Malam datang, bersamaan dengan datangnya hujan lebat yang mengguyur sebagian permukaan bumi. Untungnya Bintang dan Gye menemukan sebuah gubuk pemburu tak jauh dari tempat Gye dan Ratu Neraka Es tadi bertarung, maka keduanya segera berteduh digubuk yang ternyata sedang tidak ada pemiliknya tersebut, karena gubuk itu adalah gubuk pemburu, hanya setiap musim berburu saja para pemburu mendiami gubuk tersebut.
Gye segera membantu Bintang untuk duduk diatas kasur tanpa ranjang yang ada didalam gubuk tersebut, Bintangpun segera mengambil sikap meditasi untuk mengerahkan segel dewa kehidupannya, menyembuhkan luka dalam yang dideritanya.
Gye sendiri terlihat segera menghidupkan beberapa lampu yang ada didalam gubuk tersebut. Setelah lampu-lampu menerangi gubuk itu, Gye segera kembali mendekati Bintang dan duduk dihadapan Bintang, terus memperhatikan sosok Bintang yang sedang tenggelam dialam meditasinya. Walau sudah sedikit tenang, Gye masih terlihat khawatir melihat w
Sebuah tempat makan terlihat ramai oleh pengunjung, salah satunya adalah Bintang dan Gye yang tampak mengenakan caping bambu mereka dan masih menikmati makan mereka. Tempat makan itu terlihat ramai sekali oleh pengunjung, karena itulah Bintang dan Gye tidak melepas capingnya agar tidak memancing perhatian orang. Julukan pengantin buronan sudah melekat pada mereka, banyak pendekar bayaran yang tengah mencari-cari Bintang dan Gye. Bahkan dalam beberapa hari ini saja entah sudah berapa kali Bintang dan Gye harus melayani para pendekar yang berusaha untuk menangkap mereka.Sepasang rahib tampak memasuki tempat makan yang tengah ramai tersebut, kedua rahib ini juga tampak mengenakan caping dikepala mereka. Untunglah saat kedua rahib ini masuk, ada orang yang keluar karena telah selesai mengisi perutnya, maka meja itupun segera mereka ambil. Seorang pelayan dengan cepat melayani keduanya. Kedua rahib itu tampak membuka caping dikepala mereka dan terlihatlah wajah keduanya dan terya
“Cantik seperti biasanya kakak ke-3” ucap Rahib Angulimala lagi. “Tapi sepertinya adik ke-9 memang benar-benar telah memilih keluar dari jalan Budha” sambung Rahib Angulimala lagi hingga membuat Rahib Anathadika terlihat menarik nafas panjang.“Siapa lelaki yang ada disebelahmu adik ke-9?” tanya Rahib Anathadika.“Ini suamiku kakak ke-3” ucap Gye memperkenalkan Bintang. Wajah kedua rahib ini terlihat berubah.“Kau benar-benar telah meninggalkan jalan Budha adik ke-9” ucap Rahib Angulimala.“Berarti benar penglihatanku... kenapa kau melakukan semua ini adik ke-9?” tanya Rahib Anathadika dengan lembut. Memang sejak berada di Aliran Jalan Menuju Nirwana, Gye dan Rahib Anathadika sangatlah dekat. Seperti kakak dan adik.“Gye mencintainya kakak ke-3” jawab Gye.“Bukan itu adik ke-9? tapi kenapa kau membunuh adik ke-5 dan adik ke-6?” ucap Rahib Angulima
“Apa maksudmu adik ke-9?” tanya kedua rahib ini hampir bersamaan.“Saat ini Gye sudah memeluk agama Islam. mengikuti suami Gye” ucap Gye lagi hingga lagi-lagi membuat wajah kedua kakak seperguruannya berubah. Keduanya tampak menatap kearah Bintang, Rahib Anathadika sendiri walaupun buta, tapi wajahnya ikut berpaling kearah Bintang, seakan-akan dia bisa menatap sosok Bintang. Walau tidak melihat dengan mata zahirnya, tapi Rahib Anathadika bisa melihat dengan mata nirwananya.“Ternyata tidak salah guru memerintahkan untuk membunuhnya, dia telah membawamu keluar dari jalan dharma adik ke-9” ucap Rahib Anathadika lagi.“Ksatria Pengembara... Aku menantangmu dalam pertarungan hidup mati. Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu atas kematian saudara-saudara seperguruanku!” ucap Rahib Anathadika lagi.Gye yang ingin angkat bicara, tertahan saat Bintang menahan dirinya. Bintang yang sejak semula hanya
“Kakak ke-4!” ucap Gye terkejut karena ternyata Rahib Angulimala yang telah menyerangnya.“Daripada hanya menonton, lebih baik kita bertarung adik ke-9” ucap Rahib Angulimala seraya melintangkan tongkat gemerincingnya didepan dada.Gye kembali menoleh kearah pertarungan Bintang dan Rahib Anathadika. Gye khawatir melihat keadaan Bintang yang semakin terdesak hebat.“Kemana matamu adik ke-9, awas serangan!” kembali serangan tongkat gemerincing Rahib Angulimala mengalihkan perhatian Gye. Selanjutnya Gye terpaksa melayani serangan-serangan Rahib Angulimala dengan Ilmu Langkah Jalan Nirwananya, sejenis ilmu langkah ajaib yang digunakan untuk menghindari sekaligus menyerang lawan.Selanjutnya terjadilah dua pertarungan dahsyat ditempat itu, antara Bintang dan Rahib Anathadika, Gye menghadapi Rahib Angulimala. Kedua rahib menggunakan tongkat gemerincing mereka, Bintang menggunakan ilmu pedang tanpa bentuknya,
“Apa yang terjadi, apa mata nirwana Kakak ke-3 berhasil dikalahkan!” batin Rahib Angulimala lagi heran. Apa yang menjadi pemikiran Rahib Angulimala juga menjadi pemikiran Gye yang kini tampak menatap kearah sosok Bintang yang sudah berdiri dengan gagah beberapa tombak dihadapan Rahib Anathadika. Gye tidak tau bagaimana cara Bintang mengalahkan ilmu mata nirwana Kakak ke-3nya.Rahib Anathadika yang terjatuh kini mulai tampak bangkit.Craakhhhh!Rahib Anathadika tampak menusukkan tongkat gemerincingnya ketanah, terlihat wajah Rahib Anathadika kali ini benar-benar serius.“Khhhaaaaaaaa!”Rahib Anathadika terlihat berteriak keras menghimpun tenaganya, dan ;Weerrrr!Sosok tubuh Rahib Anathadika tiba-tiba saja memancarkan aura keemasan yang sangat terang benderang, cukup menyilaukan pandangan hingga harus membuat semua yang ada ditempat itu menutupi pandangan mereka dengan tangan.“
Duggghhh! Duggghhh! Duggghhh!Jurus tendangan tanpa bayangan dikerahkan Bintang, tapi kembali serangan Bintang membuahkan hasil, tubuh Rahib Anathadika menjadi sasaran empuk serangan Bintang, tapi lagi-lagi tak ada hasil yang berarti.Duggghhh! Duggghhh! Duggghhh!Duggghhh! Duggghhh! Duggghhh!Begitulah seterusnya, tak satupun serangan-serangan Bintang memiliki dampak berarti bagi tubuh Rahib Anathadika.Huuppp!Bintang melompat tinggi keudara menghindari serangan kepalan Budha Rahib Anathadika, di udara, Bintang langsung menukik tajam kearah Rahib Anathadika yang ada dibawahnya, dan ;“Tapak Guntur, hheaaa!”Bintang melepaskan pukulan Tapak Gunturnya kearah Rahib Anathadika, begitu cepatnya sampai-sampai Rahib Anathadika tak sempat lagi untuk menghindar. Bintangpun menghantamkan kedua telapak tangannya yang sudah mengandung kekuatan Tapak Guntur pada kedua pundak Rahib A
“Ternyata nama besar Ksatria Pengembara memang benar-benar nyata Kakak ke-3”“Benar adik ke-4, nama besarnya yang selama ini kita dengar benar-benar bukan julukan kosong, pantas saja Sekte Budha Hidup bisa dihancurkan olehnya” ucap Rahib Anathadika lagi.“Lebih baik Kakak ke-3 sembuhkan luka dalam terlebih dulu, biar aku yang menghadapinya sekarang” ucap Rahib Angulimala lagi.“Hati-hati adik ke-4, mata nirwana dan Genta Emasku bisa dikalahkannya” ucap Rahib Anathadika memperingatkan. Rahib Angulimala tampak menganggukkan kepalanya.Setelah membantu Rahib Anathadika untuk duduk bermeditasi, Rahib Angulimala segera bangkit dan melangkah kearah Bintang dan Gye. Gye ingin melangkah maju, tapi Bintang melarangnya.“Biar kakak yang menyelesaikan ini Gye!” ucap Bintang lagi hingga membuat Gye mengurungkan niatnya untuk maju. Bintang tau bagaimana dilemanya Gye bila har
Bintangpun kembali mengerahkan jurus Telapak Bayangannya, dan ;Wuuuttt! Wuuuttt! Wuuuttt! Wuuuttt!Dhuar ! Dhuar ! Dhuar ! Dhuar ! Dhuar ! Dhuar !Kembali puluhan ledakan terjadi diudara, akibat pertemuan kedua jurus yang hampir-hampir mirip tersebut.Keduanya terus saja melepaskan jurus yang sama berkali-kali tanpa henti, bahkan sampai sosok Rahib Angulimala turun kembali ketanah, keduanya masih terus melepaskan jurus yang hampir mirip tersebut, sehingga ;Dhuar ! Dhuar ! Dhuar ! Dhuar ! Dhuar !Ledakan demi ledakan terus terjadi diudara, seperti ledakan kembang api dimalam tahun baru, sungguh menakjubkan melihatnya. Gye yang ada ditempat itu menyaksikan pertarungan itu sampai terpana melihatnya. Gye sungguh tak menyangka Bintangpun memiliki jurus yang hampir sama dengan Kakak ke-4nya. Sehingga kekaguman Gye kepada Bintang semakin menjadi-jadi.Entah sudah berapa lama keduanya mengerahkan jurus yang hampir-hampir mirip itu,
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig