PAGI ITU, saat fajar baru saja menyingsing di ufuk timur, terlihat empat dari limo ayu tengah bergegas berjalan saling beriringan. Mereka adalah Ayu Valensia, Ayu Hanny, Ayu Qilla dan Ayu Mayrissa. Dari wajah ke-4nya yang tidak mengenakan cadar, tampak jelas ke-4nya sat ini sedang panik, gelisah.
Ke-4nya berhenti tempat didepan pintu sebuah kamar. Ke-4nya terlihat saling pandang satu sama lain dan saling memberikan kode agar salah satu dari mereka mengetuk pintu itu. Ayu Hanny akhirnya maju kedepan.
Kreaakk...
Belum lagi Ayu Hanny mengetuk, pintu kamar itu sudah terbuka, seraut wajah cantik dan segar menyeruak dari balik pintu tersebut. Sosok yang tak lain adalah kakak tertua mereka, Ayu Rhenata.
“Ada apa?” tanya Ayu Rhenata tampak heran melihat wajah adik-adik seperguruannya yang tampak panik.
“Ada kejadian kak...” sahut Ayu Valensia cepat.
“Kejadian? kejadian apa?”
Ke-4 adik seperguruannya kembali
Aula Pesangrahan Suci adalah sebuah aula yang biasa digunakan oleh Padepokan Dharma Semesta untuk melakukan pertemuan-pertemuan penting ataupun darurat. Di ruangan itu, hanya ada sebuah meja berbentuk bundar yang sangat besar, dimana disekeliling meja bundar itu hanya ada 10 kursi yang disusun mengikuti tekstur bundar meja tersebut.Dan kini kursi-kursi itu sudah tampak diisi oleh para ketua-ketua perguruan. Hanya satu kursi yang dibiarkan kosong karena memang khusus disediakan untuk Mahaguru Ummi Ayu.Diantara semua perguruan, hanya Perguruan Panah Dewa yang terlihat sibuk kasak kusuk sendiri.“Bagaimana?” tanya Dewa Panah.“Veninur tidak ada dikamarnya ketua”“Dimana anak itu?”“Sejak pesta malam tadi, Veninur memang sudah tidak terlihat lagi ketua, saya kira kembali ke kamarnya, ternyata tidak” ucap salah seorang murid Perguruan Panah Dewa. Dewa Panah tampak terdiam mendengar hal itu.
Pembicaraan mulai berlangsung panas. Sementara itu dari pintu terlihat serombongan orang murid-murid Dewa Panah melangkah masuk, bersama mereka tampak pula sosok jelita Veninur. Dihadapan Dewa Panah, mereka semua menjura hormat.Dewa Panah dengan cepat memberikan kode kepada Veninur, putrinya untuk segera duduk disebelahnya.“Darimana saja kau Veninur, dari malam menghilang sampai pagi baru muncul”“Maaf bopo, Veninur kehujanan hingga akhirnya menginap disalah satu penginapan dikaki bukit ayu, baru pagi ini bisa kembali kemari” kata Veninur terpaksa berbohong.“Ya sudahlah, yang penting kau sudah pulang dengan selamat”Veninur tampak menatap keadaan disekitarnya, juga perdebatan panas antara Mahaguru Ummi Ayu dan Dewa Tombak.“Apa yang sebenarnya terjadi bopo?” tanya Veninur bingung.“Sttt! Jangan banyak bicara, saat ini keadaan sedang genting”“Genting?! ada apa
Mahaguru Ummi Ayu dan ke-4 saudari seperguruannya yang lain, menyadari apa yang dilakukan oleh Ayu Qilla hanya untuk menolong Bintang dari keadaannya saat ini. Semua yang ada ditempat itu terdiam, keadaan seketika berubah sunyi ditempat itu.“Tuan Bintang, bagaimana menurut Tuan mengenai situasi ini?” tanya Dewa Pedang akhirnya angkat bicara.“Sejak memasuki tempat ini, saya memang sudah tidak merasakan lagi hawa keberadaan kedua pedang pusaka itu disini dan saya yakin Tuan-Tuan juga sudah mengetahui... menurut hemat saya, saya yakin orang yang telah mencuri kedua pedang pusaka itu tidak sekedar untuk pajangan ataupun hanya disimpan, orang itu pasti akan menggunakan kedua pedang pusaka itu untuk tujuan tertentu” kata Bintang berhenti sejenak. “Saat ini kita hanya bisa menunggu, buka mata buka telinga, dengarkan terus kabar dari dunia persilatan”“Ya, apa yang dikatakan Tuan Bintang memang benar”“Jika
Lembah kabut, demikian orang-orang menyebutnya, sebuah lembah yang selalu ditutupi kabut. Sehingga sangat jarang sekali ada manusia yang menjejakkan kakinya disana. Kalaupun ada, Jarang ada yang bisa keluar dari sana, entah karena kabut yang begitu tebal yang menutupi lembah itu sehingga sangat sulit untuk menemukan jalan kembali bila telah memasuki lembah tersebut, atau ada sebab lain. Banyak mitos yang beredar, kalau dibalik lembah kabut terdapat sebuah kerajaan lelembut, dan orang-orang yang tak kembali setelah memasuki lembah kabut tersebut, diduga telah ditangkap oleh para mahluk lelembut yang menjadi penunggu dilembah kabut tersebut.Bila kita melihat lebih dalam dan teliti, menembus ketebalan kabut yang menutupi lembah itu, terlihat disepanjang mata memandang, disekitar dan sekeliling lembah itu banyak sekali rawa-rawa yang berisi buaya-buaya berukuran besar, bahkan ada yang besarnya 2x ukuran buaya dewasa, hal ini mungkin dikarenakan lembah itu sangat jarah terjamah o
Di dekatnya, tepatnya berada dibelakangnya. Tampak pula berdiri dua sosok gadis muda yang juga berparas sangat cantik. Sosok yang kiri adalah gadis cantik yang mengenakan pakaian kuning gading, tubuhnya terlihat sangatlah ramping, indah dan seksi. Di kepalanya tampak sebuah ikat kepala yang juga terbuat dari kulit buaya, sabuk pinggangnyapun juga terlihat terbuat dari kulit buaya. Dipunggungnya tampak tersampir sebilah pedang bergagang kepala buaya. Sedangkan sosok yang satunya lagi juga tak kalah cantiknya, mengenakan pakaian merah darah, juga mengenakan ikat kepala dan sabuk pinggang yang terbuat dari kulit buaya. Di punggungnya juga tampak tersampir sebilang pedang bergagang kepala buaya.Ketiganya tampak memperhatikan sosok wanita cantik bermahkota putih yang ada dihadapan mereka yang tampak masih terpejam dengan sosok anggunnya. Tak lama kedua, kedua mata indah yang terpejam itu terbuka. Wanita berparas cantik ini tampak menganggukkan kepalanya kearah ketiga orang yang t
Bersamaan keduanya yang masih berusaha mengendalikan gerak mundur tubuh mereka, menjejakkan kaki kanan mereka dengan keras ketanah, seketika itu juga tubuh keduanya berputar-putar diudara laksana baling-baling.Sret! Sret!Hebat sekali. Kedua pedang itu dengan tepat masuk kedalam warangka yang ada dipunggung Sari dan Mavani yang masih berputar-putar diudara.Tapp...! Tapp...!Dan dengan mulus keduanya menjejakkan kaki ketanah, walaupun kemudian jatuh ketanah dengan satu kaki menekuk sedang lutut lainnya menyentuh tanah, sepertinya serangan yang dilancarkan oleh Ratu Buaya Putih tadi sudah cukup untuk melukai keduanya sehingga keduanya tak mampu bangkit berdiri untuk sesaat.Sari dan Mavani terlihat saling pandang satu sama lain.Tapp...! Hampir bersamaan keduanya saling mendorong telapak tangan masing-masing kesamping dan menyatu ditengah-tengah. Sedangkan satu tangan lain didepan dada. Kedua mata terpejam.Werrr... Werrr...!D
“Luar biasa Ratu, Dasendria Ungu milik Ratu sudah sedemikian sempurnanya” ucap Sari“Benar Ratu, benar-benar luar biasa” sambung Mavani.Ratu Buaya Putih hanya tersenyum dingin seraya menatap kearah eyang penghulu, dan bertanya ; “Bagaimana Penghulu?”“Sudah sempurna Ratu” jawab eyang penghulu singkat.-o0o-Malam itu di istana Ratu Buaya Putih.“Dasar laki-laki lemah, mati sajalah kau!” terdengar suara keras dari dalam sebuah kamar.“Aarrrkkhhh!” Disusul satu jeritan keras yang juga terdengar dari dalam kamar.Sementara itu diluar pintu kamar, tampak berdiri dua sosok jelita yang bila melihat wajah keduanya, mereka tak lain adalah Sari dan Mavani. Keduanya terlihat saling panang satu sama lain setelah mendengar jeritan keras dari dalam kamar tersebut.“Padahal lelaki itu sudah sangat perkasa Sari” ucap Mavani kepada Sari.
Penghulu Buaya Buntung sendiri langsung bangkit berdiri menyambut kedatangan Ratu Buaya Putih, tapi tidak ikut menjura hormat seperti siluman buaya yang lain. Ratu Buaya Putih tampak duduk disinggasana kebesarannya, sementara Sari dan Mavani tampak berdiri dikiri dan kanannya.Ratu Buaya Putih mengangkat tangan kirinya dan menghadapkan telapak tangan kirinya kedepan sebagai tanda menerima sembah hormat pada siluman buaya padanya. Para siluman buaya yang ada ditempat itu kembali duduk ditempatnya.Ratu Buaya Putih kemudian memandang kearah prajurit siluman buaya utusan ayahnya, Raja Siluman Buaya yang berada ditengah-tengah.“Bagaimana kabar Ayahanda?” tanya Ratu Buaya Putih. Untuk sesaat terlihat perubahan wajah dari utusan prajurit siluman buaya tersebut, dan hal ini sempat terlihat oleh beberapa orang ditempat itu, termasuk Ratu Buaya Putih sendiri.“Ma... Ma... Maharaja baik-baik saja Ratu”Kegugupan utusan prajurit silum
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig