Bintang kembali menolehkan pandangannya kearah Ratu Dewi Kencana yang masih tampak terdiam ditempat duduknya berada.
“Gusti Yudha pasti sangat lelah setelah menempuh perjalanan jauh, beristirahatlah untuk malam ini disini Gusti Yudha, saya akan mencoba mencari informasi tentang hal ini.” ucap Putri Aura Kencana lagi. Kali ini Putri Aura Kencana tidak lagi mengirimkan suara batinnya, melainkan berbicara dengan lantang.
Wajah jelita Ratu Dewi Kencana terlihat berubah dan langsung memalingkan pandangannya kearah Putri Aura Kencana, dalam tatapannya seperti mengandung arti yang hanya bisa dimengerti oleh keduanya.
“Baiklah! Saya akan menginap semalam disini.. tolong putri carikan informasi yang berkaitan dengan Raja Siluman Buaya”
“Baik Gusti Yudha” jawab Putri Aura Kencana lagi dengan cepat seraya tersenyum.
Sepeninggal Bintang dan Rara Jingga.
“Kau jangan macam-macam dengan <
Ke-4nya tampak berhenti didepan pintu kamar, dimana didepan pintu kamar juga tampak berjaga dua orang prajurit Ksatria Istana Lelembut. Kedua penjaga pintu kamar inipun dengan cepat menjura hormat kepada Bintang .“Putri Aura Kencana sudah menunggu Gusti Yudha didalam.. Silahkan masuk Gusti Yudha” ucap salah seorang penjaga pintu kamar seraya membukakan pintu kamar, Bintang mengangguk dan segera melangkah, Rara Jingga yang ada dibelakangnyapun ikut melangkah kedepan, tapi ;“Maaf.. Putri Aura Kencana hanya membolehkan Gusti Yudha yang masuk” ucap salah seorang prajurit Ksatria Istana Lelembut menahan tubuh Rara Jingga. Bintang yang ada didepan ikut menghentikan langkah melihat hal itu.“Tidak apa-apa Rara Jingga, tunggulah disini!” ucap Bintang tersenyum kearah Rara Jingga. Hal ini membuat mau tak mau Rara Jingga terpaksa harus menuruti apa yang diperintahkan oleh Bintang.Bintang sendiri sege
Glek..!Bintang meneguk ludah melihat sosok indah Putri Aura Kencana dalam pandangannya. Sosok Putri Aura Kencana benar-benar begitu indah dalam pandangan Bintang. Putri Aura Kencana justru terlihat tersenyum melihat hal itu.Sesaat keduanya saling memandang satu sama lain.“Apakah gusti benar-benar ingin informasi tentang cara masuk ke alam lelembut siluman buaya ?!” tanya ucap Putri Aura Kencana dengan lembutnya, seperti disengaja saat berkata seperti itu Putri Aura Kencana mendenguskan nafasnya yang harum sedikit keras kewajah Bintang. Bintang tak mampu berkata apa-apa kecuali menganggukkan kepalanya.“Tapi ada syarat yang harus gusti penuhi terlebih dahulu” ucap Putri Aura Kencana lagi dengan tersenyum nakal.“Katakan!” jawab Bintang singkat.Putri Aura Kencana tersenyum, dan ;“Gusti harus bisa memuaskan hasratku” ucap Putri Aura Kencana dengan senyum nakalnya lagi. Bintang te
Wajah Rara Jingga memang sudah memerah seperti kepiting rebus, karena mendengar suara rintihan dan desahan penuh kenikmatan dari dalam kamar yang Rara Jingga yakini berasal dari percumbuhan Putri Aura Kencana dan Gusti Yudhanya. Hal inilah yang membuat tubuh Rara Jingga bergetar, nafasnya terlihat tersengal-sengal tak menentu, keringat dingin tampak membanjiri wajah dan tubuhnya, bahkan tiba-tiba saja kedua lutut Rara Jingga terlihat goyah dan ;Brukkh..!Rara Jingga tak kuat lagi menopang berat tubuhnya, hingga tubuhnya langsung terjatuh kebawah, nafasnya terlihat sudah keluar satu persatu, seperti ikan yang kekurangan air, dari kepalanya terlihat samar-samar terlihat asap putih keluar, bahkan wajah Rara Jingga terlihat semakin memerah.Tak kuat menahan dirinya, Rara Jingga tiba-tiba saja bangkit dan berlari sekuat tenaganya meninggalkan tempat itu, diiringi senyum dan tawa para prajurit penjaga pintu kamar yang menatap kearah kepergiannya.Rara
“Apa kau bisa membantu Gusti Yudha, Blorong ?”“Bisa putri, saya memiliki cara untuk masuk ke alam lelembut siluman buaya.”“Bagus.. Ku jamin kau takkan menyesal karena membantu Gusti Yudha, Blorong” ucap Putri Aura Kencana.“Memangnya kenapa putri ?” tanya Blorong dengan bingung, bukan menjawab apa yang ditanyakan Blorong kepadanya, Putri Aura Kencana justru terlihat tersenyum, lalu Putri Aura Kencana terlihat menyorongkan kaki kanannya yang jenjang kearah Blorong dan menyingkapkan kain dibagian pangkal pahanya.Wajah Blorong terlihat kembali berubah bahkan memerah saat melihat bekas-bekas merah disepanjang pangkal paha Putri Aura Kencana yang tentu saja Blorong mengetahui kalau bekas-bekas merah itu adalah bekas cupangan, wajah Blorong kembali semakin berubah memerah saat Putri Aura Kencana memperlihatkan dibagian atas kedua gunung kembarnya yang juga banyak bekas-bekas merah, yang terakh
Blorong sendiri langsung berbalik dan menekuk kaki kanannya sedang lutut kirinya menyentuh tanah dengan kedua telapak tangan yang menyatu didepan dada.“Blorong memberi hormat pada Ratu” ucap Blorong kepada sosok yang kini sudah melangkah mendekat kearah mereka.“Nyimas” Putri Aura Kencana ikut menjura hormat dengan merendahkan sedikit tubuhnya. Rupanya sosok yang baru saja datang tersebut adalah Ratu Dewi Kencana.Ratu Dewi Kencana sendiri terus melangkah melewati Blorong, Putri Aura Kencana sendiri tampak langsung memberikan jalan untuk kakaknya tersebut. Ratu Dewi Kencana kemudian duduk dikursi yang ada diruangan tersebut. Sementara Blorong masih dalam posisi menghormat, hanya kini berbalik arah menghadap kearah Ratu Dewi Kencana yang sudah duduk dikursi.“Bangunlah Blorong” ucap Ratu Dewi Kencana dengan penuh wibawanya. Blorongpun mengakhiri sikap hormatnya dan kembali duduk dihadapan Ratu Dewi Kencana dan Putri Aur
“Rara Jingga” tegur Bintang pelan, menyadarkan Rara Jingga yang masih bertatapan dengan Blorong.“Oh iya gusti.. Ratu tidak hanya memerintahkan hamba untuk mengantarkan gusti ke Gunung Halimun, tapi Ratu juga menyuruh hamba untuk membantu gusti menyelamatkan teman gusti dari sekapan Raja Siluman Buaya” jelas Rara Jingga. Sejenak Bintang terdiam mendengar hal itu.“Tapi penyelamatan kali ini akan sangat berbahaya gusti, bisa-bisa nyawa Rara Jingga tidak akan selamat” ucap Blorong dengan cepat mencoba meyakinkan Bintang.“Kau tenang saja Blorong, kami dari istana dasar samudra tak pernah gentar dengan bahaya apapun” ucap Rara Jingga dengan keras. Sejenak Rara Jingga mengalihkan pandangannya kearah Bintang. “Bahkan kami rela berkorban nyawa demi melindungi Gusti Manggala” sambung Rara Jingga lagi.Kedua wanita cantik ini tampak terus saling jawab, berdebat dengan pendapatn
Malam itu, Bintang dan rombongannya kemalaman disebuah kadipaten, hingga akhirnya Bintang memutuskan untuk mencari penginapan untuk beristirahat, Bintang memilih sebuah penginapan yang berada diujung jalan. Bintang memesan dua kamar, satu kamar untuk dirinya dan satu kamar lagi untuk Blorong dan Rara Jingga. Bintang sengaja melakukan hal itu, agar Blorong dan Rara Jingga bisa saling akur dan tidak lagi ribut mencari perhatiannya. Rupanya selama beberapa hari ini, bukannya Bintang tidak mengetahui persaingan kedua dalam mencari perhatiannya, terutama Blorong, sedangkan Rara Jingga lebih banyak mencoba menghalang-halangi tindakan Blorong.Tapi tindakan Bintang dengan memesankan satu kamar untuk keduanya agar keduanya bisa lebih saling mengenal dan berbaikan, salah. Persaingan keduanya membuat Rara Jingga memilih untuk tidak tidur dikamar, Rara Jingga terlihat berdiri didepan pintu kamar Bintang, Rara Jingga terlihat berjaga-jaga didepan pintu kamar itu. Sementara Blorong yang m
“Rupanya dia ingin mencoba main belakang” batin Rara Jingga tersenyum sinis. Tingkat kebatinannya yang tinggi memuat Rara Jingga merasakan sesuatu yang tidak beres tengah terjadi. Rara Jingga kemudian terlihat mengangkat satu tangannya didepan dada secara vertikal dan memejamkan mata, bibir tipis indah Rara Jingga terlihat berkomat kamit membaca sesuatu, tak terlalu lama, Rara Jingga kemudian sudah membuka kedua matanya.“Ini ajian pemikat semar mesem” batin Rara Jingga lagi mengenali apa yang saat ini tengah dikerahkan oleh Blorong. “Aku harus membentengi tubuh Gusti Manggala agar tidak terpengaruh dengan ajian pemikat ini” sambung batin Rara Jingga lagi seraya bangkit dari tempat duduknya berada.Tanpa menunggu waktu lagi, Rara Jingga segera menerobos masuk kedalam kamar dimana tempat Bintang berada, tak lupa Rara Jingga mengunci pintu kamar itu dari dalam. Dengan sedikit tergesa-gesa Rara Jingga segera menuju kea