"Sekarang dengar baik-baik Hai Jin Patilandak dan Tringgiling Liang Batui Seperti yang kau lihat dalam mimpimu! Keris ini akan menjadi senjata sakti bertuah jika direndam selama tiga purnama dalam darah salah seorang dari ketiga manusia katai itu! Dengar Jin Patilandak! Tiga manusia katai yang ada dalam mimpimu itu akan benar-benar muncul di tempat ini! Aku pernah melihatnya di daratan sana! Mereka berasal dari negeri manusia yang lebih tua dari negeri kita! Aku punya firasat dalam waktu beberapa hari ini mereka akan datang ke pulau ini! Mungkin ada seseorang yang mengantar mereka. Orang ini tidak lain bekas Kepala Negeri Kota Jin yang kini dikenal dengan julukan Jin Kaki Batu. Begitu mereka muncul kalian berdua harus menangkap dan menjagal leher mereka! Lalu tuangkan darah mereka ke dalam satu tempat! Aku akan membantu membuat jebakan agar mereka tidak berdaya. Pada purnama pertama yang akan muncul tujuh hari dari sekarang aku akan datang ke sini untuk merendam keris ini! Jika Jin
KITA kembali pada Bintang, Maithatarun, Bayu dan Arya yang tersesat ke pulau dan masuk ke dalam Rimba Pahitamkelam. Seperti diceritakan, begitu memasuki rimba belantara mereka menemukan deretan patung-patung kayu aneh di sisi kiri dan kanan sebuah jalan setapak. Begitu mereka berusaha melewati deretan patung sebelah depan, tiba-tiba patung pada deretan pertama dan kedua bergerak melakukan serangan mematikan. Untung Bintang memperingatkan hingga Maithatarun bergerak cepat. Dengan salah satu kaki batunya lelaki berjuluk Jin Kaki Batu ini berhasil menghancurkan tiga patung kayu.Walau mengalami hal berbahaya itu namun Maithatarun dan tiga saudara angkatnya itu memutuskan untuk meneruskan perjalanan, memasuki rimba belantara melalui jalan setapak yang di kiri kanannya dipenuhi deretan patung-patung aneh. Patung-patung ini adalah hasil ciptaan Jin Muka Seribu yang sengaja dibuat untuk menjebak ke empat orang itu."Dukkk... dukkkk!" Kaki-kaki batu Maithatarun bergerak melang
"Aku tidak menemukan kemana lenyapnya ujung- ujung benang aneh ini!" kata Maithatarun sambil besarkan mata memeriksa.Bintang segera memperhatikan berkeliling lalu berkata. "Jika yang digerakkan adalah patung-patung kayu, berarti benang-benang itu berhubungan dengan sosok patung itu!""Akan kita selidiki. Tapi benang-benang celaka itu harus kumusnahkan lebih dulu!" kata Maithatarun pula. Lalu tidak kepalang tanggung manusia bergelar Jin Kaki Batu ini lepaskan empat kali berturut-turut pukulan sakti bernama "Kutuk Api Dari Langit'. Setiap dia menghantam lima larik sinar hitam menderu keluar dari lima ujung jari tangannya. Jangankan benang-benang halus, pohon-pohon jati raksasa pun hancur berantakan. Yang masih berdiri telah berubah hitam dan menciut! Di saat yang sama terdengar suara menggemuruh di bagian dalam rimba belantara. Dua lusin patung kayu yang disiapkan Jin Muka Seribu untuk menjebak keempat orang itu roboh tumpang tindih karena tidak lagi terkendali oleh ala
"Aku akan membantu jika kekuatan tenaga dalammu tidak bisa kau keluarkan," kata Maithatarun pula."Tunggu!" seru Bintang tiba-tiba. "Aku seperti melihat pedataran di kejauhan. Pedataran itu bergerak. Berarti bukan pedataran tapi laut...." Bintang menggeser pandangannya ke kiri. Samar-samar dia hanya melihat deretan pepohonan dan kegelapan. Dia memutar lagi kepalanya. Tampangnya berubah. "Eh, sepertinya ada bukit-bukit batu di arah timur sana. Ada benda-benda bergerak di kejauhan. Seperti sosok manusia”"Berarti kita harus menuju lurus ke timur!" kata Maithatarun. "Bintang, harap kau kerahkan terus ilmu kesaktianmu. Beri tahu kalau langkahku melenceng!""Duuukkk... duuukkkk.duukkk!""Terus saja Maithatarun! Beberapa puluh tombak lagi kita akan sampai ke bebukitan batu itu. Aku melihat ada dua orang di tempat itu. Tapi... aku juga melihat ada dua benda besar aneh melata di tanah”Maithatarun melangkah ke timur. Setelah berjalan sejauh emp
"Gusti Allah pasti mendengar! Tuhanku pasti melihat! Dia pasti akan menolongmu, Maithatarun! Bertahanlah! Tabahkan hatimu?' teriak Bintang. Dia tekapkan dua tangannya ke mukanya.Terus terang dia tidak tahu dan belum menemukan cara bagaimana harus menolong Maithatarun. Dalam hati tidak putus-putusnya dia menyebut nama Tuhan dan memohon pertolongan. Tiba-tiba Bintang melompat bangkit sambil berteriak keras."Astaga! Ada apa dengan dirimu Bintang?!" tanya Bayu."Jangan-jangan dia sudah kemasukan roh jahat penghuni rimba belantara ini!" kata Arya.“Tuhan! Beri saya kekuatan!" teriak Bintang. Lalu tangannya kebawah membentuk genggaman diatas tanah.Sreeettt...!Seiring Bintang menarik tangannya keatas, terlihat sebilah pedang sepanjang belati ikut tertarik keatas, keluar dari dalam tanah.“Pedang Pilar Bumi!” seru Bayu dan Arya berbarengan.Sreg! Sreg! Sreg! Sreg! Sreg!Saat Bintang memutar menyila
Bintang sendiri merasa pinggulnya sebelah kanan seolah remuk. Terhuyung-huyung dia bangkit berdiri. Tapi belum sempat tegak, pemuda ini jatuh terduduk dengan muka pucat dan mata mendelik. Seumur hidupnya dia belum pernah melihat makhluk sedahsyat ini. Entah setan alas atau jin dedemit yang tegak di depannya. Sosok makhluk ini kurus jangkung. Hanya mengenakan sehelai cawat kulit kayu. Badannya berwarna kuning termasuk sepasang matanya. Sekujur tubuhnya mulai dari kepala, muka, tubuh sampai ke kaki penuh ditumbuhi duri-duri panjang tajam seperti bulu landak! Saat itu Bayu dan Arya telah pula melihat kehadiran makhluk ini. Keduanya langsung melompat bergabung dengan Bintang, gemetar ketakutan setengah mati!"Kawan-kawan..." bisik Bintang. "Jangan-jangan ini makhluk yang oleh Maithatarun disebut Jin Patilandak. Penguasa rimba Pahitamkelam. Kaki tangan Jin Muka Seribu!""Celaka! Mati kita semua! Pasti kita akan dikunyahnya mentah-mentah!" kata Arya."Tiga manusia ceb
"Pemuda cebol! Rupanya kau yang jadi otak dari kelompokmu! Kau juga yang tadi melukai dan membabat putus duri-duri di tanganku! Kepalamu akan kupotes lebih dulu!" kata Jin Patilandak. Lalu ibu jari dan jari telunjuk tangan kanannya menghunjam ke batok kepala Bintang. Sekali dua jari itu dipuntir, maka tanggallah leher Bintang!Di saat sangat genting itu tiba-tiba melesat satu bayangan disertai bentakan keras. Dua buah benda bulat menderu di udara."Braaaakkk!"Pohon jati besar berduri di samping kanan patah ialu tumbang bergemuruh."Byaaarrr!"Gundukan batu dua langkah di belakang Jin Patilandak hancur berantakan membuat Jin Patilandak berseru kaget, melesat ke atas. Di udara dia putar tubuhnya lalu hantamkan tangan kanan. Tapi kembali dia berteriak terkejut ketika ada satu benda bulat menyambar membabat ke arah tangannya!-o0o-SEPASANG mata Jin Patilandak menyorotkan sinar kuning angker. Sekujur duri cokl
Sesaat lagi sepuluh larik sinar hitam itu akan menghantam sosok Jin Patilandak, satu bayangan hitam berkelebat laksana kilat mendorong tubuh Jin Patilandak hingga terjungkal roboh dan terguling sampai tiga tombak. Sosok Bintang dan Arya yang sejak tadi berada dalam genggamannya terlepas. Lalu seperti yang dialami Bayu, kedua orang ini menggelinding tercebur masuk ke dalam liang batu berisi air campur bubuk belerang. Keduanya berubah menjadi sosok-sosok basah kuyup berwarna kuning! "Sialan! Liang apa ini!" memaki Arya."Airnya asin kuning! Berbau belerang!" teriak Bayu. "Lihat! Muka, tubuh dan pakaian kita jadi kuning semua!""Bayu! Lekas kita keluar dari tempat ini!" teriak Bintang. Ketiganya lalu memanjat ke atas liang, naik ke darat.Jin Patilandak lolos dari hantaman pukulan ‘Kutuk Api Dari Langit’. Sepuluh larik sinar maut itu kini menghantam sosok yang barusan menolong menyelamatkan Jin Patilandak."Wuuutttt... wuuutttt! Dessss... d
"Maithatarun, coba kau melangkah. Dekati mereka..." kata Bintang.Maithatarun menurut. Dia maju dua langkah mendekati Jin Patilandak. Makhluk berduri ini serta merta mundur tiga langkah. Tringgiling Liang Batu cepat mengangkat tangannya seraya berseru. "Tahan! Jin Kaki Batu, hentikan gerakanmu! Jangan melangkah lebih dekat!''"Sejak semula kami tidak punya niat jahat! Mengapa kalian semua seperti melihat setan kepala dua belas?!""Makhluk-makhluk katai yang katamu saudara angkatmu itu..." kata Tringgiling Liang Batu. "Tubuh mereka basah oleh air bercampur belerang. Tubuh kami tidak boleh bersentuhan dengan belerang. Kami bisa celaka. Mengalami kelumpuhan seumur hidup bahkan bisa menemui ajal”“Kakek!" Jin Patilandak berkata dengan suara keras. "Kau menceritakan kelemahan sendiri pada musuh! Manusia berkaki batu ini pasti akan mudah membunuh kita semua!""Eh, kau dengar makhluk berduri itu memanggil makhluk bersisik kakeknya," bisik Bint