“Siapa nama wanita itu tuan?” tanya Putri Jodhaa Rai cepat.
“Namanya Jodhaa Bai” jawab Bintang singkat. Seketika saja wajah yang ada dibalik sari kerudung Putri Jodhaa Rai berubah.
“Di mana? Di mana tuan bertemu dengan wanita itu?” tanya Putri Jodhaa Rai cepat.
“Cukup jauh dari sini tuan putri”
“Kapan? Kapan tuan bertemu dengannya?”
“Itu sudah lama sekali tuan putri” ucap Bintang. Putri Jodhaa Rai terlihat terdiam sejenak mendengar hal itu.
“Baiklah tuan putri, sudah saatnya saya pergi” ucap Bintang lagi seraya menjura hormat dihadapan Putri Jodhaa Rai, lalu Bintang berbalik ingin melangkah pergi, tapi ;
“Tunggu tuan!”
Langkah Bintang tertahan saat mendengar suara Putri Jodhaa Rai yang menahannya. Bintang kembali berbalik dan menatap kearah Putri Jodhaa Rai yang masih ada ditempatnya. Perlahan terlihat sosok Putri Jodhaa Rai bangkit berdiri, dan secara perlahan tapi pasti, kedua tangan Putri Jodhaa Rai terlihat terangka
MATAHARI sudah menampakkan dirinya sejak tadi, sinarnya yang tadi terasa hangat kini mulai terasa panas dikulit. Sementara itu dikamar penginapan tempat Bintang berada, terlihat sosok Bintang masih terkapar lelap diatas peraduan dengan tubuh menelungkup, terlihat sosok Bintang hanya mengenakan celananya saja. Kreaattt...!!! Terdengar suara jendela kamar itu terbuka hingga sinar mentari langsung menyeruak masuk kedalamnya. Hal ini membuat Bintang langsung terbangun dari tidurnya. Bintang mencoba membuka kedua matanya, tapi kembali dipejamkannya karena silau akan sinar matahari yang masuk lewat jendela kamar tersebut, beberapa saat kemudian, Bintang kembali membuka kedua matanya, kini dapat dilihatnya sesosok tubuh yang tengah duduk diatas sofa dihadapannya dengan tersenyum. Awalnya masih samar-samar Bintang melihatnya, tapi lama kelamaan sosok itu semakin jelas terlihat. Sosok seorang wanita yang mengenakan pakaian serba hijau, lengkap dengan kerudung dikepalanya, dis
“Biar penampilanku tak kalah dari putri raja yang kita lihat malam tadi. Ku lihat tuan begitu terpesona dengan sosok tuan putri itu” ucap Dewi Awatara lagi yang rupanya berpenampilan mewah bak seorang putri bangsawan karena melihat keanggunan sosok Putri Jodhaa Rai tadi malam.“Mau pakai apapun, kau tetap cantik, Shorouq” puji Bintang.“Kalau tidak pakai apapun?” tanya Dewi Awatara dengan menggoda. Bintang hanya tersenyum mendengar hal itu.“Oh ya Shorouq. Besok, aku akan mengikuti uji kemampuan di istana Ahmadnagar” ucap Bintang. “Bolehkah aku meminta bantuanmu?” sambung Bintang lagi.“Tentu saja boleh tuan, katakan saja!” ucap Dewi Awatara tanpa ragu.“Aku ingin meminta bantuanmu untuk mencari seseorang”“Seseorang siapa tuan?”“Namanya Jodhaa Bai” ucap Bintang“Jodhaa Bai, tuan” ulang Dewi Awatara lagi.
Glek..Dewi Awatara sampai harus meneguk ludahnya sendiri begitu kerasnya suara tegukan itu sampai perhatian Bintang langsung mengarah kearah Dewi Awatara yang terpergok tengah menatap takjub kearah area bawah dibalik celananya. Kali ini balik Bintang yang menatap sosok Dewi Awatara yang ada dihadapannya. Sosok Dewi Awatara memang sangat anggun menggoda, apalagi gunung kembarnya yang begitu besar membelah indah.Glek !Balik Bintang yang harus menelan ludah memperhatikan sosok menggoda Dewi Awatara dihadapannya. Apalagi pakaian yang dikenakan oleh Dewi Awatara begitu menggoda hasrat Bintang yang melihatnya, pakaian yang begitu terbuka disana sini, sehingga seluk lekuk tubuh Dewi Awatara yang begitu montok dan seksi terlihat jelas dipandangan Bintang.Dengan jarak sedekat ini semakin Bintang mengagumi sosok Dewi Awatara yang begitu luar biasa menggoda hasratnya, tak tahan Bintang mengangkat kedua tangannya menyentuh lembut pipi Dewi Awatara. Bintang mendek
PAGI beru saja datang, tapi kotaraja Ahmadnagar sudah terlihat ramai, semua tampak berduyun-duyun menuju alun-alun istana, karena hari ini akan diadakan uji kemampuan para pendekar yang akan mengabdikan dirinya. Hal inilah yang memancing masyarakat kotaraja berbondong-bondong menuju ke alun-alun istana Ahmadnagar.Di alun-alun istana Ahmadnagar sendiri terlihat panggung besar telah dibuat, tempat yang akan menjadi saksi ajang tanding para pendekar, ukurannya cukup besar sekitar 25x25 m persegi empat, sementara itu tingginya dari atas tanah mungkin ada 1 meter.Alun-alun istana Ahmadnagar dalam waktu sebentar saja tampak sudah dipenuhi sesak oleh orang-orang, baik itu dari masyarakat awam yang sekedar ingin melihat ajang uji kemampuan itu, ataupun para pendekar yang akan menjadi peserta dalam uji kemampuan. Dari arah sebelah kiri panggung arena adalah tempat para pendekar yang akan mengikuti uji kemampuan, semua kursi sudah tampak mulai dipenuhi oleh para pendekar, seme
Sosok yang menjadi perhatian adalah sosok Sultan Malik Shah sendiri yang kini sudah tampak duduk disinggasana emasnya. Sosok seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap, kekar dan perkasa. Kumis besarnya tampak melintang diatas bibirnya. Mengenakan mahkota dan perhiasan emas yang begitu gemerlap disekujur tubuhnya, tatapan matanya tajam kearah orang-orang yang kini masih menjura hormat kepadanya. Sultan Malik Shah terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat orang-orang padanya. Setelah itu, semuanya kembali duduk ditempatnya masing-masing.Jubir istana Ahmadnagar terlihat kembali maju kedepan panggung kehormatan disebelah kiri.“Selamat datang untuk semua pendekar yang akan mengikuti uji kemampuan” ucap jubir istana. “Saat ini yang sudah mendaftar ada 18 orang pendekar. Mari kita berikan sambutan yang meriah untuk mereka semua” sambung jubir istana lagi. Seketika saja tempat itu langsung disambut dengan tepuk tangan gemuruh yang memb
Prajurit itu tampak berbicara dengan Sultan Malik Shah, kali ini terlihat Sultan Malik Shah memalingkan pandangannya kearah Putri Jodhaa Rai yang masih berada dibawah tangga panggung kehormatan, lalu kemudian terlihat kepala Sultan Malik Shah mengangguk.Prajurit itu kembali menjura hormat dan segera menuju kearah Putri Jodhaa Rai, sementara itu Sultan Malik Shah terlihat memerintahkan seorang prajurit untuk menyiapkan kursi singgasana satu lagi disebelahnya. Terlihat Putri Jodhaa Rai mulai menaiki panggung kehormatan, lalu duduk dikursi singgasana yang telah dipersiapkan untuknya disebelah Sultan Malik Shah. Semua pandangan masih tertuju kearah Putri Jodhaa Rai, semua mencoba untuk melihat wajah yang ada dibalik sari kerudung yang dikenakan oleh Putri Jodhaa Rai.“Tak biasanya kau ingin melihat hal seperti ini Jodhaa, biasanya kau paling tidak suka kekerasan” ucap Sultan Malik Shah yang bingung dan heran melihat kearah Putri Jodhaa Rai. “Apakah ada s
Suasana gemuruh yang terjadi ditempat itu, tak menghalangi Bintang dan Putri Jodhaa Rai untuk saling pandang satu sama lain. Sultan Malik Shah yang berada disebelah Putri Jodhaa Rai tampak baru menyadari hal itu, lalu Sultan Malik Shah ikut-ikutan menatap kearah rombongan para pendekar yang masih duduk ditempatnya, Sultan Malik Shah tidak tau, mana diantara pendekar itu yang menarik perhatian Putri Jodhaa Rai.“Jodhaa. Apa kau mengenal salah satu dari pendekar itu?” tanya Sultan Malik Shah hingga mengejutkan Putri Jodhaa Rai yang segera tersadar dari keadaannya.“Tidak ayahanda, tidak ada” ucap Putri Jodhaa Rai cepat seraya kembali mengalihkan pandangannya kearah pertarungan yang terjadi diatas arena pertarungan. Beberapa diantaranya terlihat sudah roboh jatuh dari atas arena pertarungan, beberapa lagi masih bertarung dengan sengit. Sementara hari sudah semakin siang, matahari sudah berada dipuncaknya.Pertarungan terus berlangsung sengit
Daggg!Dengan mendengus kesal, pendekar golok pencabut nyawa langsung membanting golok buntungnya, lalu tanpa basi basi berbalik pergi meninggalkan tempat itu. Bersamaan dengan kepergian pendekar golok pencabut nyawa, Pendekar cambuk api terlihat mengangkat tangan kanannya keatas sebagai tanda kemenangannya.“HORE !”“HEBAT! HEBATTT!”“BENAR-BENAR HEBAT!”Kemenangan Pendekar cambuk api langsung disambut dengan sorak sorai para pendukungnya yang gagap gempita memenuhi tempat itu. Salah seorang prajurit tampak segera menghampiri Pendekar cambuk api dan mengarahkannya untuk duduk ditempat yang telah dipersiapkan untuk pemenang sepertinya.Keriuhan yang terjadi ditempat itu kembali terhenti saat jubir istana Ahmadnagar mengangkat tangan kanannya keatas.“Kelompok kedua yang namanya akan disebutkan, silahkan naik ke arena pertarungan!” ucap jubir istana lagi. Satu demi satu nama pendekar dise