Sosok itu adalah sosok seorang laki-laki bertubuh tegap, mengenakan pakaian berwarna putih keabu-abuan dengan sabuk yang besar dipinggang, sementara pakaian dibagian dada dibiarkan terbuka dengan lebar hingga menampakkan dadanya yang bidang dan besar, wajahnya tampak dihiasi kumis pendek tapi tebal, dikedua tangannya yang kekar dan besar, terlihat gelang besar yang terbuat dari akar bahar yang membentuk kepala naga, selain pergelangan tangan dan telapak tangannya yang berukuran cukup besar, kedua kaki lelaki inipun juga tampak besar dibanding ukuran kaki pada umumnya, hal ini dapat terlihat karena lelaki ini tidak mengenakan alas tapak kaki dikedua kakinya.“Nama saya Sabdo Siji, mohon petunjuk dari tuan ketua dunia persilatan” ucap lelaki yang menyebut dirinya sebagai Sabdo Siji itu seraya mengangkat tangannya dan meminta Bintang untuk naik kearena pertarungan. Sementara Bintang masih tetap terdiam ditempatnya. Bintang menyadari pancingan Mahaguru Jayalaksana yang tak mungkin dan tak
“Awas serangan!” kembali terdengar Sabdo Siji memperingatkan.Deebb.. Deebb.. Deebb...!Sabdo Siji kembali melancarkan serangan Tapak Malaikat, kali ini Bintang segera mengerahkan ajian ‘mata dewa’ nya untuk melihat lebih jelas serangan yang dilancarkan oleh Sabdo Siji. Terlihat biasa saja. Bintangpun kembali bergerak untuk menghindarinya dengan langkah ajaibnya.Deesshh...!Kembali Bintang dikejutkan, serangan Sabdo Siji seperti memiliki mata dan sudah mengetahui kemana tubuh Bintang akan bergerak, sehingga sebelum Bintang bergerak menghindar, serangan Tapak Malaikat Sabdo Siji sudah lebih dulu berpindah tempat sehingga kembali dengan telak menghantam dada Bintang dengan keras. Kali ini tubuh Bintang bukan saja terhuyung, tapi terlempar cukup keras kebelakang. Bintang berusaha agar tubuhnya tidak terkapar jatuh."Huaghh!!"Begitu Bintang berhasil menghentikan gerak huyung tubuhnya, tapi Bintang langsung memuntahkan darah kental hitam kemerahan dari dalam mulut. Hal ini menyatakan kal
Sementara itu ditempatnya terlihat Bintang berusaha bangkit berdiri, walaupun dengan kedua lutut goyah. Bintang terlihat bangkit dengan kedua mata terpejam. Sementara dari mulut Bintang terlihat darah masih terlihat merembes. Dengan tangan gemetar, terlihat Bintang mengangkat tangan kanannya.“Ayo!” Bintang justru menggerakkan tangannya untuk menyuruh Sabdo Siji kembali menyerangnya. Hal ini tentu saja mengejutkan semua orang, terutama Sabdo Siji. Karena Bintang yang saat ini berdiri dihadapannya tampak masih memejamkan matanya.Hiaaat...!Deebb.. Deebb.. Deebb...!Tapi akhirnya Sabdo Siji melancarkan juga serangan ‘Tapak Malaikat’ nya kearah Bintang. Sabdo Siji tampak mengeluarkan mimik wajah bingung saat melihat sosok lawannya tidak sedikitpun bergerak untuk menghindari serangannya, apalagi membalas serangannya. Sosok Bintang benar-benar hanya diam ditempatnya. Tapi hal ini tak membuat Sabdo Siji mengendorkan serangannya
Sekedar untuk diketahui, jurus ‘Tapak Malaikat’ yang dipergunakan oleh Sabdo Siji merupakan sebuah jurus unik, dimana jurus ini mampu mengunci gerakan lawan dengan pandangan mata dan Sabdo Siji mampu mengarahkan serangannya kearah kuncian pandangan matanya, dan dada Bintanglah yang menjadi kunci serangan ‘Tapak Malaikat’, sehingga kemanapun sosok Bintang bergerak, Sabdo Siji selalu dapat melancarkan serangannya. Kelemahan jurus ‘Tapak Malaikat’ ini hanya satu, yaitu pemilik jurus ‘Tapak Malaikat’ tidak mampu mengunci lawannya, bila lawan yang dihadapinya tidak menatap kearah matanya, dan Bintang tanpa sadar telah menganalisa semua itu.Kedua mata Sabdo Siji terlihat memerah saat dirinya berusaha untuk bangkit dan kini menatap kearah lawan dihadapannya dengan tatapan penuh kemarahan.Buugghh...! Buugghh...!Tiba-tiba saja Sabdo Siji menjejakkan kedua kakinya dengan keras kelantai,
Wuussh...! dipihak Eyang Mandalaksana, Roro dan Ajeng yang langsung berdiri dengan mengibaskan tangan mereka untuk menghalau kabut asap tebal yang tengah menuju kearah mereka.Kabut asap tebal hanya menyisakan ditengah-tengah arena yang menutupi pandangan orang-orang untuk melihat sosok Bintang dan Sabdo Siji yang ada didalamnya. Tidak ada yang dapat menebak apa yang terjadi diantara keduanya.Perlahan tapi pasti, kabut asap tebal yang menutupi arena pertarungan mulai sirna tertiup angin, samar-samar terlihat dua sosok tubuh yang masih berdiri saling berhadapan. Orang-orang mengenalinya, kedua sosok itu tak lain adalah Sabdo Siji dan Bintang.Sabdo Siji lebih dulu bergerak dengan mengangkat kedua tangannya dengan kedua jari telunjuk mengacung.Zzzgghhh...! Zzzgghhh...!Dari kedua jari telunjuk Sabdo Siji keluar kilatan-kilatan cahaya hijau, rupanya Sabdo Siji sudah mengerahkan jurus ‘Jari Malaikat’ miliknya.“Heaaa
“Hyaatttt”.Tanpa banyak basa basi, sosok Sabdo Siji melesat kedepan dengan cepatnya melancarkan serangannya kembali kearah Bintang, dan ;“Hiaaah!”Serrrr...! Wuuttt!Bintangpun tak ingin ketinggalan, sosok Bintangpun ikut berkelebat kedepan menyongsong Sabdo Siji yang telah mendahuluinya, dan ;Plakkk.. Plakkkk.. Plakkkk...!Terlihat beberapa kali keduanya beradu pukulan, tapi semangat keduanya untuk terus bertarung masih terlihat dengan jelas. Bahkan ;Dess.. Dess.. Desss...!Bintang melepaskan beberapa kali jurus ‘Tendangan tanpa bayangan’nya yang dengan telak mengenai sasarannya yaitu tubuh Sabdo Siji. Tapi tubuh Sabdo Siji benar-benar tahan terhadap semua serangan yang Bintang lancarkan kepadanya, tidak seperti sebelumnya dimana serangan Bintang mampu membuat Sabdo Siji terlempar jauh, kini Bintang menambah kecepatan serangannya ;“Telapak Bayangan, Heaa..
“Hebat!” ucap beberapa orang ditempat itu mengagumi kemampuan yang diperlihatkan oleh Bintang. Mahaguru Jayalaksana sendiri terlihat langsung bangkit berdiri dari tempatnya. Terlihat Mahaguru Jayalaksana memberikan kode kepada para muridnya untuk segera membawa sosok Sabdo Siji yang pingsan tak sadarkan diri. Beberapa murid Mahaguru Jayalaksana terlihat dengan segera mendekati Sabdo Siji dan memeriksa keadaan Sabdo Siji. Wajah-wajah itu terlihat menarik nafas lega saat mengetahui kalau Sabdo Siji kakak tertua mereka masih hidup dan hanya pingsan. Dengan bergegas mereka segera membawa sosok Sabdo Siji keluar dari arena pertarungan.Plok.. Plok.. Plok.. Plok..!Suara tepukan terdengar membahana ditempat itu, sehingga semua perhatian langsung mengarah kearah sipenepuk tangan yang ternyata adalah Mahaguru Jayalaksana.“Hebat.. Sungguh hebat tuan Bintang!” puji Mahaguru Jayalaksana.“Maafkan saya yang telah membuat murid Mahaguru
Hiaaa...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Hiaaah...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Hampir bersamaan Genne dan Ajeng saling melesatkan selendang ditangan masing-masing, selendang ungu milik Genne dan selendang hijau milik Ajeng terlihat langsung memanjang kedepan.Dhuar.. Dhuar.. Dhuar...!Ledakan keras dan beruntun terjadi saat kedua selendang berbeda warna itu bertemu.Hiaaa...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Hiaaah...!Wuusshhh.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Dhuar.. Dhuar.. Dhuar...!Kedua perempuan cantik ini terus saling bertarung dengan dahsyatnya, pertempuran jarak jauh dengan saling menggunakan selendang sebagai senjata. Pertarungan keduanya sangat memukau pandangan bagi orang-orang yang melihatnya.Wuusshhh ...!!!Wuttt.. wuttt.. wuttt...!!!Jrebbbb...!!!Kedua selendang bertemu ditengah-tengah dan saling mengikat satu sama lain, baik Genne maupun Aj
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig