Tombak sinar hijau terpental ke udara dan lenyap. Dada Pasedayu selamat dari tambusannya. Benda bulat yang dipakai menangkis serangan gugus gompal sedikit sementara satu sosok tinggi besar terhuyung jatuh tapi cepat bangkit kembali dan bergerak ke arah Jin Lumpur Hijau yang saat itu tengah berusaha bangkit berdiri. Bentrokan tombaknya dengan benda bulat tadi membuat dia terdorong hebat dan jatuh terjengkang. Sosok tubuhnya yang seperti lumpur berdenyut-denyut dan tetesan air keluar lebih banyak. Ini satu pertanda bahwa makhluk ini tengah dirasuk kobaran kemarahan luar biasa. Begitu berdiri dia putar tubuh ke arah makhluk yang mendatanginya.
Dukkk... Dukkkk.
Tanah lembah bergetar. Muka hijau Jin Lumpur Hijau sesaat berubah redup kelabu pertanda dia tengah mengalami keterkejutan. Jin Lumpur Hijau memang kaget besar ketika dia memandang ke depan dan mengenali siapa yang melangkah mendekatinya.
***
“Jin Kaki Batu...” desis Jin Lumpur
Sadar kalau saat itu tak mungkin baginya untuk menghadapi Maithatarun maka Jin Lumpur Hijau berpaling pada Jin Terjungkir Langit dan berkata. “Nasibmu masih baik. Ada orang tolol muncul menolong. Tapi lain waktu jangan harap kau bisa lolos dari tanganku!”Habis berkata begitu Jin Lumpur Hijau lalu berkelebat dan sosoknya lenyap di belakang kabut yang mengapung di udara.Jin Terjungkir Langit tertawa mengekeh. “Dia yang bodoh mengatakan orang tolol!” Lalu orang tua ini berpaling ke arah Maithatarun. Dari balik julaian rambut putihnya yang panjang dia memperhatikan kemudian berkata. “Hai, selama ini hanya nama yang kukenal. Apakah benar dugaanku kau adalah makhluk yang dijuluki Jin Kaki Batu, korban kebusukan nenek jahat bernama Jin Santet Laknat?”“Dugaanmu tidak salah! Kau sebut nama nenek keparat itu! Mengingatkan aku bahwa masih ada urusan dendam kesumat yang belum terselesaikan dengannya!”Jin Terjungkir
Jin Terjungkir Langit gelengkan kepala. “Dia muncul hanya untuk mengatakan sesuatu yang sampai saat ini masih terngiang di telingaku, ‘Hidup keluargamu morat-marit! Kau tak tahu di mana istrimu berada. Kau juga tidak tahu di mana ke empat anakmu! Si bungsu anakmu yang ke empat telah menjadi musuh besarmu! Kau telah kehilangan seluruh kesaktianmu!’ Setelah berkata begitu dia mengutuk, ‘Mulai hari ini kau akan hidup menyungsang. Kaki ke atas kepala ke bawah. Kau akan berjalan dengan dua tanganmu! Kau akan jadi makhluk tersiksa seumur-umur!’ Seperti kau saksikan sendiri saat ini. Aku benar-benar hidup menyungsang. Kaki ke atas kepala ke bawah!”“Riwayatmu sungguh hebat. Aku baru tahu kalau kau punya empat orang anak...”“Empat orang anak. Tapi apa artinya...” ujar Jin Terjungkir Langit. “Aku tidak tahu di mana mereka sekarang. Kalau masih hidup kira-kira seusiamu. Aku juga tidak tahu apakah istriku Ruhpingi
Batu coklat itu kembali bergerak. Tiba-tiba di ujung kanan bukit batu ada sesuatu yang lain, bergerak naik ke atas. Ternyata kepala seekor kura-kura raksasa.“Astaga, Paecoklat! Kura-kura raksasa tunggangan Ruhjelita...” Dalam kejutnya Bintang juga merasa gembira. Kalau tunggangannya berada di sana, berarti Ruhjelita tidak berada jauh dari situ.Paecoklat berpaling pada Bintang. Matanya dikedip-kedipkan. Melihat binatang ini tidak bersikap galak Bintang beranikan diri mendekat lalu melompat ke atas punggungnya yang keras atos. Sambil mengusap kepala binatang itu Bintang berkata. “Paecoklat, bisa kau menunjukkan padaku di mana Ruhjelita berada?”Kura-kura raksasa itu kedipkan sepasang matanya dua kali lalu palingkan kepalanya ke kiri. Setelah menghadap ke kiri, kepala itu sedikit ditundukkan. Bintang memperhatikan. Dadanya berdebar. Di balik lima rumpun pohon berduri yang telah dirambas orang kelihatan sebuah mulut goa batu yang tingginya
Kita tinggalkan Bintang dan Ruhjelita yang ada di dalam goa. Kita kembali pada saat-saat sebelumnya ketika Bintang berusaha mencari goa di mana Ruhjelita disekap oleh sepasang dara kembar. Seperti dituturkan karena perhatiannya sangat terpusat pada usaha mencari dan menyelamatkan Ruhjelita, Bintang ini sampai tidak memperhatikan kalau di udara ada sesosok burung besar yang bukan lain adalah Zeus, awan raksasa milik Dewi Awan Putih. Zeus terbang mengikutinya dari kejauhan. Tentu saja Awan Putih itu melayang mengikuti atas kehendak si pemiliknya yakni Dewi Awan Putih yang ada di atas punggungnya. Sang Dewi merasa heran melihat Bintang berlari ke arah kawasan tinggi berbatu-batu dan dipenuhi semak belukar serta pohon-pohon berduri. Saat itulah awan tunggangan yang bernama Zeus itu keluarkan suara halus. Dewi Awan Putih yang sudah tahu sifat tunggangan kesayangannya itu mengusap Zeus seraya berucap.“Aku tahu, kau melihat sesuatu. Tapi mataku masih belum melihat apa-apa. Me
Terkadang ada hasrat di hatinya untuk menemui Jin Obat Seribu atau mencari makhluk roh bernama Ruhrinjani itu untuk menanyakan. Siapa sebenarnya gadis yang mereka katakan sebagai satu-satunya gadis yang memberikan cintanya hanya kepada Bintang? Namun setelah dipikirnya lebih dalam dia memutuskan untuk tidak melakukan hal itu. Bisa-bisa tersiar kabar bahwa dirinya telah tergila-gila pada Bintang dan menaruh cemburu pada gadis-gadis lainnya yang pernah berhubungan dengan pemuda itu.Kini menghadapi kenyataan bahwa Bintang berada di sebuah bukit di mana dipastikannya Ruhjelita juga ada di situ, Dewi Awan Putih merasa seolah sekujur tubuhnya terpanggang oleh panasnya hawa cemburu.“Gadis bernama Ruhjelita itu. Dia selalu mendahului atau memotong setiap rencana yang hendak aku lakukan. Kini mereka melakukan pertemuan rahasia di bukit itu. Apakah aku harus menyelidik apa yang mereka lakukan? Ah... Bagaimana ini!” Dalam bingungnya Dewi Awan Putih membiarkan awan t
Dalam kejutnya melihat Bunda Dewi, Dewi Awan Putih bertanya-tanya bagaimana Bunda Dewi tahu-tahu berada di tempat itu. Walau ingin mengetahui, namun Dewi Awan Putih tidak berani menanya. Malah sebaliknya Bunda Dewi berkata padanya dengan penuh kelembutan.“Hai Dewi Awan Putih kerabatku yang cantik. Setelah cukup lama kau meninggalkan negeri kita, sungguh aneh menemukan dirimu di dalam rimba belantara ini. Lebih aneh lagi tadi kau dalam keadaan terguling di tanah. Menangis. Dari suara tangismu agaknya ada suatu keperihan yang sangat mendalam di relung hatimu. Dewi Awan Putih katakan padaku apa yang terjadi. Katakan jika ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk menolongmu.”Ditegur begitu rupa kesedihan Dewi Awan Putih jadi bertambah, membuat dia kembali menangis tersedu-sedu dan tutupkan lagi dua tangannya ke wajahnya yang berurai air mata. Bunda Dewi dekati kerabatnya itu. Sambil membelai rambut hitam Dewi Awan Putih dia berkata. “Dewi Awan Putih, segala
Dewi Awan Putih gigit bibirnya menahan agar tidak terisak. Setelah menguatkan hatinya baru dia berkata. “Hai Bunda Dewi, itu sebabnya tadi aku mengingatkanmu pada pembicaraan kita beberapa waktu lalu...”“Hemmm... Aku mengerti sekarang,” ujar Bunda Dewi pula. “Rupanya kau telah jatuh cinta pada pemuda itu...”“Hai Bunda Dewi, aku tidak tahu perasaan apa yang ada dalam hatiku terhadap pemuda itu. Karena selama ini hal-hal seperti itu tidak pernah aku alami. Lagipula bukankah itu merupakan satu pantangan besar yang berat hukumannya jika sampai dilanggar...”“Jadi benar kau telah jatuh cinta pada pemuda bernama Bintang itu?”“Bunda Dewi,” sahut Dewi Awan Putih yang bermata biru itu. “Ingat pembicaraan kita dulu. Waktu itu aku menanyakan padamu, apakah kau sependapat denganku bahwa dunia kita semakin lama semakin mengalami banyak perbedaan. Bahwa batas antara kita bangsa Dewi dan ma
“Dewi Awan Putih, aku tahu kau tidak akan mengecewakan aku dan kerabat para Dewi lainnya. Aku tahu kau akan mengambil keputusan sesuai dengan semua nasihat yang kusampaikan tadi. Aku tidak punya waktu berlama-lama di sini dan harus kembali ke Negeri Atas Langit. Kuharap kau juga segera kembali ke sana. Semakin berlama-lama kau di negeri ini semakin buruk akibatnya bagimu...”Setelah berucap begitu dengan lembut Bunda Dewi cium kening Dewi Awan Putih lalu melesat ke udara dan lenyap di ketinggian langit sebelah timur.Hanya sesaat setelah Bunda Dewi meninggalkan tempat itu, dari balik batu rerimbunan semak belukar lebat, beranjak pula seseorang yang telah lama mendekam di situ. Dia telah mendengar seluruh pembicaraan antara Bunda Dewi dengan Dewi Awan Putih. Apa yang didengarnya itu membuat hatinya tergoncang hebat. Dia baru menyadari betapa dalam kasih sayangnya terhadap pemuda itu setelah mengetahui benar-benar ada gadis lain yang mencintai si pemuda. Dala