2 EKOR kuda tampak dipacu dengan cepat menaiki lereng sebuah bukit terjal, bila dilihat dari kedua sosok penunggang kuda tersebut yang mampu memacu kudanya dengan sangat cepat menaiki bukit terjal itu, padahal disebelah kanan mereka jurang terjal terlihat tanpa dasar, dapat dipastikan kalau keduanya sangatlah ahli dalam berkuda. Sosok yang satu adalah sosok seorang lelaki muda tampan berjubah biru dengan sebuah pedang dipunggungnya, rambutnya terlihat dikuncir seperti ekor kuda, diantara kedua alis matanya terlihat sebuah mutiara merah tersampir. Melihat sosok dan raut wajahnya, lelaki muda tampan ini tak lain adalah pendekar kita, Bintang – Ksatria Pengembara. Bintang tampak menunggangi seekor kuda putih bersih, kuda putih itu terlihat begitu jantan dan sangat kuat, urat-urat ditubuhnyapun terlihat menyembul hingga menambah keindahan sosok kuda tersebut dipandangan mata, bahkan pelananyapun terlihat terbuat dari emas yang memancarkan kilau keemasan. Bintang sendiri terlihat b
Kotaraja Bijapur. Saat malam datang, terlihat kotaraja Bijapur sangat terang sekali oleh lampu-lampu yang menerangi kotaraja tersebut, rupanya kotaraja Bijapur cukup makmur penduduknya hingga kotaraja itu terlihat sangat megah disiang hari, begitu pula dimalam hari. Kotaraja tampak dikelilingi olah pagar tinggi yang merupakan benteng yang membatasi wilayah kerajaan Kesultanan Bijapur. Dan disepanjang benteng pagar itu tampak para prajurit yang berjaga dengan senjata lengkap. Bukan hanya diatas benteng, tapi dibawah juga terlihat para prajurit yang meronda secara bergantian berlalu lalang.Di suatu tempat dikejauhan, tepatnya diatas sebatang pohon besar dan tinggi, terlihat sesosok tubuh tengah bertengger diatasnya, kegelapan malam membuat sosok yang bertengger diatas pohon tersebut tidak kelihatan. Sosok itu tak lain adalah Bintang adanya yang tengah mengawasi keadaan kotaraja Bijapur dari kejauhan.“Ketat sekali penjagaan kotaraja Bijapur. Ternyata benar apa yan
“Ada apa letnan?”“Maaf Jenderal Gandhi, rahib muda ini memaksa ingin masuk” ucap letnan muda lagi seraya menunjuk kearah sosok rahib muda yang masih berdiri dengan tenang ditempatnya. Jenderal Gandhi dan beberapa bawahannya yang baru saja datang ke gerbang kotaraja mengalihkan pandangan mereka kearah sosok rahib muda yang ada dihadapan mereka. Jenderal Gandhi terlihat memacu kudanya perlahan kedepan, dan berhenti dihadapan rahib muda tersebut.“Siap kau rahib muda?” tanya Jenderal Gandhi dengan tegas dan penuh wibawa.“Hamba adalah seorang rahib pengembara yang datang dari negeri Tibet” ucap rahib muda itu lagi.“Negeri Tibet” ulang Jenderal Gandhi“Dari aliran mana ?” sambung Jenderal Gandhi lagi.“Aliran jalan menuju nirwana” ucap rahib muda itu lagi dengan penuh ketenangan. Wajah Jenderal Gandhi dan beberapa orang prajurit dibelakangnya tampak be
SOSOK rahib muda tampak sudah dikepung rapat didepan gerbang kotaraja Bijapur oleh 10 orang prajurit yang bersenjata golok dan perisai. Golok ditangan kanan, perisai ditangan kiri, sementara sosok yang dikepung masih berdiri dengan tenang ditempatnya.“Jenderal. Ada apa ini ribut-ribut dipagi seperti ini?” tanya lelaki bertubuh gemuk pendek dengan kumis besarnya yang melintang diwajahnya.“Maaf Perdana Menteri Rahul Shah, rahib ini mencoba masuk kedalam kotaraja” ucap Jenderal Gandhi keada sosok lelaki bertubuh gemuk pendek dengan kumis besarnya yang melintang diwajahnya yang ternyata adalah Perdana Menteri Rahul Shah.Perdana Menteri Rahul Shah terlihat menatap sosok rahib muda yang ada dihadapannya.“Rahib darimana dia?” tanya Perdana Menteri Rahul Shah lagi.“Katanya dari aliran jalan menuju nirwana Tibet, tuan perdana menteri” ucap Jenderal Gandhi lagi, sesat wajah Perdana Menter
“Mundurlah! Jenderal” ucap Nona Jenna tanpa menoleh.Jenderal Gandhi tampak mundur kebelakang. Kini sosok Nona Jenna sudah berhadapan langsung dengan rahim muda yang masih berdiri dengan sangat tenang ditempatnya, sementara itu Nona Jenna kini tampak menatap sosok rahib muda yang ada dihadapannya dengan tatapan penuh arti terkesan nakal.“Rahib tampan. Siapa namamu?” goda Nona Jenna dengan tersenyum nakal.“Namaku Bobou, nona” jawab rahib muda itu lagi dengan tenang.BOBOU... nama yang baru saja disebutkan oleh rahib muda ini tentu saja kita akhirnya tau siapa sebenarnya rahib muda itu. Dia tak lain adalah Bintang yang tengah menyamar. Bintang sampai rela harus mencukur pendek rambutnya demi penyamaran yang dilakukannya. Itulah kenapa kemarin Bintang mencabut keris kyai gunturnya yang digunakan untuk mencukur rambutnya. Bintang sengaja tidak menggunakan kesaktiannya agar penyamarannya tidak terbongkar, karena B
Ditempatnya, Bintang segera menyalurkan hawa sakti rembulan dinginnya untuk menghilangkan hawa panas yang ada didalam tubuhnya akibat serangan Ratu Neraka Api tadi, hingga secara perlahan hawa panas yang ada didalam tubuhnya secara perlahan mulai hilang. Bintang mengangkat wajahnya melihat kearah Ratu Neraka Api yang masih memainkan jurusnya dengan gemulai. Diam-diam Bintang segera mengerahkan ajian mata dewanya untuk memperhatikan jurus Ratu Neraka Api dengan seksama.Ratu Neraka Api menghentikan gerakan jurusnya saat melihat rahib muda yang menjadi lawannya mulai bangkit berdiri, kedua mata Ratu Neraka Api membesar melihat lawan rahib mudanya masih mampu berdiri.“Hebat juga” batin Ratu Neraka Api kagum melihat lawannya masih mampu berdiri setelah terkena serangannya. Kedua mata indah Ratu Neraka Api terlihat membesar saat melihat rahib muda itu memainkan sebuah jurus yang hampir-hampir mirip dengan jurusnya. Gerakan rahib muda seperti o
Bintang dibawa kedalam sebuah lorong panjang yang gelap, hanya nyala terang obor-obor yang dipasang berjarak satu tombak satu sama lain. Bau khas kotor dan sumpek begitu terasa disepanjang jalan lorong panjang tersebut, diujung lorong tampak sebuah ruangan besar dimana begitu banyak jeruji-jeruji penjara didalamnya, 10 orang prajurit dengan sigap bangkit berdiri melihat kedatangan seorang letnan yang membawa Bintang dalam keadaan terikat.“Jebloskan tahanan ini ke penjara!” perintah letnan itu kepada para prajurit penjaga penjara bawah tanah tersebut.“Baik letnan”Bintangpun segera dibawa oleh beberapa orang prajurit penjaga penjara bawah tanah itu menuju ke sebuah penjara dibagian dalam. Di sepanjang perjalanan Bintang yang dibawa menuju ke sel penjaranya, Bintang dapat melihat banyaknya para tahanan didalam penjara bawah tanah tersebut, Bintang lebih heran dan terkejut lagi saat keadaan para tahanan yang rata-rata hanya mengenakan paka
Mendengar hal itu, Bintangpun segera mengambil sikap tapa bratanya, kedua tangan mengatup didepan dada, kedua mata terpejam. Diam-diam Bintang memang ingin mengerahkan ajian kelana Sukmanya, sehingga tanpa ada seorangpun yang tahu, kini sukma Bintang sudah keluar dari raganya. (sukma bukan arwah/roh).Dengan sukmanya, mudah saja bagi Bintang untuk keluar dari sel penjara yang menahannya saat ini, tanpa menunggu waktu lagi, Bintang segera melangkah kearah sel penjara yang ada disudut ruangan, sesampai didepan pintu penjara itu Bintangpun sedikit terkejut saat melihat sesosok gadis yang tengah terbaring tak berdaya diatas pembaringan batu yang ada didalam sel penjara tersebut, keadaan gadis itupun tak jauh berbeda dari tahanan yang lain, mengenakan pakaian compang-camping yang sudah robek disana sini sehingga memperlihatkan beberapa bagian ditubuhnya. Kulitnya putih, wajahnya yang sedikit pucat tak mampu menyembunyikan kecantikan parasnya. Usianya masih muda,
Sukma Bintang sendiri akhirnya meninggalkan sosok Adriana yang masih bingung atas apa yang terjadi. Bintang kembali kedalam selnya, tapi sebelum kembali masuk kedalam raganya, Bintang mencoba berjalan kearah dinding penjara tempat dimana dirinya ditahan, Bintang menembus dinding penjara tersebut. Di luar penjara bawah tanah tersebut, Bintang terkejut saat melihat sebuah pemandangan lautan yang luas dihadapannya, rupanya penjara bawah tanah tersebut berada dipinggir jurang terjal yang dibawahnya ada lautan yang luas menanti. Sejenak Bintang mengamati keadaan disepanjang tebing terjal tersebut, diatas tebing penjara terlihat para prajurit yang tengah berjaga-jaga, setelah puas mengamati, Bintangpun kembali kedalam penjara, lalu menyatu kembali dengan raganya.Setelah kembali ke raganya, Bintang segera bangkit berdiri dan berjalan kearah tembok penjara yang tadi ditembusnya. Bintang terlihat memegang dinding tembok tersebut.“Percuma rahib” salah seorang tahan
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig