BERAWAL dari sayembara yang dilakukan oleh Sultan Ahmadnagar dari kesultanan Ahmadnagar yang ingin mencarikan jodoh untuk putrinya, Putri Jodhaa Rai”
“Maaf dinda, siapa tadi nama putri sultan Ahmadnagar itu?” tanya Bintang cepat. Tapi tiba-tiba saja kedua mata indah Ahisma Raya menjelit kearah Bintang.
“Apa kanda juga kenal dengannya ? atau jangan-jangan kanda ada hubungan lagi dengannya!” ucap Ahisma Raya dengan mata mendelik kearah Bintang. Hal ini membuat Bintang garuk-garuk kepalanya sendiri, padahal tidak gatal.
“Tidak dinda, hanya saja kanda seperti pernah mendengar nama itu” ucap Bintang lagi seraya berusaha mencoba mengingat-nginat.
“Putri Jodhaa Rai., siapa yang tidak mengenal putri yang katanya tercantik sejagat itu” ucap Ahisma Raya.
“Ah, tapi istri kakak jauh lebih cantik” goda Bintang tersenyum. “Jodhaa Rai., Jodhaa Rai, Jodhaa Rai” ulang Bintang berkali-kali
“Ini hadiah pemberian Kakanda Harihara Akbar sebelum kakanda berangkat untuk mengikuti sayembara itu kanda” ucap Ahisma Raya memberikan liontin bermata pemata hijau itu kepada Bintang. Bintang segera menerimanya.“Sudah berapa lama Kakanda Harihara Akbar menghilang dinda?”“Hampir 3-4 mingguan kanda” ucap Ahisma Raya lagi.“Aji terawang jagat bisa mencari seseorang yang baru hilang dinda, tapi mudah-mudahan masih bisa mendeteksi apakah Kakanda Harihara Akbar masih hidup atau...” ucap Bintang menghentikan ucapannya.“Tidak apa-apa kanda, paling tidak dinda tau keadaan Kakanda Harihara Akbar” ucap Ahisma Raya cepat, mengerti kenapa Bintang tak melanjutkan ucapannya.Mendengar hal itu, Bintang segera bangkit dari peraduan, lalu mengambil sikap semadi dengan menggenggam liontin bermata pemata hijau yang tadi diberikan Ahisma Raya. Mata Bintang terpejam, sementara Ahisma Raya tetap dia
Keesokan harinya, bersama Ahisma, Bintang menghadap Maharaja Harihara Raya yang telah menunggu bersama tuan Bukka Raya dan para pejabat-pejabat yang lain. Hampir bersamaan Bintang dan Ahisma Raya menjura hormat dihadapan Maharaja Harihara Raya. Semua tampak dengan tidak sabar untuk menantikan apa yang akan dikatakan oleh Bintang dan Ahisma Raya kepada mereka.“Kakanda Harihara Akbar masih hidup ayahanda” ucap Ahisma Raya membuka awal pembicaraannya dan ini sudah cukup membuat Maharaja Harihara Raya, tuan Bukka Raya dan pejabat istana yang lain menarik nafas lega. Semua tampak menatap kearah Bintang.“Itu benar, malam tadi saya sudah dapat merasakan sumber kehidupan dari Kakanda Harihara Akbar, hanya saja saya belum bisa mengetahui dimana Kakanda Harihara Akbar saat ini berada” ucap Bintang ikut bicara. Semua yakin apa yang dikatakan oleh Bintang benar adanya.“Saya juga meminta izin kepada ayahanda maharaja, izinkan saya untuk menye
“Apa punya gelar di dunia persilatan?” tanya prajurit itu lagi singkat tanpa mengangkat wajahnya.“Ksatria Pengembara” ucap Bintang lagi-lagi jujur dan singkat. Sekilas wajah prajurit itu tampak berubah, lalu wajahnya terangkat menatap sosok Bintang dengan seksama. Memandang dari ujung kaki hingga ujung kepala, wajah prajurit itu semakin berubah.“Tu...tunggu se..sebentar tuan pendekar” ucap prajurit itu tiba-tiba saja gugup, meminta Bintang untuk menunggu, sementara siprajurit tampak berlari masuk kedalam gerbang. Tak lama kemudian, prajurit itu sudah kembali, tapi tidak sendiri, beberapa orang tampak ikut bersamanya, salah satunya adalah panglima Kesultanan Bidar. Seorang laki-laki berperawakan tegas, berkumis dan berjambang tebal, sebilah pedang tampak tersampir dipinggangnya. Namanya Panglima Bhagwandas.Di hadapan Bintang, kembali Panglima Bhagwandas tampak menatap sosok Bintang dengan penuh seksama, tidak hanya
“Tapi bukankah putra mahkota kesultanan Golkonda juga menghilang maharaja?” tanya Bintang lagi sedikit heran dengan masalah ini.“Itu benar, kesultanan Golkonda menuduh kesultanan Bijapur yang melakukannya, karena ada bukti panji kesultanan Bijapur yang tertinggal ditempat kejadian sewaktu penyegapan putra mahkota kesultanan Golkonda terjadi” ucap Sultan Amir Qasim lagi.“Kesultanan Bidar justru dituduh oleh kesultanan Bijapur telah menculik dan menawan putra mahkota mereka, padahal kami benar-benar tidak melakukan itu” ucap Sultan Amir Qasim lagi.“Apakah maharaja tidak merasakan ada yang aneh dengan hal ini?” ucap Bintang lagi.“Tentu saja ini sangat aneh tuan pendekar.. tapi mau bagaimana lagi, ego telah mengalahkan logika” ucap Sultan Amir Qasim lagi.“Sepertinya ada mencoba memancing di air keruh untuk memanfaatkan situasi ini sultan” sambung Bintang lagi hingga membuat Su
MALAM ITU, Sultan Amir Qasim menjamu Bintang dengan menyuguhkan berbagai macam minuman dan makanan yang mewah. Tapi Bintang hanya menikmati makanan dan minuman sekedarnya saja. Keduanya duduk bersebelahan. Sejak berada didalam kamar sebelum perjamuan ini diadakan, Bintang selalu merasa gerak geriknya selalu diawasi, hingga pergerakan Bintang menjadi tak leluasa, walaupun berada didalam kamar yang sangat mewah, tapi Bintang merasa bagaikan dipenjara. Hingga akhirnya Bintang diminta untuk keruang perjamuan.Sebuah ruangan besar dimana ditengah-tengah tampak sebuah panggung berbentuk bulat dimana tarian-tarian khas india disuguhkan sebagai hiburan, tapi semua itu tidak menarik perhatian Bintang, Bintang lebih banyak mengamati keadaan disekitarnya, ada hal yang membuat Bintang heran, yaitu Sultan Amir Qasim tampak begitu menikmati perjamuan tersebut, Bintang sedikitpun tidak melihat kalau Sultan Amir Qasim khawatir karena telah kehilangan putra mahkotanya. Ini sungguh mengheranka
Serrrr !!!Wajah Sultan Amir Qasim langsung berubah saat melihat sosok Bintang tiba-tiba saja menghilang dari hadapannya. Bukan hanya Sultan Amir Qasim yang terkejut melihat hal itu, tapi semua orang yang ada ditempat itu juga terkejut melihatnya dan saat semuanya menatap kearah panggung, sosok Bintang sudah berdiri disana dengan gagah menghadap kearah Bhima. Bintang memang sengaja menunjukkan kemampuannya untuk membalas strategi pintar dan cerdik yang diterapkan oleh Sultan Amir Qasim padanya, sehingga membuat Bintang tidak memiliki pilihan lain selain menerima tantangan adu kebolehan tersebut.“Ayo!” ucap Bintang seraya mengangkat tangannya dan balik menantang Bhima untuk segera menyerangnya.“KHHHAAAAA!”Bhima berteriak dengan keras, dan segera berlari kearah Bintang.Dugh ! Dugh ! Dugh ! Dugh ! Dugh ! Dugh ! Dugh !Suara langkah Bhima terdengar dengan keras saat kedua kakinya menapak dilantai, dapat dibayangkan be
Orang-orang yang melihat pertarungan itu benar-benar dibuat terpana, bagaimana tidak, sosok Bhima yang selama ini selalu menang dalam pertarungan, kini benar-benar tak berdaya menghadapi Ksatria Pengembara yang seperti orang main-main saja menghadapinya. Memasuki jurus ke 77, Bhima tak sanggup lagi untuk melancarkan serangan gada raksasanya, tenaganya benar-benar terkuras. Sekujur tubuh dan wajahnya tampak penuh bersimbah keringat. Bahkan untuk mengangkat wajah saja, sulit bagi Bhima untuk melakukannya.Bintang mengalahkan lawannya tanpa sedikitpun menyentuhnya. Sungguh tontonan yang sangat menarik sekali bagi orang-orang yang melihatnya. Ditempatnya Bhima terlihat sedang mengumpulkan sisa-sisa tenaganya kembali, tak rela dirinya dipermalukan seperti saat ini. Bhima mengangkat wajahnya dan menatap garang kearah Bintang.“Sebagai seorang pendekar besar, apa bisamu cuma menghindar saja, hadapi aku secara jantan!” ucap Bhima dengan penuh kekesalan. Me
“Cabut pedang pendekar!” ucap Nazrat tegas.Untuk menghormati lawannya, Bintangpun mencabut senjatanya, dan ;Sreeggg !!!Bukan Pedang Bintang Angkasa yang Bintang gunakan, melainkan Keris Kyai Guntur yang ada dipinggang belakangnya. Kedua mata Nazratpun terlihat membesar melihat senjata aneh ditangan Bintang, bukan hanya Nazrat, tapi semua orang ditempat itu sampai ikut berdiri untuk melihat lebih jelas senjata yang ada ditangan Bintang.Bentuknya yang sampai membuat orang-orang penasaran untuk melihatnya lebih dekat. Sebuah keris keris yang terbuat dari batu petir berluk 13 dengan ukiran pijaran petir dari gagang hingga ke ujung keris, gagangnya terbuat dari giok hitam yang disebut giok batu bulan.“Mari...!” ucap Bintang lebih dulu meminta Nazrat untuk menyerangnya terlebih dahulu, Bintang ingin melihat lebih jauh apa keistimewaan sepasang belati berantai yang ada ditangan lawannya.Nazrat terliha