“Rara Jingga” tegur Bintang pelan, menyadarkan Rara Jingga yang masih bertatapan dengan Blorong.
“Oh iya gusti.. Ratu tidak hanya memerintahkan hamba untuk mengantarkan gusti ke Gunung Halimun, tapi Ratu juga menyuruh hamba untuk membantu gusti menyelamatkan teman gusti dari sekapan Raja Siluman Buaya” jelas Rara Jingga. Sejenak Bintang terdiam mendengar hal itu.
“Tapi penyelamatan kali ini akan sangat berbahaya gusti, bisa-bisa nyawa Rara Jingga tidak akan selamat” ucap Blorong dengan cepat mencoba meyakinkan Bintang.
“Kau tenang saja Blorong, kami dari istana dasar samudra tak pernah gentar dengan bahaya apapun” ucap Rara Jingga dengan keras. Sejenak Rara Jingga mengalihkan pandangannya kearah Bintang. “Bahkan kami rela berkorban nyawa demi melindungi Gusti Manggala” sambung Rara Jingga lagi.
Kedua wanita cantik ini tampak terus saling jawab, berdebat dengan pendapatn
Malam itu, Bintang dan rombongannya kemalaman disebuah kadipaten, hingga akhirnya Bintang memutuskan untuk mencari penginapan untuk beristirahat, Bintang memilih sebuah penginapan yang berada diujung jalan. Bintang memesan dua kamar, satu kamar untuk dirinya dan satu kamar lagi untuk Blorong dan Rara Jingga. Bintang sengaja melakukan hal itu, agar Blorong dan Rara Jingga bisa saling akur dan tidak lagi ribut mencari perhatiannya. Rupanya selama beberapa hari ini, bukannya Bintang tidak mengetahui persaingan kedua dalam mencari perhatiannya, terutama Blorong, sedangkan Rara Jingga lebih banyak mencoba menghalang-halangi tindakan Blorong.Tapi tindakan Bintang dengan memesankan satu kamar untuk keduanya agar keduanya bisa lebih saling mengenal dan berbaikan, salah. Persaingan keduanya membuat Rara Jingga memilih untuk tidak tidur dikamar, Rara Jingga terlihat berdiri didepan pintu kamar Bintang, Rara Jingga terlihat berjaga-jaga didepan pintu kamar itu. Sementara Blorong yang m
“Rupanya dia ingin mencoba main belakang” batin Rara Jingga tersenyum sinis. Tingkat kebatinannya yang tinggi memuat Rara Jingga merasakan sesuatu yang tidak beres tengah terjadi. Rara Jingga kemudian terlihat mengangkat satu tangannya didepan dada secara vertikal dan memejamkan mata, bibir tipis indah Rara Jingga terlihat berkomat kamit membaca sesuatu, tak terlalu lama, Rara Jingga kemudian sudah membuka kedua matanya.“Ini ajian pemikat semar mesem” batin Rara Jingga lagi mengenali apa yang saat ini tengah dikerahkan oleh Blorong. “Aku harus membentengi tubuh Gusti Manggala agar tidak terpengaruh dengan ajian pemikat ini” sambung batin Rara Jingga lagi seraya bangkit dari tempat duduknya berada.Tanpa menunggu waktu lagi, Rara Jingga segera menerobos masuk kedalam kamar dimana tempat Bintang berada, tak lupa Rara Jingga mengunci pintu kamar itu dari dalam. Dengan sedikit tergesa-gesa Rara Jingga segera menuju kea
“Apakah tidak ada cara untuk mengatasinya, Rara Jingga ?”“Ada gusti”“Apa ?!”“Gusti harus menyalurkan nafsu birahi gusti sampai tuntas” ucap Rara Jingga dengan wajah sedikit memerah.“Maksudmu, aku harus bercinta dengan Blorong malam ini ?”“Tidak gusti..!” ucap Rara Jingga cepat membantah ucapan Bintang. “Hamba tidak akan membiarkan gusti melakukan hal itu” sambung Rara Jingga lagi.“Lalu bagaimana, Rara Jingga ?” tanya Bintang bingung.Bukannya menjawab apa yang ditanyakan Bintang, Rara Jingga tiba-tiba saja memeluk leher Bintang dengan kedua tangannya dan menariknya kebawah, Rara Jingga terbaring diatas kasur, sedangkan Bintang yang tadi ikut tertarik kebawah kini sudah berada diatasnya.“Hamba yang akan menemani gusti malam ini.. tidak akan hamba biarkan gusti bercinta dengan Blorong” ucap Rara Jingga dengan tegas d
Tak mau menunggu lama, Bintang tundukkan wajahnya, Rara Jingga terlihat memejamkan kedua matanya dengan merekahkan bibirnya, siap menyambut lumatan bibir Bintang pada bibirnya,“Ufffhh.” dua bibir bertemu dalam satu lumatan birahi. Sambil melumat, tangan Bintang juga merambah tubuh Rara Jingga. Jari-jari Bintang mulai melepasi pakaian yang dikenakan oleh Rara Jingga. Rara Jingga dapat merasakan remasan jari Bintang pada buah dadanya.”Uuhh” Rara Jingga mendesah tak tertahankan. Menggelinjang dan menggeliat-geliat nikmat. Bibir Bintang melumat, dan Rara Jingga menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total.Kedua tangan Bintang dengan cepat melepaskan seluruh pakaian yang melekat ditubuh Rara Jingga, Kemudian tangan itu merogoh kebawah,“Aaaiiuuhh..eessttt” Rara Jingga mendesis.Tak terperikan kenikmatan yang mendatanginya. Rara Jingga tak mampu menahan getaran jiwa dan raganya. Rara Jingga merasakan bagaikan melay
Baru sepenanak nasi, wajah Blorong tiba-tiba saja berubah memerah, ternyata benar dugaannya, suara yang tadi didengarnya adalah suara rintihan dan desahan dari dalam kamar, dan tentu saja Blorong memang sudah tak asing lagi dengan suara seperti itu.“Sialan, rupanya Rara Jingga memanfaatkan ajian semar mesemku kepada Gusti Yudha” batin Blorong menyadari kalau tengah terjadi pergulatan birahi didalam kamar yang ditempati oleh Bintang dan Blorong yakin yang menjadi lawan bercintanya adalah Rara Jingga.Ingin pergi, tapi Blorong tidak melakukannya, entah kenapa Blorong tetap ingin terus mendengarkan apa yang terjadi didalam kamar tersebut.Sementara itu didalam kamar, Bintang terus menggumuli tubuh polos Rara Jingga. Bintang terlihat begitu menikmati rintihan yang terus keluar dari bibir Rara Jingga.Di luar, terlihat sosok Blorongpun tampak terkapar bersender pada dinding pintu, terlihat keadaan pakaian Blorong yang sudah tidak
“Hikmah.. Apa ada hikmah dari semua ini gusti ?!” tanya Rara Jingga dengan bingung.“Kalau bukan karena Blorong menggunakan ajian semar mesemnya, apa kita bisa seperti ini Rara Jingga” ucap Bintang tersenyum. Wajah Rara Jingga seketika berubah mendengar hal itu, tapi kemudian bibir indahnya ikut tersenyum. Karena apa yang dikatakan oleh Bintang memang benar adanya. Kalau saja bukan karena Blorong menggunakan ajian semar mesemnya, apa Rara Jingga bisa menikmati kenikmatan bersama Bintang malam tadi. Karena itulah Rara Jingga akhirnya kembali menjatuhkan dirinya kepelukan Bintang.Tapi baru sebentar, Rara Jingga kembali mengangkat wajahnya dan menatap kearah Bintang seraya berkata ; “Apa gusti mau sarapan, biar Rara Jingga yang ambilkan dibawah”“Ragaku tidak lapar Rara Jingga, tapi...” Bintang menghentikan ucapannya seraya membalik tubuh Rara Jingga kesamping tubuhnya, hingga kini sosok Bintang yan
Dari pergulatan birahi antara Bintang dan Rara Jingga, kita melompat kebagian bawah penginapan itu, dimana penginapan itu memang terdiri dari dua lantai, satu lantai digunakan sebagai tempat makan atau warung, sedangkan dibagian atas digunakan sebagai tempat menginap.Di salah satu meja makan, terlihat sosok jelita Blorong yang tengah duduk menunggu pesanannya, tak ada seorangpun yang terlihat ditempat itu kecuali Blorong, karena hujan yang terjadi sehingga tak ada orang lain yang mampir kewarung makan itu.Blorong sendiri tampak terdiam ditempatnya, entah karena menunggu pesanannya datang atau apa, tapi yang jelas terlihat tatapan tajamnya mengarah kedepan warung dimana pemandangan hujan tampak terjadi, tapi yang paling menarik ada kedua daun telinga Blorong yang sejak tadi bergerak-gerak dengan sendirinya.“Sial.. bercinta lagi mereka.. uggghhh!” batin Blorong dengan wajah kesal. Rupanya saat ini Blorong tengah menggunakan aji Sadapswara,
Hal ini pula yang membuat Rara Jingga terlihat sangat terburu-buru untuk menyiapkan makanan untuk Bintang, Rara Jingga sudah sangat tidak sabar untuk kembali ke kamar menemui Bintang. Tapi baru beberapa undakan tangga yang dinaiki oleh Rara Jingga, tiba-tiba saja Rara Jingga menghentikan langkahnya.Di beberapa undakan tangga diatasnya, tampak berdiri sosok jelita Blorong, hal inilah yang membuat langkah Rara Jingga terhenti. Untuk sesaat keduanya saling pandang, tapi kemudian Rara Jingga kembali melanjutkan langkah.Saat berpapasan, keduanya masih saling bertatapan dengan penuh arti. Hingga akhirnya sosok Rara Jingga melewati Blorong.“Jangan ingin menikmati kesenangan sendiri Rara Jingga” tiba-tiba saja terdengar suara Blorong dibelakangnya yang langsung membuat langkah Rara Jingga terhenti, sosok Rara Jingga tampak berbalik kearah Blorong.“Apa maksudmu Blorong ?!”“Kura-kura dalam perahu, jangan pura-pura tidak tah