Kreaakk..
Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, membuat Putri Aurellya tersadar dari keadaannya dan segera membuka kedua matanya seraya berpaling kearah pintu kamar mandi. Dari balik pintu, sesosok muncul, wajah Putri Aurellya berubah.
“Kanda” ucap Putri Aurellya perlahan saat sosok tersebut mendekat, sosok yang tak lain adalah Bintang adanya. Dihadapan Putri Aurellya Bintang melepaskan pakaian yang dikenakannya, termasuk celananya, terlihatlah kini batang kemaluan Bintang yang berdiri tegak, besar dan panjang. Putri Aurellya meneguk ludahnya sendiri melihat hal itu.
Putri Aurellya bangkit dari rebahannya dan kini sosok Putri Aurellya yang bugilpun berdiri dihadapan Bintang dengan senyum menggoda.
“Mari kanda” ucap Putri Aurellya mengulurkan tangannya kepada Bintang, dengan tersenyum Bintang menyambut uluran tangan Putri Aurellya yang mengajaknya masuk kedalam bak mandi. Tak perlu menunggu lama bagi kedua anak manusia ini untu
“Mereka semua sedang menjalankan tugas gusti prabu”“Tugas...! tugas apa paman?”Bukannya menjawab pertanyaan Bintang, Mahapatih Suryo Barata justru tersenyum dan bangkit berdiri. Mahapatih Suryo Barata tampak mendekati seorang prajurit yang berjaga-jaga ditempat itu, prajurit itu tampak mengangguk dan menjura hormat, lalu pergi meninggalkan tempat itu.Tak lama, prajurit itu sudah kembali dengan membawa sebuah buku catatan yang cukup besar dan menyerahkannya kepada Mahapatih Suryo Barata. Mahapatih Suryo Barata segera membawanya kepada Bintang, dihadapan Bintang, Mahapatih Suryo Barata membuka buku besar itu yang ternyata berisi catatan-catatan.“Apa ini paman?”“Sesuai dengan kebijakan gusti prabu membuka tempat pengaduan bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan kerajaan, ini semua adalah kasus-kasus yang telah diadukan oleh para penduduk yang membutuhkan bantuan kerajaan gusti” ucap Mahapatih Sury
Desa Jati Wangi memang terkenal memiliki gadis-gadis cantik. Tidak heran jika banyak pemuda kaya dari kotaraja ataupun kadipaten sering singgah ke desa itu. Bahkan banyak dari mereka yang enggan pulang karena kecantol dengan salah seorang gadis Desa Jati Wangi. Tidak sedikit pula gadis desa itu yang hidup senang di kotaraja setelah menikah dengan pemuda kaya dari kota. Bukan mustahil kalau kehidupan di Desa Jati Wangi begitu makmur, tidak kalah dengan kehidupan di kota-kota besar. Yang lebih mengagumkan, semua nama gadis di Desa Jati Wangi menggunakan akhiran wangi diakhir namanya. Mungkin ini menjadi identitas atau ciri khas sebagai gadis dari Desa Jati Wangi, tapi apabila sudah menikah, akhiran wangi akan menjadi harum pada namanya.Pagi itu, 2 Jeritan melengking memecah kesunyian di pagi buta ini. Jeritan itu berasal dari salah satu rumah yang ada di Desa Jati Wangi. Tampak seorang wanita tua yang berdiri lemas di depan pintu kamar anaknya yang terbuka lebar. Sesekali jerita
Sedangkan kepala desa didampingi seorang bayanyang bernama Sangkuri."Semua orang di desa ini tahu kalau kau sangatdekat dengan Sariwangi...," ujar Ki Parung pelan, namunterdengar penuh kewibawaan."Kami memang dekat satu sama lain, Ki. Tapi akutidak tahu persoalan yang dihadapinya. Sariwangi tidakpernah mengatakan yang sebenarnya, jika ditanya,"serobot Tyas kusumawangi sebelum Ki Parung selesaiberkata."Sariwangi punya kekasih?" tanya Bayan Sangkuri langsung menebak. Tyas kusumawangi tidak segera menjawab karena memang dia tidak tahu Sariwangi punya kekasih atau tidak. Yang diketahuinya, sikap Sariwangi begitu berubah setelah akrab dengan Aryasuta yang merupakan anak dari ki Lurah Gelagah Ireng. Tapi Tyas kusumawangi tidak yakin kalau Sariwangi jatuh cinta pada pemuda itu. Memang, Tyas kusumawangi sering melihat mereka berduaan. Tapi dia sama sekali tidak punya pikiran buruk. Tyas kusumawangi hanya menganggap hubu
Sepanjang perjalanan, Tyas kusumawangi terus berpikir dan menduga-duga. Pendiriannya tetap pada keyakinannya semula. Sungguh sulit dipercaya kalau Sariwangi bunuh diri hanya karena cintanya ditolak Aryasuta. Sementara rombongan kecil itu semakin dekatke Bukit Jati Wangi. Dari kejauhan, gubuk Aryasutasudah terlihat, dan seperti sepi-sepi saja.“Itu pondoknya. Dia tinggal di situ," kata Tyas kusumawangi menunjuk gubuk kecil yang sederhana sekali."Sepi.., apakah dia sudah kabur?" gumam BayanSangkuri."Kau tunggu di sini, Rara. Biar kami yang menyelesaikan persoalannya," kata Ki Parung. Tyas kusumawangi tidak membantah. Dihentikan laju kudanya diikuti ayahnya dan lima orang pemuda bersenjata golok di pinggang. Sementara Ki Parung, Bayan Sangkuri, dan Ki Gadung terus mendekati pondok kecil itu diikuti beberapa pemuda. Apakah dugaan Bayan Sangkuri benar."Aryasuta! Keluar kau!" teriak Bayan Sangkurilantang. Tidak ada sahutan sama se
"Enyahlah kalian dari hadapanku, sebelum aku berubah pikiran!" bentak Aryasuta dingin Sebelum mereka bisa berbuat lebih banyak, tiba-tiba terdengar suara tawa mengikik. Suara tawa nyaring berirama merdu itu bagaikan datang dari segala arah. Senyum di bibir Aryasuta semakin lebar mendengar suara tawa itu. Lain halnya dengan Ki Parung dan Sangkuri. Seketika itu juga wajah mereka pucat pasi bagai tak dialiri darah lagi.Belum hilang rasa terkejut mereka, tiba-tiba disamping Aryasuta telah berdiri seorang perempuan muda dan cantik, mengenakan pakaian serba merah menyala. Di telinganya terselip setangkai bunga mawar hitam.Wanita cantik itu menatap tajam pada orang-orang yang tadi sempat bertarung dengan si Durjana."Celaka, Dewi Mawar hitam!" desah Sangkuri.wajahnya masih pucat."Kenapa mereka memusuhimu, Kakang?" tanya Dewi Mawar hitam lembut pada Aryasuta."Ah, hanya persoalan sepele," jawab Aryasuta kalem.Dewi Mawar hitam menatap Tyas
DILUAR PONDOK. Tampak seorang laki-laki tua dengan pakaian kumuh dan kotor duduk bersandar di bawah sebatang pohon rindang. Di tangannya mencekal sebumbung tuak besar, dan di pinggangnya pun tergantung bumbung yang juga besar ukurannya. Laki-laki tua itu bertubuh kurus kering, tapi perutnya buncit seperti wanita hamil. Mungkin karena kebanyakan menengak tuak! "He he he...," Datuk Tuak terkekeh setelah menenggak cairan dari dalam bumbung yang dicekalnya."Selamat datang di Bukit Jati Wangi, Datuk Tuak," sambut Aryasuta hangat dan ramah."Hik! Sudah kau sediakan tuak manis kesukaanku?" Datuk Tuak tidak menggubris sambutan hangat Aryasuta."Jangan khawatir. Lihat di atasmu datuk!" sahut Aryasuta kalem. Datuk Tuak langsung terkekeh melihat beberapa buah bumbung besar bergantungan pada cabang-cabang pohon di atasnya. Dihitungnya dalam hati. Ada sepuluh bumbung besar yang pasti berisi tuak manis kesukaannya. Tanpa banyak bicara, mendadak tubuh tua itu melenting tinggi ke udara, lalu kembali
Kuda hitam tunggangannya tampak terus dipacu perlahan melewati jalan utama Desa Jati Wangi, hingga sampai juga perempuan bertopeng perak itu diujung jalan, perempuan bertopeng perak menghentikan langkah kudanya, karena dipenghujung jalan tampak 3 persimpangan jalan setapak. Setelah menatap keadaan disekitarnya yang tampak sepi, perempuan bertopeng perak itu kembali menggebah kudanya perlahan kearah jalan sebelah kiri.Setelah cukup lama, akhirnya perempuan bertopeng perak itu menghentikan langkah kaki kudanya, diujung pandangannya tampak jalan itu buntu, tapi tidak ada rona terkejut diwajah dibalik topeng perak yang dikenakannya, sepertinya perempuan bertopeng perak itu sudah mengetahui kalau jalan itu buntu. perempuan bertopeng perak tampak menolehkan pandangannya kearah kiri, sebuah komplek perkuburan terlihat. Suasana diperkuburan itupun tampak sepi sunyi, sama persis dengan keadaan di Desa Jati Wangi yang baru saja dilewatinya tadi. Hanya tampak seorang kakek tua yang tengah merap
Ki Tanggul tampak menarik nafas berat, lalu kemudian menceritakan apa yang terjadi pada Desa Jati Wangi kepada Sekarwangi yang mulai berubah parasnya dari balik topeng perak yang dikenakannya.“Sariwangi, putrinya Nyi Gadung, Ki?” tanya Sekarwangi cepat.“Benar den ayu, Sariwangi, putrinya Nyi Gadung dan Ki Giring. Itu kuburannya disebelah sana!” ucap Ki Tanggul seraya menunjuk kesalah satu kuburan dengan bibirnya yang monyong. Sekarwangi menolehkan pandangannya, terlihat sebuah kuburan yang sepertinya belum begitu lama dibuat. Ki Tanggul kemudian melanjutkan ceritanya hingga membuat paras Sekarwangi dibalik topeng perak yang dikenakannya semakin berubah.“Aryasuta, siapa dia Ki Tanggul ?”“Dia adalah anak dari ki Lurah Gelagah Ireng den ayu. Orang-orang menyebutnya Si Durjana”“Apakah ada korban lain selain Sariwangi, Ki?”“Belum ada den ayu, tapi katanya, di desa-desa tetangga juga sudah ada yang menjadi korban.” ucap Ki Tanggul lagi. “Sekarang gadis-gadis Desa Jati Wangi takut untu