“Luar biasa.” ucap Gadys tanpa sadar. Bahkan kedua mata nenek pertapa sampai berpedar-pedar melihatnya.
Swoshh! Swoshh..!! Swoshh...!
Bintang kembali menutup aura pedangnya hingga cahaya gemerlap di Pedang Bintang Angkasanya lenyap.
Cring!
Kembali Bintang memasukkan Pedang Bintang Angkasa kedalam warangkanya.
“Kenapa bisa seperti itu pedangmu?!” tanya nenek pertapa dengan bingung.
“Saya menyalurkan aura pedang hingga pedang saya bisa memancarkan cahaya gemerlap” jelas Bintang.
“Aura pedang... apa itu?!” tanya nenek pertapa tak mengerti. Bintang kemudian tampak mengarahkan telapak tangannya kedepan, sebatang besi berukuran pendek tampak terbang melayang kearah Bintang.
Tapp! Bintang menangkapnya
“Sebuah benda biasa seperti ini bila dialiri aura pedang.” ucap Bintang seraya menyalurkan aura pedangnya ke besi pendek ditangannya, dari tangan Bintan
Wuutt...! Bintang melemparkan besi pendek ditangannya kearah sebatang pohon yang ada disebelah kanannya.Dhuarrr!Sebuah ledakan dahsyat terjadi saat besi pendek itu menghantam batang pohon tersebut hingga hancur berantakan. Ditempatnya nenek pertapa dan Gadys tentu saja sangat kaget melihat hal itu.“Sebuah benda biasa bila dialiri dengan aura pedang akan menjadi senjata terkuat didunia.. Semua senjata yang tak dialiri dengan aura pedang tidak akan menang bila bertemu dengan senjata yang sudah dialiri aura pedang.. dapat dibayangkan bila besi biasa seperti ini saja bisa menjadi senjata terkuat dengan aura pedang, apalagi bila senjata itu memiliki kekuatan dahsyat dan dialiri aura pedang, senjata itu akan menjadi senjata terkuat diatas yang terkuat” ucap Bintang menjelaskan kepada nenek pertapa dan Gadys. Keduanya terpana, terperangah kagum dengan penjelasan Bintang.“Hebat sekali aura pedang itu! Gadys, kau bilang pedang batu petir
“Bidadari Pulau Ular... jangan-jangan dia murid dari nenek ular dari pulau ular” ucap nenek pertapa lagi.“Benar nek” ucap Bintang dan tampak wajah nenek pertapa mengangguk-angguk, tapi sesaat kemudian paras nenek pertapa sudah kembali berubah.“Tadi kau bilang, Bidadari Pulau Ular adalah istrimu..?”“Benar nek... saya memiliki beberapa orang istri” jawab Bintang hingga membuat nenek pertapa berpaling kearah Gadys.“Gadys sudah tau nek” ucap Gadys mengerti arti tatapan nenek pertapa padanya.“Dan kau masih mau menjadi istrinya?” tanya nenek pertapa dengan kening berkerut.“Iya nenek guru... Gadys cinta sama kang Bintang, Gadys tak perduli kang Bintang sudah beristri atau belum” ucap Gadys dengan mantap. Mendengar hal itu nenek pertapa hanya geleng-geleng kepala.“Jika memang begitu jalannya.. mau bagaimana lagi” ucap nenek
Gadys terlihat bangkit dan berjalan kearah meja riasnya seraya duduk. Satu demi satu dilepasnya perhiasan yang menghiasi rambutnya. Sementara itu Bintang sendiri terlihat mulai melepaskan pakaiannya dan dalam sekejap Bintang kini hanya mengenakan celana panjangnya saja. Sementara itu Gadys sudah selesai melepaskan seluruh perhiasan yang dikenakannya, yang tersisa hanya pakaian sebatas dada yang melekat ditubuhnya.Gadys bangkit dan mulai berjalan kearah Bintang dengan wajah tersenyum, begitu berada dekat dengan Bintang, didorongnya tubuh Bintang hingga kini Bintang terbaring diatas ranjang penganten mereka, Gadys sendiri naik mendaki diatas tubuh Bintang.“Ini adalah malam pengantin kita kakang.. mari kita jadikan malam ini menjadi malam yang paling berkesan”. ucap Gadys lagi seraya menundukkan wajahnya, diciumnya dengan lembut kening Bintang, dari kening menjalar kekedua mata Bintang, dari mata ciuman Gadys berlabuh di hidung Bintang dan akhirnya mendarat
BLAMBANG SEWU...!Sebuah kerajaan besar yang wilayah kekuasaannya cukup luas. Saat ini, di Jawa Dwipa hanya Setyo Kencana yang bisa menandingi kebesaran nama Blambang Sewu. Di rajai oleh seorang Gusti Prabu Blambang Sewu II yang baru saja naik tahta setelah Gusti Prabu sebelumnya tewas karena bertarung dengan Ksatria Pengembara. Untuk mengetahui tentang tewasnya Gusti Prabu Blambang Sewu dalam pertarungan menghadapi Ksatria Pengembara, baca chapter 78 (Aura Iblis).Setelah kekalahan dalam perang besar yang dipimpin oleh Blambang Sewu dan para sekutunya untuk meruntuhkan kebesaran nama Setyo Kencana, ditambah dengan tewasnya Gusti Prabu Blambang Sewu, hal ini menimbulkan rasa dendam yang amat sangat bagi orang-orang Blambang Sewu kepada Setyo Kencana, diam-diam Blambang Sewu mulai kembali menggalang kekuatan dengan meminta bantuan kerajaan-kerajaan negara tetangga untuk menambah kekuatan tempur mereka. Hal inilah yang dilakukan oleh Gusti Prabu
Sementara itu disebelah barat kotaraja, terlihat istana Blambang Sewu yang megah dan indah, pintu gerbang yang sangat besar dan kokoh terlihat dijaga dengan sangat ketat oleh para prajurit, siapapun yang keluar masuk istana harus melalui pemeriksaan. Di dalam istana, juga terlihat barisan prajurit yang berjaga disetiap sudut ruangan. Salah satunya adalah ruangan aula kerajaan, dimana saat ini Gusti Prabu Blambang Sewu tengah memimpin rapat dengan para pejabat kerajaan Blambang Sewu. Terlihat sosok Gusti Prabu Blambang Sewu yang gagah perkasa tengah duduk disinggasana kebesarannya. Seorang laki-laki berperawakan keras, gagah perkasa, dengan kumis tipis menghiasi wajahnya, tidak mengenakan pakaian dibagian atasnya, hanya celana dan hiasan-hiasan mewah seperti layaknya seorang raja, dengan mahkota emas dikepalanya, dia adalah Gusti Prabu Blambang Sewu yang baru, pengganti Gusti Prabu Blambang Sewu sebelumnya yang telah tewas.Di sebelah singgasana Gusti Prabu Blambang Sewu, tamp
Saat pertemuan itu sedang berlangsung, tiba-tiba saja seorang prajurit datang menghadap.“Sembah hormat saya, Gusti Prabu” ucap prajurit itu lagi dihadapan, Gusti Prabu Blambang Sewu dan yang lain.“Ada apa?!”“Rombongan Kesultanan Malaka telah tiba di dermaga pelabuhan, Gusti Prabu” ucap prajurit itu lagi hingga membuat wajah Gusti Prabu Blambang Sewu dan orang-orang yang ada ditempat itu langsung berubah.“Jonggrang, segera persiapkan penyambutan untuk mereka.”“Baik Gusti Prabu”-o0o-Prajurit Blambang Sewu bergerak cepat, disepanjang jalan kotaraja berdiri ratusan orang prajurit Blambang Sewu dengan rapi hingga sampai dermaga pelabuhan, hal ini tentu saja menjadi tanda tanya bagi para penduduk ibukota, mereka menduga ada tamu penting yang datang dari arah dermaga. Hal ini dapat dilihat dari cara penyambutan yang dilakukan oleh Blambang Sewu. Hal ini pula yang kem
MALAM ITU. Rembulan sedikit bersinar redup, karena memang malam itu bulan hanya tampak berbentuk bulan sabit, tapi keremangan malam itu tak menghalangi segala aktifitas keramaian yang terjadi di ibukota raja Blambang Sewu, semakin malam jalanan kotaraja mulai sepi melenggang, hanya beberapa saja tampak aktifitas yang masih terjadi, beberapa rombongan prajurit tampak masih berlalu lalang melakukan ronda.Sesosok yang mengenakan pakaian serba putih dengan kerudung putih dikepalanya tampak melangkah dijalan ibukota ditengah malam, dibelakangnya, tampak pula sosok seorang laki-laki muda tampan yang sepertinya tengah mengawalnya.Beberapa kali berpapasan dengan para prajurit yang tengah meronda yang terlihat langsung menjura hormat kepadanya. Sesekali raut wajah jelitanya yang putih terlihat dari balik kerudung putih yang dikenakannya karena terangkat oleh tiupan angin, sosok tersebut kita kenali sebagai Syima Parameswari.Syima Parameswari tampak tengah melangkah me
Begitu tiba didermaga, Syima Parameswari terlihat langsung menuju kearah kapal mereka yang masih bersandar didermaga, prajurit yang menjaga kapal terlihat langsung menjura hormat begitu melihat kedatangan Syima Parameswari. Syima Parameswari sendiri hanya menganggukkan kepalanya dan terus melangkah naik ke kapal. Di atas kapal Syima Parameswari menghentikan langkahnya dan berbalik kearah belakang dimana Panglima Hang Embara tampak sudah berdiri berjarak 4 langkah dibelakangnya.“Tuan panglima tunggu disini, hamba akan mengambil beberapa keperluan dikamar” ucap Syima Parameswari. Panglima Hang Embara hanya tampak mengangguk tersenyum. Syima Parameswari segera meninggalkan Panglima Hang Embara yang masih berdiri gagah ditempatnya, memperhatikannya dari kejauhan hingga sosok Syima Parameswari menghilang dari pandangannya.Syima Parameswari sendiri tampak langsung memasuki lorong kapal mewah tersebut, langkahnya langsung menuju ke kamarnya yang ada digeladak te