Malam semakin larut, sementara itu dirumah megah yang menjadi tempat kediaman Sultan Ahmad Jalair yang memiliki dua lantai, dari lantai atas kita dapat melihat indahnya kota Qairo dan inipula yang yang dilakukan Bintang saat ini, menikmati keindahan kota Qairo, dari kejauhan Bintang juga dapat melihat istana megah Sultan Barquq.
“Rupanya tuan disini” sebuah suara lembut menyadarkan Bintang dari lamunannya, Bintang segera berpaling, dan ;
“Tatyana” ucap Bintang tersenyum.
“Dimana Bruce, Tatyana?” tanya Bintang lagi karena saat terakhir Bintang meninggalkannya, Bruce sedang bersenda gurau dengan Tatyana.
“Bruce sudah tertidur tuan” ucap Tatyana lagi tersenyum.
Lalu kedua-duanya tampak menatap keindahan kota Qairo datang puncak rumah tersebut.
“Apa tuan tau, kenapa Sultan Ahmad Jalair membawa putri ke istana?” ucap Tatyana tiba-tiba. Bintang yang penasaran segera mengalihkan pandangann
Malam berikutnya, bulan tampak bersinar dengan terang menerangi alam. Keadaan kotaraja Qairopun tampak begitu ramai dengan segala aktifitasnya. Diantara keramaian tersebut terlihat sosok Bruce yang begitu menikmati keramaian dan keindahan kotaraja dari atas pundak Bintang. Bintang memang sengaja mengangkat dan menaikkan sosok Bruce keatas pundaknya agar Bruce lebih dapat menikmati keadaan kotaraja yang begitu sangat indah malam itu.“Indah sekali ya ayah” ucap Bruce takjub melihat keramaian dan keindahan ibukota raja tersebut. Bintang hanya tersenyum bahagia mendengar dan melihat kegembiraan Bruce menikmati semua itu.“Ayah, lihat!” tiba-tiba saja Bruce menunjuk kesuatu arah. Bintang mengikuti arah yang ditunjuk oleh Bruce.Terlihat seorang anak kecil yang seumur Bruce tengah berjalan kebingungan dan menangis melihat kerumunan orang yang begitu banyak. Bintang segera menurunkan Bruce yang ada dipundaknya. Bruce terlihat langsung berlari k
Di suatu tempat diluar kotaraja.Sebuah kereta kuda dengan dikawal oleh 4 orang tampak berhenti disebuah tanah lapang yang ada didalam sebuah hutan. Ke-4 orang yang berada diluar tampak bersiaga berjaga-jaga.Di dalam kereta kuda tersebut, terlihat seorang laki-laki bertubuh gempal gemuk tengah menatap liar sesosok wanita berpakaian serba putih yang tengah tak sadarkan dihadapannya. Wajahnya cantik untuk wanita yang sudah berusia cukup usia.Glek !!Terlihat lelaki gemuk gempal berpakaian bangsawan kerajaan itu meneguk ludahnya berkali-kali menatap sekujur tubuh wanita yang tak sadarkan diri yang ada dihadapannya tersebut. Dengan tangan bergetar, tangannya terulur kearah wajah jelita sang wanita tersebut.“Uggghhh!”Tapi sebelum tangannya menyentuh pipi si wanita, wanita itu tampak mengerang terbangun dari pingsannya, sehingga lelaki gemuk gempal tersebut dengan cepat menarik tangannya kembali kebelakang.Wanita cantik itu
“Berurusan denganku. Berarti kau juga akan berurusan dengan prajurit-prajurit kerajaan. Sultan Barquq pasti akan menangkapmu!” ucap lelaki gemuk gempal itu lagi.“Ha ha ha...! aku ingin tau, apakah reaksi Sultan Barquq melihat pejabat istananya yang cabul sepertimu!” ucap Bintang dengan sinisnya, hingga lagi-lagi wajah lelaki gemuk gempal itu kembali berubah. Kali ini bukan berubah marah, tapi berubah pucat.“Kenapa kau mengangguku dan calon istriku itu ha!” kembali bentak lelaki gemuk gempal itu lagi seraya memandang kearah Sarah. Bintang ikut memalingkan pandangannya kearah Sarah.“Apa benar itu nyonya?!” tanya Bintang lagi kepada Sarah.“Tidak! Itu tidak benar tuan. saya dan tuan Batista tidak ada hubungan apa-apa” ucap Sarah cepat hingga membuat Bintang tersenyum dan kembali menatap kearah lelaki gemuk gempal itu lagi.“Kau dengar sendiri. Dia bukan siapa-siapamu!” ucap Bin
Di dalam pondok ternyata cukup luas, lengkap dengan segala perabotannya, ada ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur dan dua kamar. Sarah mengarahkan Bintang untuk membawa Bruce dan William ke kamar yang satunya. Di dalam kamar itu terdapat sebuah ranjang besar yang masih muat untuk 3 orang tidur diatasnya. Dengan sangat hati-hati Bintang meletakkan sosok Bruce dan William, lalu menyelimuti keduanya. Semua itu menjadi perhatian Sarah yang hanya tersenyum berdiri ditempatnya melihat apa yang dilakukan Bintang.“Nyonya.” ucapan lembut Bintang menyadarkan Sarah dari lamunannya.“Oh.. eh iya, tuan beristirahat saja dulu di sofa itu. Saya akan membuatkan makan malam untuk tuan” ucap Sarah lagi. Bintang hanya mengangguk tersenyum.Bintang menjatuhkan dirinya diatas sofa besar yang ada diruang keluarga tersebut. Sejenak Bintang memperhatikan keadaan disekitarnya, rumah itu tampak begitu rapi dan terawat. Hal ini tentu saja karena ada tang
Keesokan paginya, Sarah terbangun karena mendengar suara berisik yang berasal dari dapurnya. Sarah dengan cepat bangkit dari ranjangnya dan segera berjalan keluar kamarnya dan langsung menuju ke dapur. Seketika saja wajah Sarah berubah saat melihat apa yang ada dihadapannya.Terlihat Bruce dan William yang tengah duduk tertawa-tawa ringan, dihadapan mereka tampak Bintang yang tengah memasak dengan melakukan sedikit aksi akrobatiknya, saat melihat kehadiran Sarah, Bintang hanya tersenyum.“Maaf.” ucap Bintang menggerakkan bibirnya tanpa suara. Sarah mengerti arti gerak bibir Bintang. Dan Sarah hanya mengangguk.“Mari duduk disini Sarah. Kita sarapan bersama-sama” ucap Bintang lagi hingga membuat Bruce dan William menghentikan tawanya dan berpaling.“Ibu!” ucap William langsung turun dari kursinya, lalu berlari kearah Sarah. Sarah segera menyambut William putranya kedalam gendongannya.Lalu bersama William, keduany
“Aaa... Apa yang ingin tuan lakukan?!” tanya Sarah terkejut.“Aku akan membantumu untuk memotong kayu-kayu ini Sarah” ucap Bintang lagi seraya melangkah maju kedepan. Kesalah satu batang pohon besar yang ada dihadapannya. Di batang pohon besar itu terlihat sompak-sompakan potongan kecil bekas Sarah memotong untuk menjadikan kayu bakar masaknya.“Mundur sedikit Sarah” ucap Bintang kepada Sarah yang ada disebelahnya. Dengan wajah bingung, Sarah segera melangkah mundur.Bruce dan William yang melihat Bintang mencabut pedang segera ikut mendekat.“Apa yang ayah mau lakukan?” tanya Bruce“Ayah akan membantu Sarah memotong-motong kayu-kayu ini Bruce. Ajak William menjauh!” ucap Bintang lagi.Bruce segera mengajak William untuk mundur, mendekati Sarah yang segera mendekap keduanya. Sarah dan William masih bingung atas apa yang akan dilakukan oleh Bintang.Bintang sendiri kini sudah
Kedua bocah kecil inipun dengan riang gembira berlari ke bawah dan segera Bruce mengajarkan dasar kuda-kuda kepada William. Bintang dan Sarah hanya melihatnya dari kejauhan.“Sudah lama Sarah tak melihat William sebahagia ini” ucap Sarah seraya mengalihkan pandangannya kearah Bintang.“Ya, aku juga sudah lama tak melihat Bruce seceria ini Sarah” ucap Bintang balas tersenyum.Sesaat keduanya hanya saling pandang dan tersenyum satu sama lain.“Baiklah. Ayo kerjaan kita masih banyak!” ucap Bintang lagi.“Loh... bukannya semua kayu sudah dipotong tuan” ucap Sarah bingung dan tiba-tiba saja Bintang memandang Sarah dengan tajam.“Mulai sekarang panggil aku dengan nama saja Sarah... Bintang” ucap Bintang lagi hingga membuat Sarah ikut tersenyum.“Baik Bintang” ucap Sarah lembut.“Ayo kita kerja sama-sama” ucap Bintang lagi.“Mau ngerjain a
Sudah hampir satu minggu lamanya Bintang tinggal bersama Sarah dan William. Malam itu seperti biasanya sebelum tidur, Bintang selalu bermain dengan Bruce dan William. Bercanda dan bersenda gurau bersama. Tapi Sarah tak terlihat diantara mereka. Saat ini Sarah memang tidak ikut menemani, karena Sarah tengah berada dikamarnya. Sarah tampak duduk didepan meja riasnya, menghias dirinya secantik mungkin. Entah sudah berapa lama Sarah tidak mendandani dirinya sendiri dan malam ini entah kenapa Sarah ingin sekali terlihat cantik dihadapan Bintang. Setelah merasa cukup, Sarah terlihat menatap sosok dirinya didepan kaca besar yang ada dihadapannya. Sarah mengagumi kecantikannya sendiri.“Ternyata aku masih cantik seperti dulu” batin Sarah lagi seraya bangkit berdiri. Didepan kaca besar, Sarah memutar mutar tubuhnya dan memperhatikan sosoknya sendiri dari arah kaca.“Apakah benar Bintang tidak tertarik sedikitpun terhadapku.” batin Sarah lagi bingung.
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig