Baru sepenanak nasi, wajah Blorong tiba-tiba saja berubah memerah, ternyata benar dugaannya, suara yang tadi didengarnya adalah suara rintihan dan desahan dari dalam kamar, dan tentu saja Blorong memang sudah tak asing lagi dengan suara seperti itu.
“Sialan, rupanya Rara Jingga memanfaatkan ajian semar mesemku kepada Gusti Yudha” batin Blorong menyadari kalau tengah terjadi pergulatan birahi didalam kamar yang ditempati oleh Bintang dan Blorong yakin yang menjadi lawan bercintanya adalah Rara Jingga.
Ingin pergi, tapi Blorong tidak melakukannya, entah kenapa Blorong tetap ingin terus mendengarkan apa yang terjadi didalam kamar tersebut.
Sementara itu didalam kamar, Bintang terus menggumuli tubuh polos Rara Jingga. Bintang terlihat begitu menikmati rintihan yang terus keluar dari bibir Rara Jingga.
Di luar, terlihat sosok Blorongpun tampak terkapar bersender pada dinding pintu, terlihat keadaan pakaian Blorong yang sudah tidak
“Hikmah.. Apa ada hikmah dari semua ini gusti ?!” tanya Rara Jingga dengan bingung.“Kalau bukan karena Blorong menggunakan ajian semar mesemnya, apa kita bisa seperti ini Rara Jingga” ucap Bintang tersenyum. Wajah Rara Jingga seketika berubah mendengar hal itu, tapi kemudian bibir indahnya ikut tersenyum. Karena apa yang dikatakan oleh Bintang memang benar adanya. Kalau saja bukan karena Blorong menggunakan ajian semar mesemnya, apa Rara Jingga bisa menikmati kenikmatan bersama Bintang malam tadi. Karena itulah Rara Jingga akhirnya kembali menjatuhkan dirinya kepelukan Bintang.Tapi baru sebentar, Rara Jingga kembali mengangkat wajahnya dan menatap kearah Bintang seraya berkata ; “Apa gusti mau sarapan, biar Rara Jingga yang ambilkan dibawah”“Ragaku tidak lapar Rara Jingga, tapi...” Bintang menghentikan ucapannya seraya membalik tubuh Rara Jingga kesamping tubuhnya, hingga kini sosok Bintang yan
Dari pergulatan birahi antara Bintang dan Rara Jingga, kita melompat kebagian bawah penginapan itu, dimana penginapan itu memang terdiri dari dua lantai, satu lantai digunakan sebagai tempat makan atau warung, sedangkan dibagian atas digunakan sebagai tempat menginap.Di salah satu meja makan, terlihat sosok jelita Blorong yang tengah duduk menunggu pesanannya, tak ada seorangpun yang terlihat ditempat itu kecuali Blorong, karena hujan yang terjadi sehingga tak ada orang lain yang mampir kewarung makan itu.Blorong sendiri tampak terdiam ditempatnya, entah karena menunggu pesanannya datang atau apa, tapi yang jelas terlihat tatapan tajamnya mengarah kedepan warung dimana pemandangan hujan tampak terjadi, tapi yang paling menarik ada kedua daun telinga Blorong yang sejak tadi bergerak-gerak dengan sendirinya.“Sial.. bercinta lagi mereka.. uggghhh!” batin Blorong dengan wajah kesal. Rupanya saat ini Blorong tengah menggunakan aji Sadapswara,
Hal ini pula yang membuat Rara Jingga terlihat sangat terburu-buru untuk menyiapkan makanan untuk Bintang, Rara Jingga sudah sangat tidak sabar untuk kembali ke kamar menemui Bintang. Tapi baru beberapa undakan tangga yang dinaiki oleh Rara Jingga, tiba-tiba saja Rara Jingga menghentikan langkahnya.Di beberapa undakan tangga diatasnya, tampak berdiri sosok jelita Blorong, hal inilah yang membuat langkah Rara Jingga terhenti. Untuk sesaat keduanya saling pandang, tapi kemudian Rara Jingga kembali melanjutkan langkah.Saat berpapasan, keduanya masih saling bertatapan dengan penuh arti. Hingga akhirnya sosok Rara Jingga melewati Blorong.“Jangan ingin menikmati kesenangan sendiri Rara Jingga” tiba-tiba saja terdengar suara Blorong dibelakangnya yang langsung membuat langkah Rara Jingga terhenti, sosok Rara Jingga tampak berbalik kearah Blorong.“Apa maksudmu Blorong ?!”“Kura-kura dalam perahu, jangan pura-pura tidak tah
Hiaaah..! Hiaaah..! Hiaaah..!Wutttt.. wuttt.. wuttt..!Belasan orang sosok Blorong langsung menyerang kearah Rara Jingga yang sudah siap menyambutnya. Kini terjadilah pertarungan yang tak seimbang diantara keduanya, sosok seorang Rara Jingga tampak dikeroyok oleh belasan orang sosok Blorong, tapi hebatnya, Rara Jingga terlihat tak gentar sedikitpun, kualitas sebagai seorang dayang utama Ratu Samudra diperlihatkan oleh Rara Jingga.Gerakannya gesit dan bertenaga, menghindari dan balas menyerang kearah setiap sosok Blorong yang datang kearahnya.Debbb..! Debbb..! Debbb..!Pertarungan berlangsung dengan sengit, Rara Jingga seperti memiliki 4 mata dikepalanya, dua didepan dan dua dibelakang, sehingga setiap serangan beruntun yang dilancarkan oleh bayangan-bayangan Blorong mampu diatasinya, tapi Rara Jingga juga menyadari tak selamanya dirinya harus menghindar dan menepis serangan lawannya, dia harus segera mengatasi serangan lawannya kalau tak ingin t
Blepp..!Tepat disaat selendang jingga itu menghantam tubuh Blorong. Sosok Blorong tiba-tiba saja menghilang dari pandangan hingga selendang Rara Jingga hanya menghantam tempat kosong. Melihat hal itu, Rara Jingga segera menarik kembali selendangnya.“Ilmu halimun” batin Rara Jingga mengenali jurus lawannya, menyadari lawan menggunakan ilmu halimun, Rara Jingga kembali menyampirkan selendang jingganya di pinggang. setelah itu, Rara Jingga kembali mengedarkan pandangannya yang tajam dengan ajian mata naganya.Blepp..!Tiba-tiba saja sosok Blorong sudah muncul dibelakang Rara Jingga dan langsung melancarkan serangan dahsyatnya kepada Rara Jingga.Plaakkk!Tapi Rara Jingga bergerak cepat memapaki serangan tersebut.Blepp..!Lagi-lagi sosok Blorong menghilang dari pandangan.Blepp..!Dan tau-tau sudah kembali muncul dari arah sebelah kiri Rara Jingga seraya kembali melancarkan se
Graauuummm !Rara Jingga yang melihat hal itu tampak tak gentar sedikitpun, karena sepertinya Rara Jingga memang sudah mengetahui tentang ksatria-ksatria istana alam lelembut yang memiliki kemampuan berubah wujud.Rara Jingga membuka kuda-kuda dan kemudian memainkan jurus dengan kedua tangan membentuk cakar. Angin yang berhembus ditempat itu secara perlahan mulai bertiup kencang. Bahkan secara perlahan angin yang berhembus terlihat mengikuti gerakan kedua tangan Rara Jingga.Angin yang sejak tadi terlihat mengikuti gerakan Rara Jingga, kini tampak membentuk sebuah bayangan yang semakin lama semakin terlihat jelas, bayangan seekor naga raksasa. Jurus ‘Naga Angin’, salah satu dari 5 jurus Naga Penakluk telah dikerahkan oleh Rara Jingga.Rara Jingga tampak menghentikan gerakannya saat bentuk naga raksasa yang tercipta dari angin itu terbentuk sempurna, bayangan Naga Angin tersebut tampak terbang diatas kepala Rara Jingga.
“Harimau Yudha, heeaaa!” Blorong mendorong telapak tangan kanannya kedepan, dari telapak tangan kanan Blorong keluar bayangan seekor harimau berwarna putih. Rupanya Blorong telah mengerahkan pukulan sakti Harimau Yudha.Menghadapi pukulan Harimau Yudha yang dahsyat biasanya sang lawan berusaha menghindar. Tapi Rara Jingga tak gentar. Saat tubuh berselaput ajian maha sakti, kesadaran tak lagi dapat dimiliki sepenuhnya, tubuh dapat bergerak sendiri tanpa kendali, menyerang secara penuh ke lawan yang dituju. Dalam satu tarikan nafas, tiba-tiba tubuh Rara Jingga melesat kedepan, dalam kecepatan laksana kilat tubuh Rara Jingga bergerak penuh tenaga. Kedua tangan yang mengembang telah merubah gerak menjadi jurus yang sangat yang menakutkan.“Gelombang Laut Merah, khaaa..!Rara Jingga berteriak keras seraya mendorong kedua telapak tangannya kedepan, dan ; Weerrr..!Segelombang cahaya merah memancar panjang da
"Huaghh!!"Tapi hampir bersamaan dari mulut keduanya darah kental hitam kemerahan tersembur keluar, Rara Jingga dan Blorong sama-sama jatuh terduduk ditempatnya. Terlihat pakaian yang keduanya kenakan sudah robek disana sini hingga menampilkan tubuh indah keduanya.Blorong terlihat lebih dulu mencoba untuk bangkit lebih dulu dengan lutut goyah, tapi setelah mengumpulkan segenap kekuatannya, Blorong akhirya mampu berdiri dengan kedua kakinya. Blorong terlihat ingin kembali melanjutkan pertarungan mereka dengan menghimpun kekuatan.“Hentikan Nyimas Dewi Anggatri..!” terdengar suara terbata-bata dari Rara Jingga tanpa sanggup mengangkat kepalanya menatap kearah Blorong, ucapan Rara Jingga justru membuat kedua mata Blorong tampak membesar melotot, wajahnya terlihat pucat pasi seperti baru saja melihat sesuatu yang sangat menakutkan. Rara Jingga sendiri tampak secara perlahan mengangkat wajahnya, dapat dilihat bagaimana sekujur wajah jelita Rara Jingga di