Emas seperti paman Bayuasta dan mbah suro ?!!” sambung Bintang lagi, dan Thya Sethya tampak menganggukkan kepalanya.“Apakah mereka hebat ?!!” tanya Bintang lagi dan Thya Sethya kembali mengangguk.“Thya juga baru tau kalau Hakim Emas sudah dibentuk lagi oleh ratu semenjak kematian maharaja negeri atas angin” ucap Thya Sethya lagi karena memang semenjak keluar dari posisinya sebagai Hakim Keadilan, Thya Sethya tidak begitu mengetahui lagi perkembangan di istana negeri atas angin.
Bintang tersenyum dalam keremangan. Perlahan Bintang menyentuh bibir Thya Sethya dengan bibirnya. Nafas Thya Sethya terasa menyerbu wajahnya, terasa semakin panas. Lalu, bibir Thya Sethya itu terbuka sedikit. Bintang mengecupnya ringan, membiarkan masih ada jarak di antara kedua mulut mereka. Thya Sethya terdengar mendesah. Terasa Thya Sethya menggeser tubuh sintalnya semakin rapat ke tubuh Bintang. Jantung Bintang bergetar juga merasakan lengannya menekan dada Thya Sethya yang turun naik dengan cepat. Thya Sethya kini merangkul leher Bintang dan seperti tak sabar, ia menarik Bintang sehingga bisa sepenuhnya berciuman. Bintang membiarkan Thya Sethya mengulum bibirnya dengan desah yang semakin dalam. Malam itu Thya Sethya menyerahkan kehormatannya kepada Bintang, tanpa penyesalan. ”Gila ! Apa begini rasanya bercinta?” batin Thya Sethya dengan mata berbinar-binar. Saat itu Bintang dapat melihat kepuasan dan kebahagiaan diwajah Thya Sethya. “Terima kasih Thya” ucap Bintang lembut hi
Siang itu, sesuai dengan petunjuk dari Thya Sethya. Bintang memantau keadaan ditempat kediaman Hakim Keamanan, Lavenia. Tempat kediaman Laveniapun tak jauh berbeda dari tempat kediaman Leali Dolphin. Lebih mirip benteng daripada rumah. Penjagaan dirumah Lavenia tidak begitu ketat, hanya ada beberapa prajurit yang berjaga di pintu gerbang dan beberapa orang yang tampak sesekali meronda disekitar rumah. Weeesshhh !! Setelah memastikan aman. Dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga yang tampak hanyalah kilatan cahaya putih yang menyambar cepat. Rupanya benar dugaan Bintang, Lavenia sedang tidak ada dirumah sehingga dengan leluasa dan hati-hati Bintangpun menyelidiki seluruh isi tempat kediaman Lavenia. Cukup lama Bintang menyelidiki seluruh isi tempat kediaman Lavenia, tapi tetap saja Bintang tak menemukan jejak apapun tentang kunci langit yang dicarinya. “Jangan-jangan benar yang dikatakan Thya, kunci langit selalu dibawa oleh Lavenia” batin Bintang lagi. Berfikir begitu, Binta
Tiba-tiba saja sesosok bayangan hitam telah muncul berdiri dihadapan Hakim Emas, Hakim Emas langsung menghentikan kegiatannya dan menatap sosok hitam yang berdiri dihadapannya. Para prajurit wanita negeri atas angin yang telah berjaga-jaga disekitar Menara Langit langsung bergerak mengepung sosok hitam tersebut yang tak lain adalah Bintang.Bintang hanya berdiri dengan tenang dengan mengedarkan pandangannya kearah sekelilingnya.“Siapa kau ?!!” ucap Hakim Emas tampa beranjak dari tempatnya. Walaupun berperawakan perempuan tapi suara Hakim Emas tetaplah seperti laki-laki.“Aku adalah orang yang akan membebaskan putri mahkota” ucap Bintang dengan tenang.“Ha ha ha! hanya mengantar nyawa saja” ucap Hakim Emas lagi.“Ha ha ha...!” tapi Bintang justru tertawa dengan keras, begitu kerasnya hingga sampai meja dihadapan Hakim Emas bergetar. Rupanya Bintang sengaja mengarahkan tenaga dalamnya melalui suaranya