Festival 1000 lampion malam itu akan segera dilaksanakan, ratusan orang tampak sudah berkumpul disepanjang jalan ibukota dengan masing-masing memegang lampu lampion, ada yang memegang satu, juga ada yang memegang dua sekaligus. Sungguh indah sekali pemandangan itu bila dilihat dari kejauhan, ratusan lampu lampion sudah siap untuk dilepaskan ke udara secara bersama-sama. Hanya tinggal menunggu waktunya saja, dimana lampu-lampu lampion akan dilepaskan secara bersama-sama tepat ditengah malam.
Keindahan itu pula yang saat ini dinikmati oleh Bintang dan Gye yang melihatnya dari atas sebuah puncak bukit dari kejauhan, keduanya tampak berdiri menikmati pemandangan indah dihadapan mereka, Gye tampak dengan erat memeluk lengan Bintang seraya terus memperhatikan keindahan pemandangan yang ada dihadapan mereka, Bintang memberikan ajian mata dewanya kepada Gye agar Gye dapat melihat dengan jelas dari kejauhan dan hal ini pula yang semakin membuat kekaguman Gye pada Bintang sema
“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh” terdengar lelaki tua yang baru saja muncul dihadapan Bintang memberikan salam.“Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakaatuh” Bintang menjawab salam itu seraya membuka kedua matanya.“Ada gerangan apakah kiranya tuanku memanggil hamba” ucap Mustofa ini dengan lemah lembut.“Mustofa, aku ingin kau menikahkan kami berdua” ucap Bintang lagi, Mustofa tampak memalingkan pandangannya kearah Gye.“Apakah orangtua atau wali atasnya masih ada tuanku?”Bintang tampak menatap kearah Gye yang tampak menggeleng.“Sudah tidak ada Mustofa”“Baiklah tuanku, izinkan hamba pergi sebentar untuk mencari 2 orang saksi atas pernikahan ini” ucap Mustofa seraya menjura hormat kembali kepada Bintang. Bintang hanya mengangguk.Malam itu akhirnya Bintang dan Gyepun menikah dengan penuh kesakralan, tahap demi tahap
FESTIVAL 1000 lampion di Kota Shannan berlangsung selama 2 hari 2 malam, seperti malam sebelumnya, malam inipun sudah dipersiapkan 1000 lampion yang siap diterbangkan keudara. Dari kejauhan, tepatnya dari atas sebuah bukit, sepasang muda mudi tengah duduk saling berpangku menikmati pemandangan indah yang ada dihadapan mereka, raut wajah keduanya terpancar suatu kebahagiaan, kebahagiaan seperti sepasang pengantin baru, karena memang keduanya baru saja menikah dan masih menikmati hari-hari pengantin mereka, malam ini adalah malam kedua malam pengantin mereka. Dan keduanya tak lain adalah Bintang dan Gye adanya. Kini keduanya sudah menikah, tidak ada lagi rasa sungkan dan malu untuk saling bermesraan dan bermanjaan. Gye tampak bergelayut manja dipangkuan Bintang, dengan menggenggam erat tangan Bintang, keduanya tampak begitu menikmati keromantisan dan keindahan malam, melihat ribuan lampion yang sudah siap dilepaskan ke udara.Wajah keduanya berbinar saat seribu lampion mulai di
2 POSTER tampak terpampang dibeberapa tempat disepanjang jalan, ramai orang yang melihatnya, ternyata 2 poster itu adalah poster buronan dengan nilai buronan yang sangat tinggi, sehingga tak heran banyak orang yang tertarik untuk melihatnya. Dua diantaranya adalah sepasang pendekar yang mengenakan caping dikepalanya, keduanya juga tampak ikut berdesak-desakan diantara orang-orang yang tengah melihat 2 poster tersebut. Dikatakan pendekar karena terlihat pedang yang tersampir dipunggung mereka. Tak lama kedua orang bercaping ini tampak berjalan keluar dari kerumunan dan mulai berjalan menjauh. Melihat pakaian keduanya, mereka adalah sepasang muda mudi.“Mahal sekali nilai buronan kita kak” terdengar suara lembut disalah seorang bercaping yang rupanya adalah Gye.“Sepertinya tuan muda masih penasaran denganmu Gye” ucap Bintang tersenyum menggoda. Gye hanya mencibir mendengar hal itu.“Tapi Gye-kan sudah punya suami yang sangat Gye cint
Sebuah sentilan jari yang ringan namun mempunyai kekuatan seperti seekor kuda yang sedang menendang dengan berangnya. Sentilan jurus 'Jari Petir' itu tidak mempunyai wujud ataupun warna, namun gelombang tenaga dalam inti petir yang dikeluarkan cukup tinggi mampu menghancurkan benda. Tak heran jika lelaki besar dan sangar itu terlempar ke belakang dan terbanting cukup jauh. Pingsan dan tak bangun-bangun lagi.Sementara Gye yang ada didekat Bintang tak terlalu heran dengan hal itu, karena memang menurutnya Bintang adalah gudangnya ilmu-ilmu yang berada diluar nalarnya. Makanya Gye hanya tersenyum memandang kearah Bintang yang saat itu juga menatapnya dengan tersenyum.Seett! Seett!Taappp ! Taappp !Tiba-tiba saja Gye menggerakkan tangannya kedepan, kini diantara jepitan jari Gye terlihat dua buah belati, rupanya ada yang melemparkan senjata rahasianya kearah Bintang dan Gye, untunglah Gye dengan sigap menangkapnya.Gye bangkit berdiri dan m
“Minggir ! minggir! minggir!”Belum lagi para pendekar ingin menyerang kearah Bintang dan Gye, sebuah teriakan terdengar dari luar kerumunan. Barisan para penduduk dan pendekar yang ada ditempat itu terlihat langsung menepi, puluhan orang prajurit terlihat langsung masuk kedalam barisan dan dengan sangat disiplin, puluhan orang prajurit terlihat langsung bergerak mengepung sosok Bintang dan Gye. Dan para prajurit juga terlihat langsung membentuk jalan dengan berbaris rapi. Diujung pandangan terlihat sosok berkuda tengah berjalan kearah Bintang dan Gye.Bintang dan Gye mengenali sosok itu karena dia adalah Panglima Liu Wenhui, dihadapan Bintang dan Gye, Panglima Liu Wenhui menghentikan langkah kudanya dan dengan ringannya Panglima Liu Wenhui melompat turun dari punggung kudanya.“Tuan...! nona...! ikutlah bersama kami untuk menghadap tuan walikota” ucap Panglima Liu Wenhui lagi kepada Bintang dan Gye.“Kami sudah menikah tuan
Hanya Bintang yang tidak terkejut melihat hal itu, karena Bintang tau, saat ini Gye sedang menggunakan Jurus Pedang 4 Musim yang bernama hujan musim panas.Trangggg! Trangggg! Trangggg! Trangggg!!Trangggg! Trangggg! Trangggg! Trangggg!!Sungguh menakjubkan pertarungan yang terjadi dan disaksikan oleh banyak orang itu, pijaran-pijaran ai dahsyat terlihat meledak-ledak diudara seperti pesta kembang api diudara.Crassshhh! Crassshhh!Serangan Gye berhasil mengenai tubuh Panglima Liu Wenhui, terlihat sosok Panglima Liu Wenhui terlempar jatuh kebawah seraya terus melindungi tubuhnya dari serangan-serangan bayangan pedang milik Gye.Wuuutttt! Wuuutttt! Wuuutttt! Wuuutttt!!Panglima Liu Wenhui memutar tombak bermata pedang ditangannya seperti baling-baling didepan dadanya untuk melindungi dirinya dari serangan Gye.Trangggg! Trangggg! Trangggg! Trangggg!!Gye terus melancarkan serangannya kepada Panglima Liu Wenhui hi
Untunglah hal itu tak berlangsung lama, Bintang dan Gye saling melepas lumatan mereka masing-masing.“Tunggu dan lihat kakak, Gye” ucap Bintang lembut. Gye tersenyum dan mengangguk seraya melepaskan pelukan kedua tangannya dileher Bintang. Bintang sendiri kini segera berbalik dan melangkah kearah Panglima Liu Wenhui yang masih terlihat berdiri tenang ditempatnya. Walaupun kita tak tau apa yang terjadi pada batin Panglima Liu Wenhui melihat adegan mesra dan panas tepat didepan matanya.Bintang kini berhenti melangkah dan berdiri beberapa langkah dihadapan Panglima Liu Wenhui.“Maaf panglima. Maklum masih pengantin baru” ucap Bintang tersenyum kearah Panglima Liu Wenhui. Panglima Liu Wenhui hanya bisa tersenyum getir mendengar ucapan Bintang.Cringgg !Bintang mencabut Pedang Bintang Angkasanya. Kedua mata Panglima Liu Wenhui terlihat menyipit melihat pedang yang kini ada ditangan Bintang, bentuknya sungguh unik dan s
Sore datang saat Bintang dan Gye tiba diatas bukit, menatap kearah sebuah kota besar yang sudah mulai tampak dipenuhi dengan lampu-lampu disepanjang jalanan ibukota. Kota yang tampak dikelilingi oleh sungai-sungai berwarna biru. Sungguh indah sekali terlihat dari jauh.“Itu namanya kota Zhanang kak, masih berada dalam wilayah tibet” ucap Gye. Bintang terlihat mengangguk mendengarnya.“Kakak lihat bangunan tinggi besar menjulang disana!” tunjuk Gye, dengan mata dewanya Bintang dapat melihat dengan jelas bangunan tersebut.“Itu adalah Biara Samye, biara Budha pertama di Tibet.” sambung Gye menjelaskan. “Dulu Gye bersama guru dan kakak-kakak seperguruan Gye sering kesana untuk bermeditasi” ucap Gye lagi.“Apakah Aliran Jalan Menuju Nirwana masih jauh dari sini?!” tanya Bintang lagi.“Aliran Jalan Menuju Nirwana berada wilayah Lhasa kak... cukup jauh dari sini&
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig