Wajah Rara Jingga memang sudah memerah seperti kepiting rebus, karena mendengar suara rintihan dan desahan penuh kenikmatan dari dalam kamar yang Rara Jingga yakini berasal dari percumbuhan Putri Aura Kencana dan Gusti Yudhanya. Hal inilah yang membuat tubuh Rara Jingga bergetar, nafasnya terlihat tersengal-sengal tak menentu, keringat dingin tampak membanjiri wajah dan tubuhnya, bahkan tiba-tiba saja kedua lutut Rara Jingga terlihat goyah dan ;
Brukkh..!
Rara Jingga tak kuat lagi menopang berat tubuhnya, hingga tubuhnya langsung terjatuh kebawah, nafasnya terlihat sudah keluar satu persatu, seperti ikan yang kekurangan air, dari kepalanya terlihat samar-samar terlihat asap putih keluar, bahkan wajah Rara Jingga terlihat semakin memerah.
Tak kuat menahan dirinya, Rara Jingga tiba-tiba saja bangkit dan berlari sekuat tenaganya meninggalkan tempat itu, diiringi senyum dan tawa para prajurit penjaga pintu kamar yang menatap kearah kepergiannya.
Rara
“Apa kau bisa membantu Gusti Yudha, Blorong ?”“Bisa putri, saya memiliki cara untuk masuk ke alam lelembut siluman buaya.”“Bagus.. Ku jamin kau takkan menyesal karena membantu Gusti Yudha, Blorong” ucap Putri Aura Kencana.“Memangnya kenapa putri ?” tanya Blorong dengan bingung, bukan menjawab apa yang ditanyakan Blorong kepadanya, Putri Aura Kencana justru terlihat tersenyum, lalu Putri Aura Kencana terlihat menyorongkan kaki kanannya yang jenjang kearah Blorong dan menyingkapkan kain dibagian pangkal pahanya.Wajah Blorong terlihat kembali berubah bahkan memerah saat melihat bekas-bekas merah disepanjang pangkal paha Putri Aura Kencana yang tentu saja Blorong mengetahui kalau bekas-bekas merah itu adalah bekas cupangan, wajah Blorong kembali semakin berubah memerah saat Putri Aura Kencana memperlihatkan dibagian atas kedua gunung kembarnya yang juga banyak bekas-bekas merah, yang terakh
Blorong sendiri langsung berbalik dan menekuk kaki kanannya sedang lutut kirinya menyentuh tanah dengan kedua telapak tangan yang menyatu didepan dada.“Blorong memberi hormat pada Ratu” ucap Blorong kepada sosok yang kini sudah melangkah mendekat kearah mereka.“Nyimas” Putri Aura Kencana ikut menjura hormat dengan merendahkan sedikit tubuhnya. Rupanya sosok yang baru saja datang tersebut adalah Ratu Dewi Kencana.Ratu Dewi Kencana sendiri terus melangkah melewati Blorong, Putri Aura Kencana sendiri tampak langsung memberikan jalan untuk kakaknya tersebut. Ratu Dewi Kencana kemudian duduk dikursi yang ada diruangan tersebut. Sementara Blorong masih dalam posisi menghormat, hanya kini berbalik arah menghadap kearah Ratu Dewi Kencana yang sudah duduk dikursi.“Bangunlah Blorong” ucap Ratu Dewi Kencana dengan penuh wibawanya. Blorongpun mengakhiri sikap hormatnya dan kembali duduk dihadapan Ratu Dewi Kencana dan Putri Aur
“Rara Jingga” tegur Bintang pelan, menyadarkan Rara Jingga yang masih bertatapan dengan Blorong.“Oh iya gusti.. Ratu tidak hanya memerintahkan hamba untuk mengantarkan gusti ke Gunung Halimun, tapi Ratu juga menyuruh hamba untuk membantu gusti menyelamatkan teman gusti dari sekapan Raja Siluman Buaya” jelas Rara Jingga. Sejenak Bintang terdiam mendengar hal itu.“Tapi penyelamatan kali ini akan sangat berbahaya gusti, bisa-bisa nyawa Rara Jingga tidak akan selamat” ucap Blorong dengan cepat mencoba meyakinkan Bintang.“Kau tenang saja Blorong, kami dari istana dasar samudra tak pernah gentar dengan bahaya apapun” ucap Rara Jingga dengan keras. Sejenak Rara Jingga mengalihkan pandangannya kearah Bintang. “Bahkan kami rela berkorban nyawa demi melindungi Gusti Manggala” sambung Rara Jingga lagi.Kedua wanita cantik ini tampak terus saling jawab, berdebat dengan pendapatn
Malam itu, Bintang dan rombongannya kemalaman disebuah kadipaten, hingga akhirnya Bintang memutuskan untuk mencari penginapan untuk beristirahat, Bintang memilih sebuah penginapan yang berada diujung jalan. Bintang memesan dua kamar, satu kamar untuk dirinya dan satu kamar lagi untuk Blorong dan Rara Jingga. Bintang sengaja melakukan hal itu, agar Blorong dan Rara Jingga bisa saling akur dan tidak lagi ribut mencari perhatiannya. Rupanya selama beberapa hari ini, bukannya Bintang tidak mengetahui persaingan kedua dalam mencari perhatiannya, terutama Blorong, sedangkan Rara Jingga lebih banyak mencoba menghalang-halangi tindakan Blorong.Tapi tindakan Bintang dengan memesankan satu kamar untuk keduanya agar keduanya bisa lebih saling mengenal dan berbaikan, salah. Persaingan keduanya membuat Rara Jingga memilih untuk tidak tidur dikamar, Rara Jingga terlihat berdiri didepan pintu kamar Bintang, Rara Jingga terlihat berjaga-jaga didepan pintu kamar itu. Sementara Blorong yang m
“Rupanya dia ingin mencoba main belakang” batin Rara Jingga tersenyum sinis. Tingkat kebatinannya yang tinggi memuat Rara Jingga merasakan sesuatu yang tidak beres tengah terjadi. Rara Jingga kemudian terlihat mengangkat satu tangannya didepan dada secara vertikal dan memejamkan mata, bibir tipis indah Rara Jingga terlihat berkomat kamit membaca sesuatu, tak terlalu lama, Rara Jingga kemudian sudah membuka kedua matanya.“Ini ajian pemikat semar mesem” batin Rara Jingga lagi mengenali apa yang saat ini tengah dikerahkan oleh Blorong. “Aku harus membentengi tubuh Gusti Manggala agar tidak terpengaruh dengan ajian pemikat ini” sambung batin Rara Jingga lagi seraya bangkit dari tempat duduknya berada.Tanpa menunggu waktu lagi, Rara Jingga segera menerobos masuk kedalam kamar dimana tempat Bintang berada, tak lupa Rara Jingga mengunci pintu kamar itu dari dalam. Dengan sedikit tergesa-gesa Rara Jingga segera menuju kea
“Apakah tidak ada cara untuk mengatasinya, Rara Jingga ?”“Ada gusti”“Apa ?!”“Gusti harus menyalurkan nafsu birahi gusti sampai tuntas” ucap Rara Jingga dengan wajah sedikit memerah.“Maksudmu, aku harus bercinta dengan Blorong malam ini ?”“Tidak gusti..!” ucap Rara Jingga cepat membantah ucapan Bintang. “Hamba tidak akan membiarkan gusti melakukan hal itu” sambung Rara Jingga lagi.“Lalu bagaimana, Rara Jingga ?” tanya Bintang bingung.Bukannya menjawab apa yang ditanyakan Bintang, Rara Jingga tiba-tiba saja memeluk leher Bintang dengan kedua tangannya dan menariknya kebawah, Rara Jingga terbaring diatas kasur, sedangkan Bintang yang tadi ikut tertarik kebawah kini sudah berada diatasnya.“Hamba yang akan menemani gusti malam ini.. tidak akan hamba biarkan gusti bercinta dengan Blorong” ucap Rara Jingga dengan tegas d
Tak mau menunggu lama, Bintang tundukkan wajahnya, Rara Jingga terlihat memejamkan kedua matanya dengan merekahkan bibirnya, siap menyambut lumatan bibir Bintang pada bibirnya,“Ufffhh.” dua bibir bertemu dalam satu lumatan birahi. Sambil melumat, tangan Bintang juga merambah tubuh Rara Jingga. Jari-jari Bintang mulai melepasi pakaian yang dikenakan oleh Rara Jingga. Rara Jingga dapat merasakan remasan jari Bintang pada buah dadanya.”Uuhh” Rara Jingga mendesah tak tertahankan. Menggelinjang dan menggeliat-geliat nikmat. Bibir Bintang melumat, dan Rara Jingga menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total.Kedua tangan Bintang dengan cepat melepaskan seluruh pakaian yang melekat ditubuh Rara Jingga, Kemudian tangan itu merogoh kebawah,“Aaaiiuuhh..eessttt” Rara Jingga mendesis.Tak terperikan kenikmatan yang mendatanginya. Rara Jingga tak mampu menahan getaran jiwa dan raganya. Rara Jingga merasakan bagaikan melay
Baru sepenanak nasi, wajah Blorong tiba-tiba saja berubah memerah, ternyata benar dugaannya, suara yang tadi didengarnya adalah suara rintihan dan desahan dari dalam kamar, dan tentu saja Blorong memang sudah tak asing lagi dengan suara seperti itu.“Sialan, rupanya Rara Jingga memanfaatkan ajian semar mesemku kepada Gusti Yudha” batin Blorong menyadari kalau tengah terjadi pergulatan birahi didalam kamar yang ditempati oleh Bintang dan Blorong yakin yang menjadi lawan bercintanya adalah Rara Jingga.Ingin pergi, tapi Blorong tidak melakukannya, entah kenapa Blorong tetap ingin terus mendengarkan apa yang terjadi didalam kamar tersebut.Sementara itu didalam kamar, Bintang terus menggumuli tubuh polos Rara Jingga. Bintang terlihat begitu menikmati rintihan yang terus keluar dari bibir Rara Jingga.Di luar, terlihat sosok Blorongpun tampak terkapar bersender pada dinding pintu, terlihat keadaan pakaian Blorong yang sudah tidak
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig