Putri Maera tampak terbaring pasrah diatas pembaringan, matanya menatap liar kamar yang menjadi tempat peristirahatannya, sudah dicobanya dicari kesana kemari, tapi tetap tidak ditemukan jalan keluar yang bisa digunakannya untuk meninggalkan tempat itu.
Kreaaakk !!!
Terdengar suara pintu kamar terbuka, Putri Maera dengan cepat bangkit berdiri dari pembaringan sambil menatap kearah pintu. Sesosok tubuh tampak muncul dari balik pintu.
“Jendral Saxon Draig...” ucap Putri Maera dengan wajah berubah saat melihat sosok yang baru saja muncul tersebut.
Putri Maera langsung bersikap waspada melihat kemunculan orang yang menjadi musuh nomor 1 di Atlas City.
“Bagaimana keadaanmu putri?” tanya Jendral Saxon Draig dengan lembut.
“Tak perlu basa basi Jendral penghianat. Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Putri Maera dengan keras. Jendral Saxon Draig hanya tampak terdiam dan menarik nafas panjang melihat sikap keras Pu
Sore itu Jendral Saxon Draig tengah berbincang-bincang dengan Bintang. “Saya sudah memberitahu Putri Maera kalau dia adalah putriku tuan Bintang” ucap Jendral Saxon Draig.“Terus bagaimana reaksinya Jendral?” tanya Bintang mulai tertarik.“Dia masih bingung tuan”“Ya, saya bisa mengerti Jendral. Hal ini pasti akan membuat Putri Maera syok. Untuk sementara biarkan saja Putri Maera menenangkan diri dulu Jendral” ucap Bintang lagi hingga membuat Jendral Saxon Draig mengangguk.“Lalu apa rencana selanjutnya mengenai Putri Maera ini tuan Bintang?” tanya Jendral Saxon Draig lagi kepada Bintang.“Menurut saya lebih baik kita lepaskan Putri Maera lebih cepat lebih baik Jendral. Saya khawatir, hal ini akan memancing Raja Agung Atlas mengerahkan seluruh prajuritnya untuk mencari keberadaan Putri Maera. Saat ini kekuatan kita belum cukup mampu untuk berperang dengan Raja Agung Atlas” ucap
Malam itu, di camp kediaman Jendral Saxon Draig. Bulan tampak bersinar redup malam itu, awan hitam bergerombol tampak memenuhi kaki langit, Bintang -Bintang pun tak ada yang menampakkan dirinya malam itu. Anginpun terasa berhembus sedikit kencang, butiran-butiran salju sudah mulai turun.Sesosok wanita berusia mapan, berwajah cantik keibuan tampak berjalan dengan membawa sebuah pedang ditangannya, sesekali wajahnya menatap ke kiri dan kanan, seolah keberadaan dirinya tak ingin diketahui oleh orang lain. Didepan sebuah pintu kamar, langkahnya terhenti.Tok ! Tok !Pintu kamarnya itu ketuknya dengan sangat pelan.Kreaakk !Tak lama, pintu kamar itu terbuka, dari baliknya muncul sosok lelaki muda tampan tanpa pakaian atas hingga memperlihatkan tubuhnya yang kekar dan berotot.“Tuan...” terdengar suara lembut wanita itu menyapa.“Sarah.” ucap sosok lelaki tampan itu menyebutkan satu nama, rupanya sosok wanita yang
Keesokan harinya, dengan dilepas ratusan ribu pasukan Jendral Saxon Draig, Bintang, Putri Saxon beserta 25 orang prajurit terlatih berangkat untuk misi yang akan mereka jalankan, yaitu menuju Distric 13, dimana mereka akan menyelamatkan Bruce Wayne, putra Sarah Wayne. Diantara jutaan pasang mata yang melepaskan kepergian rombongan tersebut, hanya Sarah yang terlihat berkaca-kaca melepaskan kepergian Bintang untuk menyelamatkan putranya.Bintang, Putri Saxon bersama 25 orang pasukan terlatihnya, pergi dengan menggunakan kuda. Mereka memacu kudanya dengan sangat cepat. Putri Saxon mengatakan mereka harus tiba di ujung pantai sebelah utara sebelum malam. Jaraknya yang cukup jauh, tapi tidak membuat rombongan ini menghentikan pacuan kuda mereka, beristirahat sebentar lalu kembali melanjutkan perjalanan mereka, saat sore datang menjelang, ketiganya tiba dipinggiran pantai dengan tebing-tebing curam didekatnya.“Distric 13 adalah disebuah pulau ditengah lautan sana tua
Keesokan harinya, dengan menggunakan sebuah kapal layar yang cukup besar, Bintang dan rombongan segera berlayar dilautan untuk menuju pulau Distric 13.Setelah memakan waktu ½ hari perjalanan, Bintang dan rombongan dapat melihat sebuah pulau dengan teluk yang sangat besar. Sebuah patung besar, patung ksatria yang memegang pedang ditangannya terlihat menjadi pintu masuk kepulau tersebut. Patung yang sangat besar dan tinggi itu terlihat begitu gagah dan perkasa.“Itu adalah patung Jendral Baron tuan!” ucap Putri Saxon lagi melihat Bintang menatap kagum patung besar yang ada dihadapannya.“Semuanya bersiap! Sebentar lagi kita akan memasuki teluk pulau Distric 13!” perintah Putri Saxon lagi hingga semua prajurit tampak langsung mencabut pedang-pedang mereka dan menyiapkan perisai ditangan kiri untuk melindungi tubuh mereka. Tak lama kapal merekapun mulai melewati bawah kaki patung raksasa tersebut. Semua tampak menatap kearah atas, mel
Dengan sangat hati-hati, Putri Saxon dan para prajuritnya berjalan melewati pintu gerbang, dan ;“Ahhhh!”Langkah semuanya terhenti saat melihat sebuah pemandangan yang sangat mengejutkan, ribuan Prajurit Atlas Warrior tampak terkapar disana sini. Sungguh mengejutkan bagi siapa saja yang melihatnya, tanah yang ada disekitar tempat itu terlihat retak-retak seperti baru saja dilanda gempa bumi.“Putri, lihat!” ucap salah satu prajurit menunjuk kedepan, semua memalingkan pandangan kearah yang ditunjuk, termasuk Putri Saxon sendiri. Dan lagi-lagi wajah semuanya berubah.Serrrr!Putri Saxon dengan cepat berkelebat kedepan, diikuti oleh para prajurit yang lain. Tak lama mereka sudah tiba dihadapan orang yang tengah saling berhadapan. Salah satunya tentu sangat mereka kenali, Bintang adanya, sedangkan beberapa tombak dihadapan Bintang tampak berdiri pula sosok seorang laki-laki bertubuh besar dan tinggi, dengan pakaian panglima per
Dan kini saat lawannya berhasil menahan serangan lasernya, Jendral Baron tentu saja dikejutkan lagi oleh hal itu. Merasa serangannya sia-sia, Jendral Baron menghentikan serangan sinar laser dari telapak tangannya, Bintang langsung kembali menyarungkan Pedang Bintang Angkasanya kedalam warangka yang ada dipunggungnya. Kini kedua-duanya sudah kembali berhadapan setelah Putri Saxon dan rombongan berhasil masuk kedalam benteng camp pelatihan tersebut.“Siapa kau sebenarnya anak muda?” tanya Jendral Baron lagi dengan suara khasnya, serak-serak kering.“Aku seorang pengembara” ucap Bintang singkat.“Ada hubungan apa kau dengan jendral penghianat itu ?”“Tidak ada” jawab Bintang lagi dengan singkat.“Lalu untuk apa kau kemari membuat kekacauan?” tanya Jendral Baron keras.“Aku ingin menyelamatkan seorang anak yang ditawan ditempat ini” ucap Bintang tegas dan mantap.
Bintang pun mengetahui kalau para prajurit-prajurit telah berhasil menyelamatkan anak-anak dan pergi meninggalkan tempat itu, Bintang yang sejak tadi memang sengaja membiarkan Jendral Baron untuk menyerangnya secara beruntun tanpa memberikan kesempatan kepadanya untuk membalas, ini akan memancing hasrat emosi Jendral Baron untuk terus menyerangnya dan membiarkan para prajurit membawa para anak-anak yang tertawan ditempat itu. Tapi Bintang tak melihat Putri Saxon diantara para prajurit dan Bintang yakin Putri Saxon masih ada ditempat itu. Walau sebenarnya saat ini Putri Saxon berada ditempat yang tersembunyi memantau jalannya pertarungan antara Bintang dan Jendral Baron.Tiba-tiba saja Jendral Baron melompat mundur kebelakang, kedua rantai bola bergerigi api membara juga ikut ditariknya, terlihat Jendral Baron mencoba mengambil nafasnya yang memburu. Sementara Bintang masih berdiri dengan tenang ditempatnya menatap kearah Jendral Baron yang terlihat kepayahan.Jendral B
Trangg ! Trangg ! Trangg ! Trangg !Serangan demi serangan Jendral Baron benar-benar membuat frustasi Jendral Baron sendiri, karena lawannya terlihat tidak sedikitpun kesulitan menangkal setiap serangannya. Ini pertama kalinya Jendral Baron menemukan lawan yang menurut Jendral Baron sendiri tak mungkin untuk ditaklukkan.Sejauh ini Bintang hanya terlihat menghindar saja, tanpa memberikan serangan balasan yang berarti, hal ini semakin membuat Jendral Baron benar-benar merasa sangat diremehkan. Nama besarnya sebagai Jendral Baron yang paling disegani dan ditakuti di Atlas City benar-benar tercoreng bila saja ada yang melihat hal ini.Sementara itu ditempatnya, Putri Saxon justru terkejut melihat sosok Jendral Baron yang kewalahan sendiri menghadapi Bintang. Padahal selama ini, mendengar namanya saja, orang-orang sudah pada takut, tapi kini apa yang dilihatnya didepan mata sangat mengejutkan Putri Saxon. Dan kini perhatian Putri Saxon tidak lagi terfokus pada Jendr