“Desa Jati Wangi adalah desa yang menjadi perbatasan antara wilayah Setyo Kencana dan Blambang Sewu.. sebagaimana kita semua tau, perseteruan Setyo Kencana dan Blambang Sewu sampai saat ini masih terjadi, aku yakin Blambang Sewu masih mencari-cari kesempatan untuk menaklukkan Setyo Kencana.. desa Jati Wangi sebagai garda terdepan bila terjadi perseteruan kedua kerajaan harus kita perkuat” Bintang menghentikan sejenak ucapannya, sementara itu semua orang yang ada dihadapannya tetap terdiam menantikan ucapan Bintang selanjutnya.
“Aku berniat untuk membangun kekuatan di desa Jati Wangi ini sebagai garis terdepan bila perseteruan Setyo Kencana dan Blambang Sewu terjadi lagi, desa Jati Wangi akan ku ubah statusnya menjadi kadipaten” ucap Bintang lagi. Ucapan Bintang membuat wajah-wajah ditempat itu berubah, suasana hening ditempat langsung berubah menjadi gempar, terlihat suara-suara ri
“Ma..ma..maaf Gusti Prabu, hamba takkan sanggup, menjadi seorang adipati tugasnya sangat berat.. masih banyak orang-orang di desa Jati Wangi ini yang lebih pantas dari hamba” ucap ki Bayan Sangkuri lagi.“Apakah ada diantara kalian semua yang ada disini menolak pengangkatan Bayan Sangkuri menjadi adipati?” tanya Bintang kepada para sesepuh dan penduduk desa Jati Wangi yang hadir ditempat itu, semua terdiam, tak ada yang angkat suara, hingga ;“Kami setuju bila Bayan Sangkuri diangkat menjadi adipati Jati Wangi, Gusti Prabu” ucap salah seorang sesepuh desa Jati Wangi memberikan dukungan.“Benar Bayan Sangkuri, kami akan mendukungmu untuk menjadi adipati Jati Wangi” sahut beberapa sesepuh yang lain lagi setuju.“Nah, kau dengar sendiri Bayan Sangkuri.. para sesepuh desa ini akan membantumu dalam menjalankan roda pemerintahan.. apakah kau bersedia menerimanya?” tanya Bintang. Ki Bayan Sangkuri tampa
“Terima kasih Gadys..”. ucap Bintang dengan lembut dan tersenyum.“Sudah selesai pertemuannya kang?”“Sudah” jawab Bintang singkat. “Baiklah sudah kering” ucap Bintang seraya mengembalikan kain itu kepada Gadys.“Kakang mau kemana?” tanya Gadys cepat saat melihat Bintang akan berlalu pergi.“Kakang akan tidur diluar, seperti biasa”“Tapi diluar hujan lebat kang”“Tidak apa-apa, kakang sudah terbiasa kok”“Jangan pergi kang”. terdengar suara Gadys yang lembut.“Tapi kakang harus pergi Gadys, tak mungkin kakang tidur disini bersama Gadys.. kakang takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan diantara kita nantinya”. ucap Bintang lagi seraya kembali berbalik ingin melangkah pergi. Tapi lagi-lagi Bintang menghentikan langkahnya karena Gadys tak melepaskan genggaman tangannya.“Jangan pergi kakang,
Dhuer!“Uffffhhhh”. Seiring dengan terdengarnya suara guntur menggelegar, seiring itu pula terdengar desahan tertahan dibibir Gadys saat Bintang mulai membalas lumatan bibirnya dengan hangat dan dengan lembut Bintang mulai melumatnya penuh kenikmatan.Berdesir seluruh darah yang ada didalam tubuh Gadys saat Bintang membalas lumatan lembut bibirnya, ini adalah pertama kalinya Gadys merasakan ciuman dari seorang laki-laki, dan entah karena dorongan sifat kewanitaannya atau karena apa, terlihat Gadys mulai membalas lumatan Bintang dengan lumatan hangat bibirnya, merasakan lumatan balasan dari Gadys membuat Bintang semakin membalas lumatan itu bahkan kedua tangan Bintang kini sudah mulai merangkup tubuh sintal Gadys kedalam pelukannya dan menariknya dengan erat hingga kini kedua tubuh keduanya saling merapat satu sama lain.Malampun semakin larut dan hujanpun semakin lebat kian kentara hingga suasana dan dinginnya malam membuat Bintang dan Gadys benar-be
"Ooughh..." mendesir sekujur tubuh Gadys saat merasakan remas dan emutan Bintang pada kedua gunung kembarnya. Kenikmatan ini benar-benar membut Gadys harus merem melek dibuatnya dengan tak henti-hentinya mendesah.Cukup lama Bintang melakukan hal itu, sementara Birahi Gadys yang mulai membuncah, tidak terasa tahu-tahu telah meninggalkan beberapa bekas merah di sekeliling dada Gadys. Sebelum semuanya berlanjut lebih jauh.Duer!!!Kembali guntur menggelegar dengan keras diluar, seakan menggetarkan alam. Sementara itu didalam pondok, sosok Gadys yang masih berada dibawah sosok Bintang, tiba-tiba menjadi pucat, wajahnya pucat pasi seperti kain kapan, seiring dengan itu pula, Gadys tiba-tiba saja mendorong sosok Bintang yang ada diatasnya yang sudah siap-siap menusukkan batang kemaluannya ke liang surganya. Dorongan yang cukup keras yang dilakukan oleh Gadys membuat tubuh Bintang terdorong jatuh kesamping.Apa yang terjadi tentu saja mengejutkan dan membingung
Setelah cukup lama, akhirnya isak tangis Gadys mereda, kesempatan ini Bintang gunakan untuk mengangkat sosok Gadys dari atas dadanya dengan memegang kedua pundaknya, lalu dengan lembut Bintang membalikkan tubuhnya dan merebahkan kembali sosok Gadys kesampingnya, Bintang sendiri kini berbaring menyamping menghadap Gadys yang tengah berbaring menatapnya dengan kedua mata yang masih membasah air mata.Tanpa kata, tatapan Bintang seolah sudah mewakilkan keheranan dan kebingungan Bintang atas sikap Gadys dan Gadys mengerti arti pandangan Bintang kepadanya.“Maafkan Gadys, kakang..” ucap Gadys lagi dengan mata berkaca-kaca.“Tidak, kakang yang minta maaf Gadys.. Hampir saja kakang merenggut kesucian Gadys” ucap Bintang dengan perasaan bersalah. Bintang menduga sikap Gadys karena tersadar kalau hampir saja mereka melakukan kesalahan fatal.“Bukan karena itu kang” ucap Gadys hingga membuat Bintang semakin heran dan bingung, tap
“Jika kakang ingin menjadikan Gadys sebagai permaisuri di setyo kencana, apa Gadys bersedia?” tanya Bintang sehingga kontan membuat wajah Gadys langsung berubah dengan kedua mata yang membesar. “Maukah kau menjadi istriku Gadys?” sambung Bintang lagi saat melihat Gadys masih terdiam ditempatnya.“Gadys mau kang.. tentu saja Gadys mau menjadi istri kakang, tapi.. rasanya itu tak mungkin kang, Gadys takkan bisa menjadi istri yang baik untuk kakang.. Gadys tak bisa melayani kakang dengan sempurna sebagai seorang istri..” jelas Gadys dengan wajah murung, tapi saat melihat Bintang kembali tersenyum kearahnya, wajah Gadys kembali penuh tanda tanya dengan sikap yang Bintang perlihatkan.Bintang mengangkat telapak tangan kanannya didepan wajah Gadys.Zzgggghhh...!!!Kedua mata Gadys yang tadi membesar kini terlihat semakin besar melotot saat melihat bagaimana ditelapak tangan Bintang yang ada didepan wajahnya keluar al
HEIIEKKK...!Sore itu, seekor kuda dipacu dengan kencang melewati gerbang desa Jati Wangi, para prajurit dan beberapa orang penduduk desa tampak langsung menjura hormat kepada penunggang kuda tersebut, dimana diatasnya terlihat sepasang muda mudi. Salah satunya sudah pasti adalah pendekar tanpa tanding kita, Bintang si Ksatria Pengembara, sedangkan sosok yang berada dibelakang Bintang adalah seorang bidadari cantik yang lain adalah Gadys. Keduanya baru saja meninggalkan gerbang desa Jati Wangi, tapi disepanjang jalan meninggalkan desa Jati Wangi, terlihat mimik wajah Gadys tampak aneh, seperti ada suatu tanda tanya besar baginya.Setelah cukup jauh meninggalkan pintu gerbang desa Jati Wangi, Gadys tiba-tiba saja langsung merapatkan dirinya ke punggung Bintang, lalu melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Bintang. Bintang yang merasakan hal itu hanya bisa tersenyum seraya tetap memacu kudanya, karena memang saat ini Bintang tengah be
Gadys hanya tersenyum mendengar hal itu, walaupun hatinya masih sangat penasaran, tapi kemudian Gadys akhirnya merapatkan dirinya semakin erat kepunggung Bintang dan mempererat pelukannya pada tubuh Bintang yang semakin memacu kudanya dengan cepat.Malam itu !Seekor kuda putih tampak memasuki pelataran sebuah pemakaman umum. Penunggangnya adalah sepasang muda mudi yang tak lain adalah Bintang dan Gadys. Bintang tampak menghentikan langkah kaki kudanya tepat didepan pemakaman umum tersebut.“Disini Gadys?” tanya Bintang kepada Gadys yang ada dibelakangnya.“Benar kang” ucap Gadys masih dengan wajah bingung, kenapa Bintang sampai mengajaknya ke gelagah ireng, saat tiba di gelagah ireng, Bintang justru meminta ditunjukkan jalan menuju ke pemakaman umum.Gadys semakin bingung dan heran melihat Bintang turun dari punggung kudanya, lalu mengulurkan tangannya kearah Gadys. Gadys menyambut uluran tangan itu dengan