“Biar penampilanku tak kalah dari putri raja yang kita lihat malam tadi. Ku lihat tuan begitu terpesona dengan sosok tuan putri itu” ucap Dewi Awatara lagi yang rupanya berpenampilan mewah bak seorang putri bangsawan karena melihat keanggunan sosok Putri Jodhaa Rai tadi malam.
“Mau pakai apapun, kau tetap cantik, Shorouq” puji Bintang.
“Kalau tidak pakai apapun?” tanya Dewi Awatara dengan menggoda. Bintang hanya tersenyum mendengar hal itu.
“Oh ya Shorouq. Besok, aku akan mengikuti uji kemampuan di istana Ahmadnagar” ucap Bintang. “Bolehkah aku meminta bantuanmu?” sambung Bintang lagi.
“Tentu saja boleh tuan, katakan saja!” ucap Dewi Awatara tanpa ragu.
“Aku ingin meminta bantuanmu untuk mencari seseorang”
“Seseorang siapa tuan?”
“Namanya Jodhaa Bai” ucap Bintang
“Jodhaa Bai, tuan” ulang Dewi Awatara lagi.
Glek..Dewi Awatara sampai harus meneguk ludahnya sendiri begitu kerasnya suara tegukan itu sampai perhatian Bintang langsung mengarah kearah Dewi Awatara yang terpergok tengah menatap takjub kearah area bawah dibalik celananya. Kali ini balik Bintang yang menatap sosok Dewi Awatara yang ada dihadapannya. Sosok Dewi Awatara memang sangat anggun menggoda, apalagi gunung kembarnya yang begitu besar membelah indah.Glek !Balik Bintang yang harus menelan ludah memperhatikan sosok menggoda Dewi Awatara dihadapannya. Apalagi pakaian yang dikenakan oleh Dewi Awatara begitu menggoda hasrat Bintang yang melihatnya, pakaian yang begitu terbuka disana sini, sehingga seluk lekuk tubuh Dewi Awatara yang begitu montok dan seksi terlihat jelas dipandangan Bintang.Dengan jarak sedekat ini semakin Bintang mengagumi sosok Dewi Awatara yang begitu luar biasa menggoda hasratnya, tak tahan Bintang mengangkat kedua tangannya menyentuh lembut pipi Dewi Awatara. Bintang mendek
PAGI beru saja datang, tapi kotaraja Ahmadnagar sudah terlihat ramai, semua tampak berduyun-duyun menuju alun-alun istana, karena hari ini akan diadakan uji kemampuan para pendekar yang akan mengabdikan dirinya. Hal inilah yang memancing masyarakat kotaraja berbondong-bondong menuju ke alun-alun istana Ahmadnagar.Di alun-alun istana Ahmadnagar sendiri terlihat panggung besar telah dibuat, tempat yang akan menjadi saksi ajang tanding para pendekar, ukurannya cukup besar sekitar 25x25 m persegi empat, sementara itu tingginya dari atas tanah mungkin ada 1 meter.Alun-alun istana Ahmadnagar dalam waktu sebentar saja tampak sudah dipenuhi sesak oleh orang-orang, baik itu dari masyarakat awam yang sekedar ingin melihat ajang uji kemampuan itu, ataupun para pendekar yang akan menjadi peserta dalam uji kemampuan. Dari arah sebelah kiri panggung arena adalah tempat para pendekar yang akan mengikuti uji kemampuan, semua kursi sudah tampak mulai dipenuhi oleh para pendekar, seme
Sosok yang menjadi perhatian adalah sosok Sultan Malik Shah sendiri yang kini sudah tampak duduk disinggasana emasnya. Sosok seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap, kekar dan perkasa. Kumis besarnya tampak melintang diatas bibirnya. Mengenakan mahkota dan perhiasan emas yang begitu gemerlap disekujur tubuhnya, tatapan matanya tajam kearah orang-orang yang kini masih menjura hormat kepadanya. Sultan Malik Shah terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat orang-orang padanya. Setelah itu, semuanya kembali duduk ditempatnya masing-masing.Jubir istana Ahmadnagar terlihat kembali maju kedepan panggung kehormatan disebelah kiri.“Selamat datang untuk semua pendekar yang akan mengikuti uji kemampuan” ucap jubir istana. “Saat ini yang sudah mendaftar ada 18 orang pendekar. Mari kita berikan sambutan yang meriah untuk mereka semua” sambung jubir istana lagi. Seketika saja tempat itu langsung disambut dengan tepuk tangan gemuruh yang memb
Prajurit itu tampak berbicara dengan Sultan Malik Shah, kali ini terlihat Sultan Malik Shah memalingkan pandangannya kearah Putri Jodhaa Rai yang masih berada dibawah tangga panggung kehormatan, lalu kemudian terlihat kepala Sultan Malik Shah mengangguk.Prajurit itu kembali menjura hormat dan segera menuju kearah Putri Jodhaa Rai, sementara itu Sultan Malik Shah terlihat memerintahkan seorang prajurit untuk menyiapkan kursi singgasana satu lagi disebelahnya. Terlihat Putri Jodhaa Rai mulai menaiki panggung kehormatan, lalu duduk dikursi singgasana yang telah dipersiapkan untuknya disebelah Sultan Malik Shah. Semua pandangan masih tertuju kearah Putri Jodhaa Rai, semua mencoba untuk melihat wajah yang ada dibalik sari kerudung yang dikenakan oleh Putri Jodhaa Rai.“Tak biasanya kau ingin melihat hal seperti ini Jodhaa, biasanya kau paling tidak suka kekerasan” ucap Sultan Malik Shah yang bingung dan heran melihat kearah Putri Jodhaa Rai. “Apakah ada s
Suasana gemuruh yang terjadi ditempat itu, tak menghalangi Bintang dan Putri Jodhaa Rai untuk saling pandang satu sama lain. Sultan Malik Shah yang berada disebelah Putri Jodhaa Rai tampak baru menyadari hal itu, lalu Sultan Malik Shah ikut-ikutan menatap kearah rombongan para pendekar yang masih duduk ditempatnya, Sultan Malik Shah tidak tau, mana diantara pendekar itu yang menarik perhatian Putri Jodhaa Rai.“Jodhaa. Apa kau mengenal salah satu dari pendekar itu?” tanya Sultan Malik Shah hingga mengejutkan Putri Jodhaa Rai yang segera tersadar dari keadaannya.“Tidak ayahanda, tidak ada” ucap Putri Jodhaa Rai cepat seraya kembali mengalihkan pandangannya kearah pertarungan yang terjadi diatas arena pertarungan. Beberapa diantaranya terlihat sudah roboh jatuh dari atas arena pertarungan, beberapa lagi masih bertarung dengan sengit. Sementara hari sudah semakin siang, matahari sudah berada dipuncaknya.Pertarungan terus berlangsung sengit
Daggg!Dengan mendengus kesal, pendekar golok pencabut nyawa langsung membanting golok buntungnya, lalu tanpa basi basi berbalik pergi meninggalkan tempat itu. Bersamaan dengan kepergian pendekar golok pencabut nyawa, Pendekar cambuk api terlihat mengangkat tangan kanannya keatas sebagai tanda kemenangannya.“HORE !”“HEBAT! HEBATTT!”“BENAR-BENAR HEBAT!”Kemenangan Pendekar cambuk api langsung disambut dengan sorak sorai para pendukungnya yang gagap gempita memenuhi tempat itu. Salah seorang prajurit tampak segera menghampiri Pendekar cambuk api dan mengarahkannya untuk duduk ditempat yang telah dipersiapkan untuk pemenang sepertinya.Keriuhan yang terjadi ditempat itu kembali terhenti saat jubir istana Ahmadnagar mengangkat tangan kanannya keatas.“Kelompok kedua yang namanya akan disebutkan, silahkan naik ke arena pertarungan!” ucap jubir istana lagi. Satu demi satu nama pendekar dise
Kini masih tersisa dua orang pendekar yang terlihat berusaha mati-matian melawan dua pakaian terbang yang menyerang mereka, bahkan kini ;Wesshhh ! Wesshhh !Dua pakaian terbang yang tadi sudah mengalahkan kedua lawan mereka, kini sudah ikut bergabung menyerang kedua lawan mereka yang tersisa. Dikeroyok oleh 4 pakaian yang berputar-putar terbang melayang laksana tornado kecil itu, membuat kedua pendekar yang tersisa sangat kewalahan, bahkan ;Desshhh !Salah satunya terlambat menghindar hingga tubuhnya terhantam serangan salah satu pakaian terbang tersebut, sosok pendekar itu langsung terjatuh terjengkang kebelakang, berguling-guling hingga 2 tombak kebelakang."Huaghh!!"Darah kental hitam kemerahan tersembur keluar dari dalam mulut pendekar tersebut.Weesshhh!Pakaian terbang malayang yang tadi telah menyerangnya, kembali memburu kearahnya. Sungguh luar biasa pakaian berputar-putar terbang melayang laksana tornado kecil terse
Weesshhh...!Tapi pendekar wanita bayang-bayang kembali menghilang dan menjelma menjadi pakaian melayang terbang yang langsung bergerak memutari tubuh pendekar golok kembar .Wuuutt ! Wuuutt !Tapi pendekar golok kembar terus menebaskan golok ditangannya kearah pakaian melayang terbang yang terus memutari tubuhnya hingga tanpa sadar kini sosok pendekar golok kembar sudah terlilit dengan keras, bahkan golok ditangan pendekar golok kembar langsung terlepas akibat kuatnya lilitan pakaian melayang terbang tersebut. Pakaian melayang terbang itu sendiri yang sudah melilit tubuh pendekar golok kembar dari kaki hingga sebatas bahu tampak kini kembali menjelma dibagiannya menjadi kepala pendekar wanita bayang-bayang, seperti seekor ular tapi tanpa tubuh, hanya kepalanya saja yang terlihat dihadapan pendekar golok kembar, sedangkan bagian tubuhnya kebawah masih berbentuk pakaian melayang terbangnya yang sudah melilit tubuh pendekar golok kembar.“Menyerah ata
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig