Bllasshhh!
Wajah Bintang berubah saat melihat bola energi keemasan Matahari Terik Rembulan Dingin miliknya sirna begitu saja dihantam sinar putih lembayung milik Raja Siluman Buaya, begitu bola energi keemasan hancur, serangan sinar putih lembayung laksana sinar laser besar itu terus meluncur deras kearah Bintang.
Tak ingin mati konyol, Bintang langsung kembali mengatupkan kedua telapak tangannya didepan dada, sebuah bayangan prajurit dewa berwarna keemasan besar muncul diatas kepala Bintang. Segel Dewa Langit, ’Jubah Sakti 9 Dewa’ dikerahkan oleh Bintang. Bayangan prajurit dewa berwarna keemasan besar itu langsung Bintang jatuhkan tegap berdiri tepat dihadapannya, tepat disaat serangan sinar laser putih lembayung milik Raja Siluman Buaya datang.
DAAAASSSSSTTTT….!
Benturan maha dahsyat tercipta diiringi gemuruh yang menerbangkan benda apapun yang ada disekitar mereka. Sungguh maha dahsyat dampak yang terjadi d
Jlegg!Bintang turun dengan sangat sempurna, berjarak 6 tombak dari sosok Raja Siluman Buaya. Dengan Pedang Kristal Langit Yudha Manggala masih ditangan, Bintang tampak memperhatikan sosok Raja Siluman Buaya yang terus berteriak-teriak dengan keras dengan bersimpuh dibawah, Raja Siluman Buaya seakan tak mempercayai kalau pusaka Tongkat Pilar Ghaib miliknya kini telah sirna.Bintang sendiri kini menatap Pedang Kristal Langit Yudha Manggala yang ada ditangannya, ini pertama kalinya Bintang menggunakan Pedang Kristal Langit Yudha Manggala dalam pertarungan, hasilnya sungguh sangat mengejutkan bagi Bintang.“YUDHA MANGGALA!” Sebuah pekik keras membuat perhatian langsung teralihkan kearah asal suara yang rupanya berasal dari Raja Siluman Buaya. Terlihat bagaimana tubuh Raja Siluman Buaya bergetar dengan hebat, menatap kearah Bintang dengan tatapan yang sangat mengerikan, kedua matanya terlihat memerah.“KAU HANCURKAN PUSAKA DEWA
WUUUTTT!Raja Siluman Buaya mengibaskan cengkraman tangannya yang besar kearah Bintang.“Hup!”Bintang melenting cepat ke udara, untuk menghindari kibasan cengkraman tangan Raja Siluman Buaya.WUUUTTT!Serangan cengkraman luput, Raja Siluman Buaya kembali memburu sosok Bintang dengan mengibaskan ekor dibokongnya yang besar.“Hup!”Begitu sempurna ilmu meringankan tubuh Bintang, hingga dengan menjejak udara, kembali Bintang melenting tinggi ke udara, untuk menghindari kibasan cengkraman tangan Raja Siluman Buaya.WUUUTTT! WUUUTTT! WUUUTTT!Raja Siluman Buaya terus memburu Bintang dengan dua cakar dan ekornya, hingga tempat itu benar-benar menjadi porak poranda karena ulah Raja Siluman Buaya dengan sosoknya yang besar.Batu-batu berukuran besar berterbangan, pohon-pohon yang tumbuh disekitar tempat itu tercabut dari akarnya dan jatuh kesana kemari, Raja Siluman Buaya benar-benar mengamuk deng
Sementara itu, dengan mata melotot besar, Raja Siluman Buaya tampak menatapi bokongnya yang sudah buntung ekornya, berkali-kali Raja Siluman Buaya berpaling memandang kearah ekornya yang tergeletak tak jauh darinya, masih terlihat ekornya tampak bergerak-gerak sendiri ditanah. Hingga akhirnya ekor itu diam tak bergerak-gerak lagi, tapi ketika angin berhembus, ekor itu berhamburan menjadi debu-debu lembut yang tak bisa dikumpulkan lagi. Semakin terbelalaklah kedua mata Raja Siluman Buaya yang melihat ekornya sirna tepat didepan matanya.“Hentikan Raja Siluman Buaya! atau aku terpaksa membunuhmu!” terdengar pekik Bintang keras menggelegar hingga menyadarkan Raja Siluman Buaya yang masih terpaku ditempatnya, kepala Raja Siluman Buaya menoleh kearah Bintang yang tampak sudah berdiri dengan ukurannya yang kecil didepan sosok raksasa Raja Siluman Buaya, tampak Bintang masih menyilangkan Pedang Kristal Langit Yudha Manggala ditangannya.Raja Siluman Buaya menatap
Malam kembali menyelimuti alam. Di tepian sebuah hutan yang cukup lebat belantara, terlihat nyala terang seonggok api unggun terlihat disalah satu tempat dihutan tersebut. Kita coba melihat lebih dekat, ternyata disekitar api unggun itu tampak 4 sosok tubuh yang tengah mengelilinginya. 3 sosok dara jelita dan 1 sosok lelaki muda tampan yang sepertinya tengah bercerita kepada ketiga sosok dara jelita yang ada dihadapannya. Dua diantaranya terlihat begitu antusias mendengar ceritanya, sementara satu sosok lagi tampak tak begitu perduli dengan semua itu.Bila kita menilik sosok ke-4nya, mereka tak lain adalah Bintang, Blorong, Rara Jingga dan Ayu Mayrissa. Sesekali terdengar tawa Blorong dan Rara Jingga mendengar cerita Bintang yang tengah menceritakan apa yang telah terjadi di alam lelembut siluman buaya, terutama tentang pertarungannya menghadapi Raja Siluman Buaya.“Ini benar-benar memalukan bagi Raja Siluman Buaya gusti, bagaimana mungkin seorang raja bangsa sil
Kukuruyuk...Terdengar suara kokok ayam hutan ditengah malam yang mulai terasa dingin itu. Ini sungguh aneh, ayam kok berkokok ditengah malam, kata orang bila ada binatang yang bersuara ditengah malam itu pertanda tengah melihat sesuatu. Tapi entahlah, antara mitos dengan kenyataan sulit untuk membedakannya.Blorong tampak lebih dulu membuka kedua matanya, ditatapnya sosok adiknya, Rara Jingga. Dapat dilihatnya dari kedua belahan mata yang tertutup Rara Jingga mengalir air bening. Blorong mengangkat tangannya dan dengan lembut mengusap air mata yang mengalir tersebut. Rara Jingga terlihat membuka kedua matanya. Rupanya Rara Jingga tidaklah tidur.“Sepertinya kau sangat mencintainya Rara Jingga” ucap Blorong mengirimkan suara batinnya kepada Rara Jingga. Bukannya jawaban yang didapat oleh Blorong, tapi justru terlihat Rara Jingga semakin deras mencurahkan air matanya.“Apa kau sudah memikirkan tentang semua ini, Rara Jingga?”
Bintang tersenyum dan dengan lembut Bintang mengangkat tangan kanannya meraih dagu Rara Jingga yang indah membelah itu, dan Bintang mengangkat wajah jelita itu hingga menatap kearahnya.“Ada apa Rara Jingga?” tanya Bintang dengan lembut.“Hamba.... hamba... hamba..” Rara Jingga benar-benar tak mampu mengeluarkan kata-katanya, lidahnya terasa kelu.“Katakan saja apa yang ada didalam hatimu Rara Jingga, jangan takut... Malam ini adalah malam terakhir kita bersama” ucap Bintang mencoba menenangkan hati Rara Jingga, wajah Rara Jingga langsung berubah mendengar perkataan Bintang.“Kenapa gusti berkata seperti itu? apakah gusti tahu apa yang ada didalam hatiku saat ini, ahh...” batin Rara Jingga semakin bingung. Rara Jingga berusaha meneguhkan hatinya.“Bolehkan hamba ikut menemani gusti?”“Jangan Rara Jingga, istriku lebih membutuhkanmu daripada aku” jawab Bintang hingga memb
“Rara Jingga...”“Iya gusti”“Apakah kau belum punya kekasih?” tanya Bintang tiba-tiba, seketika wajah Rara Jingga tampak berubah mendengar pertanyaan itu.“Sudah, ini kekasih Rara Jingga” ucap Rara Jingga seraya mencium lembut telapak tangan Bintang dengan mesranya.“Aku serius Rara Jingga, katakanlah dengan jujur, aku takkan marah” ucap Bintang lagi. Rara Jingga terlihat terdiam sejenak seperti tengah mempertimbangkan sesuatu.“Punya gusti”“Tapi kenapa?” tanya Bintang tanpa meneruskan ucapannya, Rara Jingga mengerti arti pertanyaan Bintang padanya.“Ratu melarangnya gusti”“Istriku melarangmu, tidak mungkin” ucap Bintang tak percaya.“Kekasihku itu adalah salah satu senopati dari Istana Laut Utara gusti” ucap Rara Jingga. Kali ini wajah Bintang yang berubah.“Istana Laut Uta
Bukan saja keadaan Rara Jingga yang berubah, tapi Bintangpun mulai merasakan perubahan didirinya, nafasnya juga ikut-ikutan memburu. Bintang mencoba menahan dirinya dari nafsunya.“Cumbu aku, Gusti... ” Rara Jingga berbisik, hampir tak terdengar.Bintang tersenyum dalam keremangan.“Ada-ada saja permintaan Rara Jingga. Tetapi ... mengapa tidak?” pikir Bintangnya. Dengan tangannya, perlahan Bintang mengangkat wajah Rara Jingga yang masih berada didadanya, kini terlihat wajah jelita Rara Jingga yang masih memerah, pandangannya sayu menatap kearah Bintang Bintang mendekatkan bibirnya menyentuh bibir Rara Jingga dengan bibirnya. Nafas Rara Jingga menyerbu wajahnya, terasa semakin panas. Lalu, bibir Rara Jingga terbuka sedikit.Bintang mengecupnya ringan, membiarkan masih ada jarak di antara kedua mulut mereka.Rara Jingga terdengar mendesah Gelisah.Terasa Rara Jingga menggeser tubuh sintalnya semakin rapat ke tubuh