"Gusti Allah pasti mendengar! Tuhanku pasti melihat! Dia pasti akan menolongmu, Maithatarun! Bertahanlah! Tabahkan hatimu?' teriak Bintang. Dia tekapkan dua tangannya ke mukanya.
Terus terang dia tidak tahu dan belum menemukan cara bagaimana harus menolong Maithatarun. Dalam hati tidak putus-putusnya dia menyebut nama Tuhan dan memohon pertolongan. Tiba-tiba Bintang melompat bangkit sambil berteriak keras.
"Astaga! Ada apa dengan dirimu Bintang?!" tanya Bayu.
"Jangan-jangan dia sudah kemasukan roh jahat penghuni rimba belantara ini!" kata Arya.
“Tuhan! Beri saya kekuatan!" teriak Bintang. Lalu tangannya kebawah membentuk genggaman diatas tanah.
Sreeettt...!
Seiring Bintang menarik tangannya keatas, terlihat sebilah pedang sepanjang belati ikut tertarik keatas, keluar dari dalam tanah.
“Pedang Pilar Bumi!” seru Bayu dan Arya berbarengan.
Sreg! Sreg! Sreg! Sreg! Sreg!
Saat Bintang memutar menyila
Bintang sendiri merasa pinggulnya sebelah kanan seolah remuk. Terhuyung-huyung dia bangkit berdiri. Tapi belum sempat tegak, pemuda ini jatuh terduduk dengan muka pucat dan mata mendelik. Seumur hidupnya dia belum pernah melihat makhluk sedahsyat ini. Entah setan alas atau jin dedemit yang tegak di depannya. Sosok makhluk ini kurus jangkung. Hanya mengenakan sehelai cawat kulit kayu. Badannya berwarna kuning termasuk sepasang matanya. Sekujur tubuhnya mulai dari kepala, muka, tubuh sampai ke kaki penuh ditumbuhi duri-duri panjang tajam seperti bulu landak! Saat itu Bayu dan Arya telah pula melihat kehadiran makhluk ini. Keduanya langsung melompat bergabung dengan Bintang, gemetar ketakutan setengah mati!"Kawan-kawan..." bisik Bintang. "Jangan-jangan ini makhluk yang oleh Maithatarun disebut Jin Patilandak. Penguasa rimba Pahitamkelam. Kaki tangan Jin Muka Seribu!""Celaka! Mati kita semua! Pasti kita akan dikunyahnya mentah-mentah!" kata Arya."Tiga manusia ceb
"Pemuda cebol! Rupanya kau yang jadi otak dari kelompokmu! Kau juga yang tadi melukai dan membabat putus duri-duri di tanganku! Kepalamu akan kupotes lebih dulu!" kata Jin Patilandak. Lalu ibu jari dan jari telunjuk tangan kanannya menghunjam ke batok kepala Bintang. Sekali dua jari itu dipuntir, maka tanggallah leher Bintang!Di saat sangat genting itu tiba-tiba melesat satu bayangan disertai bentakan keras. Dua buah benda bulat menderu di udara."Braaaakkk!"Pohon jati besar berduri di samping kanan patah ialu tumbang bergemuruh."Byaaarrr!"Gundukan batu dua langkah di belakang Jin Patilandak hancur berantakan membuat Jin Patilandak berseru kaget, melesat ke atas. Di udara dia putar tubuhnya lalu hantamkan tangan kanan. Tapi kembali dia berteriak terkejut ketika ada satu benda bulat menyambar membabat ke arah tangannya!-o0o-SEPASANG mata Jin Patilandak menyorotkan sinar kuning angker. Sekujur duri cokl
Sesaat lagi sepuluh larik sinar hitam itu akan menghantam sosok Jin Patilandak, satu bayangan hitam berkelebat laksana kilat mendorong tubuh Jin Patilandak hingga terjungkal roboh dan terguling sampai tiga tombak. Sosok Bintang dan Arya yang sejak tadi berada dalam genggamannya terlepas. Lalu seperti yang dialami Bayu, kedua orang ini menggelinding tercebur masuk ke dalam liang batu berisi air campur bubuk belerang. Keduanya berubah menjadi sosok-sosok basah kuyup berwarna kuning! "Sialan! Liang apa ini!" memaki Arya."Airnya asin kuning! Berbau belerang!" teriak Bayu. "Lihat! Muka, tubuh dan pakaian kita jadi kuning semua!""Bayu! Lekas kita keluar dari tempat ini!" teriak Bintang. Ketiganya lalu memanjat ke atas liang, naik ke darat.Jin Patilandak lolos dari hantaman pukulan ‘Kutuk Api Dari Langit’. Sepuluh larik sinar maut itu kini menghantam sosok yang barusan menolong menyelamatkan Jin Patilandak."Wuuutttt... wuuutttt! Dessss... d
"Maithatarun, coba kau melangkah. Dekati mereka..." kata Bintang.Maithatarun menurut. Dia maju dua langkah mendekati Jin Patilandak. Makhluk berduri ini serta merta mundur tiga langkah. Tringgiling Liang Batu cepat mengangkat tangannya seraya berseru. "Tahan! Jin Kaki Batu, hentikan gerakanmu! Jangan melangkah lebih dekat!''"Sejak semula kami tidak punya niat jahat! Mengapa kalian semua seperti melihat setan kepala dua belas?!""Makhluk-makhluk katai yang katamu saudara angkatmu itu..." kata Tringgiling Liang Batu. "Tubuh mereka basah oleh air bercampur belerang. Tubuh kami tidak boleh bersentuhan dengan belerang. Kami bisa celaka. Mengalami kelumpuhan seumur hidup bahkan bisa menemui ajal”“Kakek!" Jin Patilandak berkata dengan suara keras. "Kau menceritakan kelemahan sendiri pada musuh! Manusia berkaki batu ini pasti akan mudah membunuh kita semua!""Eh, kau dengar makhluk berduri itu memanggil makhluk bersisik kakeknya," bisik Bint
"Mulutmu keliwat menghina kurang ajar! Kakekku bernama Tringgiling Liang Batu! Bukan Tringgiling Liang Jamban!" Jin Patilandak menghardik lalu meludah ke tanah, membuat Maithatarun, Bayu dan Arya membuang muka menahan geli. Si Tringgiling Liang Batu sendiri yang mukanya tertutup sisik tebal tak kelihatan wajahnya apakah marah atau bagaimana. Tapi dari tenggorokannya keluar suara menggereng."Maafkan aku!" katanya pada Jin Patilandak. Lalu dia ajukan pertanyaan pada makhluk bersisik. "Menurutmu Jin Muka Seribu akan datang tepat bulan purnama mendatang. Kira-kira kapan bulan purnama muncul di pulau ini?!""Jika aku tak salah hitung masih tiga hari dimuka," jawab Tringgiling Liang Batu."Berarti kita masih punya waktu banyak untuk melakukan penyambutan!" kata Bintang pula."Penyambutan bagaimana maksudmu?! Kita tak mungkin melawannya! Apalagi kalau dia sampai menebarkan bubuk belerang!" berucap Jin Patilandak."Sobatku Jin Patilandak! Kau tenang saja.
"Aku sendiri menggorok leher mereka dengan duri-duri di tanganku!" kata Jin Patilandak."Bagus! Tidak sia-sia aku memberi perintah pada kalian kakek dan cucu!" Jin Muka Seribu memandang berkeliling. Tangannya siap mengeluarkan keris luk tiga untuk dimasukkan ke dalam lobang berisi darah. Namun tiba-tiba dia ingat sesuatu. "Kalian berhasil membunuh tiga manusia katai itu! Lalu bagaimana dengan orang bernama Maithatarun, berjuluk Jin Kaki Batu?! Aku tidak melihat dirinya sejak tadi!""Maafkan kami Hai Jin Muka Seribu. Jin Kaki Batu berhasil melarikan diri ketika kami sergap. Dia menghancurkan patung-patung kayu serta pohon-pohon jati. Dia melarikan diri dalam keadaan terluka parah. Sekali lagi kami mohon maafmu." Menjawab Tringgiling Liang Batu."Hemmm, begitu?" ujar Jin Muka Seribu. Sepasang pandangan matanya sebelah depan membentur liang batu yang sebelumnya menjadi sarang makhluk bersisik itu. 'Mataku belum lamur, apa lagi buta! Tapi aku sama sekali tidak melih
"Jin Muka Seribu," tiba-tiba perempuan bernama Jin Monyong Penggali Liang Kubur berucap. "Pekerjaanku memang tukang gali liang kuburi Terus terang, Hai akupun sudah menyiapkan satu liang kubur untukmu! Jika kau berkenan cepat-cepat ingin masuk ke dalamnya. Hik... hik... hik! Silahkan...!"Habis berkata begitu Jin Monyong Penggali Liang Kubur lalu singkapkan rumput dan daun kering di depannya. Maka kelihatanlah satu lobang besar seukuran kubur manusia!Empat mata Jin Muka Seribu depan belakang mendelik besar, merah laksana saga!"Perempuan bedebah keparat! Kau kira siapa dirimu! Suami dan Jin Patilandak saja tunduk padaku! Apa kau lebih hebat dari mereka?! Kau yang akan kupendam lebih dulu dalam liang itu!""Aku memang lebih hebat dari dua orang yang kau sebutkan itu Jin Muka Seribu! Kau boleh membunuh mereka semudah membalik telapak tangan! Tapi apa kau punya nyali membunuhku seorang perempuan?! Hik... hik... hik!"Tersentaklah Jin Muka Seribu mend
Sementara itu darah mengucur dari luka di pergelangan kakinya. Hawa panas menjalar sampai ke mata kaki. Jin Muka Seribu tidak tahu apa yang barusan menyerangnya. Memandang ke bawah dia melihat ada satu sosok kecil menyelinap ke balik semak belukar.Selain itu tadi dia juga masih sempat melihat satu bayangan kecil menyambar dan tahu-tahu kantong kainnya yang jatuh lenyap entah kemana. Ketika Jin Muka Seribu hendak memandang sosok kecil yang menyelinap di balik semak belukar!"Tiga makhluk katai jahanam! Pasti mereka!" teriak Jin Muka Seribu marah. "Tringgiling Liang Batu! Kau dan cucumu berani mati menipuku!" Seperti tidak perduli lagi akan pantangannya membunuh perempuan Jin Muka Seribu angkat tangan kiri, siap hendak menghantam dengan pukulan "Mengelupas Puncak Langit Mengeruk Kerak Bumi." Yang ditujunya adalah Jin Patilandak dan Tringgiling Liang Batu yang saat itu mendekam berlindung di balik sosok Jin Monyong Penggali Liang Kubur. Jika Jin Muka Seribu hendak membun