Sebuah pemukiman penduduk yang letaknya cukup tersembunyi karena berada disebuah lembah yang dipenuhi oleh hutan belantara yang sangat lebat pepohonannya. Permukiman tersembunyi inilah yang dicari oleh orang-orang Istana Atlas City, karena ini merupakan tempat tinggal Jendral Saxon Draig dan para pengikutnya yang sudah dicap sebagai pemberontak oleh Raja Agung Atlas.Saat ini Jendral Saxon Draig tengah mengadakan rapat diantara para perwira prajuritnya untuk membahas hal-hal yang bersangkutan dengan persiapan mereka untuk menyerang Atlas City. Pertemuan itu terhenti sejenak saat seorang dara berparas cantik jelita tampak memasuki ruangan tersebut dengan sedikit tergesa-gesa.Sosok gadis yang mengenakan pakaian perak beralur putih, berwajah cantik, bermata biru, berkulit putih bersih, dengan bibir pink merona. Rambutnya berwarna keperakan ditambah untaian permata yang melingkar dibelahan rambut dikeningnya, sungguh suatu sosok yang menawan sekali.&ldquo
Sebuah kamar yang cukup mewah, dimana didalamnya tampak sosok Putri Maera berada. Putri Maera yang menyadari kalau dirinya telah tertangkap tampak memperhatikan keadaan disekelilingnya, berusaha untuk mencari jalan keluar dari tempat itu, sayang kemampuan Amblas bumi yang Bintang ajarkan padanya belum sempurna, jika tidak, tentu sudah digunakannya sejak tadi untuk meloloskan diri dari tempat itu.Tanpa sepengetahuan Putri Maera, sesosok tubuh tampak tengah memperhatikan apa yang dilakukannya dari balik sebuah cermin besar yang ada dikamar tersebut. Dia adalah Jendral Saxon Draig. Cermin yang hanya terlihat dari satu sisi ini tak disadari oleh Putri Maera. Entah sudah berapa lama Jendral Saxon Draig berada ditempat itu memperhatikan sosok Putri Maera.Tok !! Tok !! Tok !!Terdengar suara ketukan dari luar.“Masuk!” ucap Jendral Saxon Draig tegas.Seorang prajurit berpangkat kapten tampak masuk, lalu menjura hormat dihadapan Jend
“Maksud tuan! Bruce Wayne, putra Letnan Bruce dan nyonya Sarah Wayne?” tanya Jendral Saxon Draig lagi, kali ini Bintang yang terkejut mendengarnya.“Dimana? Dimana nyonya Sarah sekarang tuan ? kami sudah mencari kemana-mana, tapi tidak menemukannya” ucap Jendral Saxon Draig lagi. Bintang tetap terdiam mendengarnya.“Kami semua yang ada disini berhutang nyawa dengan Letnan Bruce tuan. Kalau bukan karena Letnan Bruce... kami takkan selamat keluar dari wilayah Atlas City” ucap salah satu perwira lagi hingga mengejutkan Bintang yang mendengarnya.“Tolong katakan kepada saya tuan. Di mana nyonya Sarah sekarang berada, biarkan kami menjemput dan menjaga nyonya Sarah dan putranya. Di sini mereka lebih aman” ucap Jendral Saxon Draig lagi.“Kami mohon tuan!” ucap para perwira langsung menjura berlutut dihadapan Bintang. Hal ini semakin membuat Bintang tak enak.“Baiklah. Aku akan memberitahu
Malam itu, Sarah Wayne datang bersama utusan Jendral Saxon Draig, Sarah yang percaya karena mereka adalah utusan Jendral Saxon Draig, Sarah mengenal beberapa diantaranya, apalagi utusan itu mengatakan kalau Bintang yang menyuruh mereka untuk menjemputnya, maka tanpa menunggu waktu lagi, Sarah segera pergi bersama utusan tersebut menuju tempat persembunyian Jendral Saxon Draig dan para prajuritnya. Kedatangan Sarah Wayne tentu saja disambut dengan suka cita oleh Jendral Saxon Draig dan para prajurit yang lain. Karena memang, Letnan Bruce, suami Sarah Wayne memang sangat berjasa menyelamatkan nyawa mereka semua dari hukuman mati Raja Agung Atlas, Letnan Bruce mengorbankan dirinya demi menyelamatkan mereka semua, karena itulah Jendral Saxon Draig dan para prajurit yang lainnya sangat berhutang budi pada Letnan Bruce. Sementara Sarah Wayne sendiri sangat gembira melihat kehadiran Bintang ditempat itu, kalau saja tidak ada orang ditempat itu, mungkin Sarah Wayne sudah memeluk Bintang.
Sementara itu ditempatnya, Bintang hanya memperhatikan jalannya pertarungan, Jendral Saxon Draig yang berada disebelah Bintang tampak sesekali melihat kearah Bintang untuk melihat bagaimana reaksi Bintang memperhatikan jalannya pertarungan. Tapi bukan saja Jendral Saxon Draig yang terus memperhatikan Bintang, Sarah Wayne juga ikut memperhatikan Bintang.“Bagaimana menurut tuan?” tanya Jendral Saxon Draig kepada Bintang tiba-tiba. “Apa Jendral?”“Mengenai pertarungannya” jelas Jendral Saxon Draig. Bintang kembali mengalihkan pandangannya kearah pertarungan yang berjalan.“Hebat! Sungguh luar biasa teknologi alat yang digunakan” ucap Bintang lagi.“Oh ya Jendral. Saya dengar, Raja Agung Atlas akan menyerang Olympus dalam waktu dekat ini” ucap Bintang.“Ya saya juga sudah mendengar hal itu”“Apa Jendral juga setuju dengan hal ini?” tanya Bintang, Jendral Saxon D
Putri Maera tampak terbaring pasrah diatas pembaringan, matanya menatap liar kamar yang menjadi tempat peristirahatannya, sudah dicobanya dicari kesana kemari, tapi tetap tidak ditemukan jalan keluar yang bisa digunakannya untuk meninggalkan tempat itu.Kreaaakk !!!Terdengar suara pintu kamar terbuka, Putri Maera dengan cepat bangkit berdiri dari pembaringan sambil menatap kearah pintu. Sesosok tubuh tampak muncul dari balik pintu.“Jendral Saxon Draig...” ucap Putri Maera dengan wajah berubah saat melihat sosok yang baru saja muncul tersebut.Putri Maera langsung bersikap waspada melihat kemunculan orang yang menjadi musuh nomor 1 di Atlas City.“Bagaimana keadaanmu putri?” tanya Jendral Saxon Draig dengan lembut.“Tak perlu basa basi Jendral penghianat. Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Putri Maera dengan keras. Jendral Saxon Draig hanya tampak terdiam dan menarik nafas panjang melihat sikap keras Pu
Sore itu Jendral Saxon Draig tengah berbincang-bincang dengan Bintang. “Saya sudah memberitahu Putri Maera kalau dia adalah putriku tuan Bintang” ucap Jendral Saxon Draig.“Terus bagaimana reaksinya Jendral?” tanya Bintang mulai tertarik.“Dia masih bingung tuan”“Ya, saya bisa mengerti Jendral. Hal ini pasti akan membuat Putri Maera syok. Untuk sementara biarkan saja Putri Maera menenangkan diri dulu Jendral” ucap Bintang lagi hingga membuat Jendral Saxon Draig mengangguk.“Lalu apa rencana selanjutnya mengenai Putri Maera ini tuan Bintang?” tanya Jendral Saxon Draig lagi kepada Bintang.“Menurut saya lebih baik kita lepaskan Putri Maera lebih cepat lebih baik Jendral. Saya khawatir, hal ini akan memancing Raja Agung Atlas mengerahkan seluruh prajuritnya untuk mencari keberadaan Putri Maera. Saat ini kekuatan kita belum cukup mampu untuk berperang dengan Raja Agung Atlas” ucap
Malam itu, di camp kediaman Jendral Saxon Draig. Bulan tampak bersinar redup malam itu, awan hitam bergerombol tampak memenuhi kaki langit, Bintang -Bintang pun tak ada yang menampakkan dirinya malam itu. Anginpun terasa berhembus sedikit kencang, butiran-butiran salju sudah mulai turun.Sesosok wanita berusia mapan, berwajah cantik keibuan tampak berjalan dengan membawa sebuah pedang ditangannya, sesekali wajahnya menatap ke kiri dan kanan, seolah keberadaan dirinya tak ingin diketahui oleh orang lain. Didepan sebuah pintu kamar, langkahnya terhenti.Tok ! Tok !Pintu kamarnya itu ketuknya dengan sangat pelan.Kreaakk !Tak lama, pintu kamar itu terbuka, dari baliknya muncul sosok lelaki muda tampan tanpa pakaian atas hingga memperlihatkan tubuhnya yang kekar dan berotot.“Tuan...” terdengar suara lembut wanita itu menyapa.“Sarah.” ucap sosok lelaki tampan itu menyebutkan satu nama, rupanya sosok wanita yang
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig