Kebersamaan mereka selama beberapa hari ini rupanya telah membuat sikap dan perasaan saling suka diantara keduanya tidak perlu disembunyikan lagi, baik Bintang maupun Roro Ajeng sendiri sudah saling mengungkapkan perasaannya bahwa keduanya sama-sama saling menyukai satu sama lain, hal ini pulalah yang membuat Roro Ajeng tidak sungkan-sungkan untuk memanjakan dirinya malam itu dipelukan Bintang.
Sementara Bintang sendiri, walau dihatinya Bintang berusaha untuk tidak terseret kedalam perasaan nafsu birahinya, tapi tetap saja Bintang tetaplah manusia biasa, apalagi saat dengan manja dan penuh kemesraan, Roro Ajeng menyandarkan tubuhnya dipangkuan Bintang.
Dipangkuannya, Bintang dapat melihat dengan jelas betapa cantik dan jelitanya wajah yang dimiliki oleh Roro Ajeng, Bintang harus mengakuinya kalau diantara banyak wanita yang pernah ditemuinya, mungkin hanya Gusti Putri Roro Ajeng saja memiliki kecantikan yang begitu murni seperti seorang bidadari, dan karena dorongan in
Untuk meneguhkan keinginannya, perlahan terlihat Roro Ajeng berjalan kearah meja riasnya, disini Roro Ajeng terlihat menghias wajahnya, bibirnya yang sudah merona merah ditambahnya lagi hingga semakin menggoda, dikenakannya berbagai perhiasan yang menurutnya membuat dirinya semakin cantik, bahkan tak lupa pula untaian berlian yang menghias dibelahan rambutnya, setelah merasa cukup dengan hiasan dirinya, perlahan Roro Ajeng terlihat berjalan kearah sebuah lemari yang berada tak jauh dari meja riasnya, begitu lemari itu dibukanya, terlihatlah beberapa potong pakaian yang sudah siap untuk dikenakannya, dan dengan sengaja Roro Ajeng memilih sebuah gaun tidur yang terbuat dari sutra putih hingga saat dikenakannya, gaun itu begitu sangat sesuai dengan bentuk lekuk tubuhnya yang indah, hanya dibagian punggungnya saja yang terbuka, hingga menampakkan kulit tubuhnya yang begitu putih dan mulus, bahkan dibelahan dadanyapun terlihat dengan jelas hingga menampakkan gundukan sepasang gunung kemb
“Lalu apakah salah jika aku menginginkan sedikit kehangatan cinta diantara kita kakang”. ucap Roro Ajeng lagi seakan menuntut jawaban dari Bintang.“Maafkan aku Ajeng, aku tidak bisa”. ucap Bintang menarik napas panjang.“Kenapa kakang ?”.“Sejujurnya aku masih berharap agar suatu hari nanti kau dapat bertemu dengan seorang laki-laki yang jauh lebih baik dan lebih pantas untuk mendampingimu Ajeng, bukan pengembara miskin sepertiku. walau bagaimanapun hubungan ini pasti akan ditentang terutama oleh kakakmu, dan aku tak ingin membuatmu susah karena hal itu Ajeng”. jelas Bintang dengan panjang lebar. Tapi tiba-tiba saja Roro Ajeng tersenyum dan ini cukup membuat Bintang heran.“Kakang tak perlu mengkhawatirkan kanda prabu, kanda prabu merestui hubungan kita kakang. Bahkan sebenarnya tujuan kita kemari bukanlah untuk mengantar surat untuk guruku, tapi kanda prabu sengaja melakukan hal itu untuk mendekatkan
“Berbeda, berbeda apa mbok, perasaan biasa saja” “Sungguh gusti, saya lihat gusti putri sangat bahagia hari ini.”. “Ya, aku memang sangat bahagia hari ini mbok”. “Hem...apakah ini ada hubungannya dengan lelaki yang datang bersama gusti putri ?”. tanya simbok lagi dan lagi-lagi Gusti Putri Roro Ajeng hanya bisa tersenyum. “Aa...apakah dia kekasih gusti putri ?” “Maunya sih begitu mbok, tapi entahlah”. “Wah, menurut saya gusti putri sangat serasi sekali dengan pemuda itu, kalau saja mbok masih muda, pasti mbok yang ambil dia”. ucap simbok lagi. “Ah, mbok bisa-bisa saja.”. “Lalu dimana raden itu sekarang gusti putri”. “Mungkin dipekarangan luar mbok”. jawab Gusti Putri Roro Ajeng lagi seraya menatapkan pandangannya kearah luar halaman, walaupun tidak terlihat tapi dia yakin Bintang masih berada diluar, karena sayub-sayub dia masih dapat mendengar suara-suara orang yang tengah melatih ilmu kanuragan, dan dia yakin s
“Kang, ini guru dan juga bibiku. Bibi ini temanku namanya Bintang”. ucap Ajeng memperkenalkan keduanya,“Terimalah hormat saya nyai”. ucap Bintang terlihat dengan cepat menjura hormat pada wanita setengah baya yang ada dihadapannya, sementara itu wanita yang disebut Ajeng sebagai bibinya sekaligus gurunya itu tak lain seorang wanita yang cukup memiliki nama besar didunia persilatan, terutama dinegeri Bintan, julukan yang disandangnya adalah DEWI KIPAS sementara namanya sendiri Nyi Parwati.“Bintang, hem....jadi rupanya andikalah yang bergelar Ksatria Pengembara yang kesohor itu.”. ucap Nyi Parwati lagi.“Ah, berita yang nyai dengar itu terlalu membesar-besarkan saja nyai”. ucap Bintang merendah dan ini cukup mengundang kekaguman bagi Nyi Parwati sendiri.“Pantas saja aku tadi kewalahan menghadapimu Bintang, jurus-jurus menghindarmu tadi sungguh sangat mengagumkan”. Puji Nyi Parwati lagi.D
“Semakin kuat angin yang berhembus disekitar kita, maka aji Badai Pusaran Angin akan semakin dahsyat kang”.“Hebat sekali”. ucap Bintang kagum.“Jadi kakang mau mempelajarinya, kalau kakang mau, aku akan mengajarkannya.”. ucap Roro Ajeng lagi.“Tentu, tentu saja aku mau Ajeng, tapi sebagai gantinya kakang akan ajarkan Ajeng jurus yang kakang gunakan tadi untuk menghindari serangan itu”.“Be...benarkah kang ?”. tanya Roro Ajeng dengan wajah gembira.“Benar, namanya jurus Amblas Bumi.”“Bagus, kalau begitu ayo kita mulai sekarang saja kang”. ucap Roro Ajeng dengan bersemangat, Bintang hanya tersenyum seraya ikut bangkit mengikuti Roro Ajeng yang telah terlebih dahulu bangkit dari tempatnya. Maka sejak hari itu keduanya saling bertukar ilmu kanuragan.Beberapa hari berlalu tanpa terasa, dan malam itu keadaan di Bukit Jalaksuri berjalan seperti biasanya. &
“Hati-hati Ajeng, didepan sana ada beberapa orang yang sepertinya akan menghadang perjalanan kita”. ucap Bintang lagi hingga membuat Roro Ajeng terkejut, wajahnya dengan serta berpaling kearah depan, sejauh mata memandang hanya jalan yang dipenuhi dedaunan kering yang terlihat, sedikitpun Roro Ajeng tidak mendengar adanya orang-orang yang dikatakan oleh Bintang, tapi Roro Ajeng yakin Bintang tidak bercanda, makanya saat Bintang kembali memacu kudanya dengan perlahan, Roro Ajeng ikut melangkahkan kaki kudanya dengan perlahan. Saat mereka semakin jauh ;“Werrrrrr.”. tiba-tiba saja sebuah jaring raksasa telah terkembang diatas kepala mereka, Bintang sendiri dengan gerakan yang sangat melompat keudara, dan ;“cring.....sett...setttt....settttt...”. dengan gerakan yang tak kalah cepat pula, Bintang mencabut pedang lentur dipunggungnya dengan dengan beberapa kali kibasan saja, jaring yang berukuran raksasa itu langsung sobek besar, Bintang
“Ayo Wadonsuro serang aku, biar urusan ini cepat kuselesaikan. Aku tidak punya banyak waktu untuk melayani orang-orang pecundang sepertimu”. ucap Roro Ajeng lagi dengan sinisnya.“Bersiaplah menerima seranganku Putri Kipas Kayangan”. ucap Wadonsuro mempersiapkan serangannya. Ditempatnya Roro Ajeng masih tetap diam seakan menanti serangan Wadonsuro.“Wuusshhh........wuusshhh.”. tak perlu menunggu lama Wadonsuro langsung melancarkan serangan mautnya kearah Roro Ajeng. “Hyattt......upss”. tapi dengan gerakan yang tak kalah mengagumkan Roro Ajeng berhasil menghindari serangan itu, kejap berikutnya dengan gerakan yang tak kalah mantap, Roro Ajeng melancarkan serangan balasan. Kini pertarungan keduanya benar-benar tak bisa dihindari lagi.Sementara itu diatas punggung kudanya, Bintang terus memperhatikan setiap gerak gerik anak buah Wadonsuro, kalau-kalau ada yang akan bertindak curang.Jurus demi jurus terl
“Kalau tidak salah, disebelah utara hutan ini ada sebuah air terjun. Bagaimana kalau malam ini kita bermalam disana kang..”. ucap Roro Ajeng lagi hingga membuat Bintang menatap kearahnya.“Pasti indah rasanya bila kita bisa menikmati malam ini bersama ditempat itu kang.”. bujuk Roro Ajeng lagi, akhirnya Bintang hanya bisa tersenyum dan menganggukkan wajahnya. Betapa bahagia dan gembiranya Roro Ajeng mendapatkan persetujuan Bintang, karena ini merupakan kesempatan baginya untuk bisa berdua dengan Bintang.***Malam akhirnya datang, mengiringi sang rembulan yang mulai menampakkan dirinya malam itu, taburan bintang-bintangpun tampak bertebaran dimana-mana, semakin menambah indahnya malam itu.Sebuah air terjun bergemuruh dengan kerasnya ditepian sebuah hutan, sinar sang rembulan yang lembut tampak menyentuh dasar air terjun tersebut hingga memantulkan kilauan cahaya yang begitu indah untuk
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu