“Jangan khawatir nisanak.. aku hanya ingin menolong... kita sebagai manusia sudah seharusnya saling tolong menolong” ucap Bintang tersenyum dengan ramah.Lagi-lagi paras jelita Perawan Lembah Kutukan berubah mendengar kata-kata lelaki dihadapannya, karena kata-kata itu selalu menjadi andalan Perawan Lembah Kutukan bila menolong orang. Karena itulah akhirnya Gadys tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Bintang sendiri balas tersenyum, lalu segera bangkit berdiri dan berjalan kearah belakang Perawan Lembah Kutukan. Bintang lalu duduk bersila dibelakang sosok Perawan Lembah Kutukan. Perawan Lembah Kutukan sendiri juga ikut mengambil sikap semedi.Bintang tersenyum melihat gadis yang ada dihadapannya sudah berada dalam posisi semedi, sepertinya gadis ini memang sudah tau apa yang harus dilakukannya... pikir Bintang.Tanpa menunggu lagi, Bintangpun segera mengambil sikap. Dan secara lembut Bintang memegang kedua pundak gadis dihadapannya dengan kedua tangannya dan Bintangpun mulai menyalur
Gadys memalingkan pandangannya kearah yang ditunjuk oleh Bintang. Kening Gadys berkerut karena memang letak desa itu sangat jauh. “Hebat, desa sejauh itu bisa ditempuhnya pulang pergi dalam waktu singkat, ini berarti gerakannya sangat cepat” batin Gadys memikirkan hal itu.“Ayo makan nisanak” ucap Bintang kembali menyadarkan gadis yang ada dihadapannya. Gadys yang awalnya ragu, tapi saat melihat lelaki penolongnya makan dengan lahap, akhirnya ikut menyantap juga makanan tersebut. Tak lama, isi dari bungkusan itu sudah berpindah kedalam perut keduanya.“Untung saja nisanak masih mau menunggu saya disini, jika tidak saya terpaksa harus mencari nisanak kemana-mana” ucap Bintang membuka pembicaraan diantara mereka.“Kenapa memangnya?” tanya Gadys dengan bingung.“Karena nisanak masih memakai jubah saya” ucap Bintang tersenyum. Gadys sangat terkejut dengan ucapan lelaki penolongnya, Gadys seakan baru ingat kalau saat ini pakaian yang dikenakannya adalah jubah lelaki penolongnya.“Maaf, kal
“Oh ya, apa Lembah Kutukan itu benar-benar ada? baru sekarang aku mendengarnya Gadys?”“Oh.. tentu saja ada kakang, kata nenek guru, memang hanya pendekar-pendekar sepuh dunia persilatan yang masih tau tentang keberadaan Lembah Kutukan”“Dimana letaknya?” tanya Bintang penasaran. Kali ini Gadys tampak terdiam, dan lagi-lagi Bintang menyadari kalau Gadys sepertinya tak ingin ada orang yang tau tentang tempat itu dan Bintang bisa memakluminya. Walaupun saat ini hati Gadys sedang dilema antara ingin mengatakannya atau tidak. Walaupun sebenarnya nenek gurunya sangat melarang Gadys untuk mengatakan tentang Lembah Kutukan kepada siapapun, tapi Bintang telah menolong dan menyelamatkannya, apakah tidak termasuk pengecualian, pikir Gadys.“Jika memang Gadys tak ingin mengatakannya, tidak apa-apa, kakang maklum kok” ucap Bintang tersenyum.“Tidak kang, bukan itu...”“Pasti nenek guru Gadys yang melarangnya kan?” ucap Bintang lagi hingga lagi-lagi membuat wajah Gadys berubah mendengarnya.“Bagai
SEBUAH pasar tampak begitu ramai dengan segala macam aktifitasnya. Ada yang menjual ada pula yang membeli, dari sistem membayar sampai sistem barter barang ada dipasar itu, semua sibuk dengan segala macam aktifitasnya. Tak jauh dari pasar itu terlihat sebuah dermaga yang tampak beberapa kapal tengah bersandar membongkar muatan, hal inilah yang membuat aktifitas perdagangan dipasar itu sangat ramai. Dari masyarakat awam, para pedagang, saudagar hingga para pendekar terlihat memenuhi pasar tersebut. Semua bercampur baur menjadi satu sehingga sulit membedakan satu dengan yang lain.Beberapa keributan kecil kadang terjadi diantara penjual dan pembeli, tapi tidak sampai menimbulkan tawuran antar kampung, karena semuanya bisa diselesaikan dengan bersikap saling mengalah, terkadang penjual yang mengalah dengan merelakan dagangannya terjual dengan harga yang diinginkan pembeli, tapi terkadang pembeli yang mengalah dengan lebih memilih pergi mencari ditempat yang lain.Di antar
Apa yang Bintang lakukan ditoko pakaian, apakah Bintang ingin beralih profesi dari seorang pendekar menjadi pedagang pakaian, atau apa? entahlah. Kita semua tak tau, entah kenapa chapter ini diawali dengan Bintang yang berada di toko pakaian.Bintang terlihat tidak betah duduk menanti ditempat itu, sesekali Bintang berdiri, berjalan kesana kemari, melihat-lihat sesuatu yang tak ingin dilihat sebenarnya. Sesekali pula Bintang mengintip kearah luar, terlihat diluar ramai orang berlalu lalang.“Kakang” sebuah suara lembut terdengar menegur sosok Bintang dari belakang, Bintangpun segera berbalik, dan ;“Ahhh”Bintang terperangah dengan mata yang menatap lurus kedepan. Berjarak 7 langkah dihadapan Bintang, berdiri sosok seorang gadis yang memiliki wajah yang teramat cantik nan jelita, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung yang bangir, bentuk bibir mungil merah alami yang serasi pu
Bersama Bintang, setelah mendapatkan senjatanya kembali dari sarang begal Hutan Alas Rompah, pimpinan si Racun Jantan yang telah tewas karena berusaha memperkosa Perawan Lembah Kutukan, Bintang langsung mengajak Gadys untuk mencari desa atau kota terdekat guna mencari pakaian untuk Gadys.Gadyspun menyetujuinya, bersama Bintang keduanya segera mencari desa / kota terdekat hingga akhirnya keduanya menemukannya, begitu tiba di kota tersebut, Bintang dan Gadys langsung mencari toko yang menjual pakaian, Gadyspun memilih pakaian dengan warna ungu sebagai warna kesukaannya, hanya saja model dan bentuknya sedikit berubah, kali ini sosok Gadys layaknya seorang gadis bangsawan dengan pakaian mewah yang dikenakannya, tapi bentuk dan modelnya hampir-hampir mirip dengan pakaian yang dikenakan oleh Gadys sebelumnya. Hanya bahannya saja yang terlihat lebih mewah dan ekslusif.Tak lama, seorang perempuan tua tampak keluar dari belakang Gadys, dialah sipemilik toko pakaian tersebut.
Sebuah warung makan yang bertuliskan ‘TAMBUAH CIEK’ menjadi pilihan Bintang dan Gadys, karena selain terlihat ramai dan padat oleh pengunjungnya, Bintang berkeyakinan pasti makanan ditempat itu enak dan lezat sehingga pembelinya sampai membludak.Pakaian Bintang dan Gadys yang berpakaian layaknya pendekar bangsawan, membuat pelayan rumah makan itu segera melayani keduanya dengan sangat hormat.“Setelah ini, kita akan kemana kang?” tanya Gadys tiba-tiba. Bintang sedikit terhenyak mendengar pertanyaan itu.“Kakang ingin ke Lembah Sunyi”“Lembah Sunyi.. itu tempat tinggal kakang ?”“Bukan, itu tempat mendiang guru kakang”“Mendiang, itu berarti..”“Benar, guru kakang sudah meninggal”Gadys terlihat terdiam mendengar hal itu, sebenarnya Gadys ingin sekali ikut Bintang, tapi Gadys teringat kalau saat ini dia masih memiliki
“Aowwwhhh”Byuurrrr!Sebuah teriakan terdengar disusul dengan suara seseorang yang tercebur kedalam air. Hal ini memancing perhatian Rawan dan Sarah untuk menatap kearah asal suara tersebut. Di halaman tampak seorang bocah kecil yang tercebur kedalam sebuah gentong yang cukup besar, sementara disebelahnya terlihat pula seorang anak sebaya yang sedikit lebih tua tampak masih berjalan dengan sangat hati-hati dipinggiran gentong tersebut.“Ayo Will, jangan malas-malasan...!” sebuah suara sedikit keras terdengar hingga membuat bocah yang baru saja tercebur kedalam gentong air besar itu terlihat berusaha kembali untuk naik ketepian dan berdiri diatasnya.“Susah guru” ucap bocah itu lagi kepada sesosok lelaki bertubuh sangat gemuk, dengan rambut panjang tak terurus, mengenakan pakaian yang kedodoran disana – sini.“Tidak ada kata susah kalau kita mau berusaha Will” ucap lelaki gemuk itu lagi menyebut