Beranda / Pendekar / Ksatria Pengembara Season 1 / Asmara Putri Kipas Kayangan - 19

Share

Asmara Putri Kipas Kayangan - 19

Penulis: KSATRIA PENGEMBARA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kalau tidak salah, disebelah utara hutan ini ada sebuah air terjun. Bagaimana kalau malam ini kita bermalam disana kang..”. ucap Roro Ajeng lagi hingga membuat Bintang menatap kearahnya.

“Pasti indah rasanya bila kita bisa menikmati malam ini bersama ditempat itu kang.”. bujuk Roro Ajeng lagi, akhirnya Bintang hanya bisa tersenyum dan menganggukkan wajahnya. Betapa bahagia dan gembiranya Roro Ajeng mendapatkan persetujuan Bintang, karena ini merupakan kesempatan baginya untuk bisa berdua dengan Bintang.

***

Malam akhirnya datang, mengiringi sang rembulan yang mulai menampakkan dirinya malam itu, taburan bintang-bintangpun tampak bertebaran dimana-mana, semakin menambah indahnya malam itu.

Sebuah air terjun bergemuruh dengan kerasnya ditepian sebuah hutan, sinar sang rembulan yang lembut tampak menyentuh dasar air terjun tersebut hingga memantulkan kilauan cahaya yang begitu indah untuk

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ksatria Pengembara Season 1   Asmara Putri Kipas Kayangan - 20

    “L...lalu apa yang harus kita lakukan sekarang kang ?”.“Kakang punya rencana”. ucap Bintang lagi seraya mengutarakan rencananya untuk memancing kedua orang yang telah mengikuti mereka sejak dari warung makan tadi, setelah mengerti Roro Ajengpun terlihat mengangguk.Tak lama kemudian, Bintang dan Roro Ajeng tiba-tiba saja mengambil arah yang berlawanan, Bintang menggebah kudanya kearah jalan yang disebelah kanan, sedangkan Roro Ajeng mengambil jalan yang disebelah kiri.Tak seberapa lama kemudian, dua sosok lelaki yang juga menunggangi 2 ekor kuda, tiba dipersimpangan jalan itu, dan keduanya terlihat berhenti.“Bagaimana ini kang ?”. tanya salah seorang diantara mereka lagi. Yang ditanya hanya terdiam sesaat seraya menatap kearah dua jalan yang membentang dihadapannya.“Kita hanya dibayar untuk memperlambat perjalanan mereka kembali ke istana, setahuku jalan keistana adalah jalan yang kiri, kalau begitu kit

  • Ksatria Pengembara Season 1   14. Pemberontakan Sang Patih

    Sore itu 2 ekor kuda dipacu dengan cepat oleh dua penunggang kuda yang baru saja melintasi tepian sebuah hutan belantara yang cukup lebat yang ada dibelakang mereka, kedua penunggangnya adalah laki-laki, entah sudah seberapa lama keduanya memacu kuda mereka hingga pada suatu ketika, lelaki yang berada paling depan memperlambat kudanya, pemuda yang ada dibelakangnya ikut memperlambat langkah kudanya. “Kenapa kita tidak hadapi saja mereka kang”. tiba-tiba saja sosok pemuda yang berkuda paling belakang mengeluarkan ucapan. “Jangan cari mati garang, kita bukan tandingan mereka”. ucap lelaki yang berkuda paling depan lagi. “Tapi bagaimana dengan tugas yang diberikan pada kita kang”. “Ah, persetan dengan tugas itu, kita hanya dibayar untuk memperlambat perjalanan mereka, bukan untuk bertarung dengan mereka.”. Kedua lelaki penunggang kuda ini pada episode sebelumnya (Asmara Putri Kipas Kayangan) sebagaimana kita ketahui, keduanya terus mengikuti perjalanan Bintang dan Roro Ajeng yang sed

  • Ksatria Pengembara Season 1   14. Bagian 2

    “Sepertinya ada sesuatu yang penting dayat ?”. tanya Bintang lagi. “Saya tidak tahu pendekar, tapi saya rasa ini ada hubungannya dengan kedatangan Tumenggung Pradeswara”. ucap pemuda itu lagi. “Tumenggung Pradeswara”. ulang Bintang dan yang lain bersamaan, karena tak ingin semakin bertambah penasaran dan terus bertanya-tanya, maka merekapun segera beranjak dari tempat itu untuk memenuhi panggilan Gusti Patih Suwandaru. Dan takkala ketiganya tiba di uala pertemuan, mereka dapat melihat dihadapan Gusti Patih Suwandaru dan Ki Lanang, tampak seorang laki-laki yang berpakaian kebesaran kerajaan, lelaki ini segera berdiri dan menjura hormat kearah Bintang, Bintang segera balas menjura hormat. “Duduklah Bintang.”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi, Bintang segera duduk. “Sebaiknya sampaikan apa yang kau ceritakan kepada kami tadi Tumenggung Pradeswara ?”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi. Sosok lelaki yang disebut Gusti Patih Suwandaru dengan sebutan Tumenggung Pradeswara ini tampak menarik

  • Ksatria Pengembara Season 1   14. Bagian 3

    ½ hari perjalanan, keduanya sudah tiba dikaki bukit Melaroh. “Sebaiknya kita tambatkan kuda kita disini kang, perjalanan menuju kepuncak terlalu curam untuk menggunakan kuda”. ucap Jaka Daru lagi, Bintang tak menolak, setelah menambatkan kedua kuda mereka, keduanya segera melesat menariki puncak bukit Melaroh. Tak seberapa lama kemudian, keduanya sudah tiba dipuncak bukit Melaroh, dan kini mereka dapat melihat bangunan-bangunan tua yang sudah usang termakan usia karena tidak dirawat, dindingnya terlihat sudah banyak yang roboh, jelas pemandangan yang ada dihadapan mereka membuktikan kalau tempat itu memang sudah lama ditinggalkan. “Sepertinya tempat ini memang sudah lama tidak ditinggali Daru”. ucap Bintang lagi. “Benar kang. Lihat saja keadaannya.”. ucap Jaka Daru lagi membenarkan. “Lalu bagaimana sekarang kang, apakah kita kembali sekarang juga ke perguruan ?”. ucap Jaka Daru lagi. Sejenak terlihat Bintang menatap ke ufuk barat. “Sebaiknya besok pagi-pagi saja kita kembali Daru,

  • Ksatria Pengembara Season 1   14. Bagian 4

    “Lalu sekarang bagaimana kang ?”. tanya Jaka Daru lagi, Bintang terlihat kembali kearah ufuk timur, Jaka Darupun ikut-ikutan menatap kearah ufuk timur, walau bingung apa maksudnya. “Terlalu berbahaya jika kita menyelidiki goa itu malam ini, keadaan terlalu gelap. Sebaiknya kita tunggu sampai matahari terbit.”. ucap Bintang lagi hingga membuat Jaka Daru mengerti kenapa tadi Bintang melihat kearah ufuk timur, rupanya untuk melihat tanda-tanda kemunculan fajar yang sebentar lagi akan segera terbit. Setelah seberapa lama. “Daru ! Daru! Bangun!!”. Jaka Daru terbangun karena satu tangan yang menggoyang-goyang tubuhnya, dengan masih menahan ngantuk, Jaka Daru akhirnya membuka kedua matanya, dapat dilihatnya fajar sudah menyingsing, rupanya tanpa disadarinya malam tadi dia telah tertidur, sementara Bintang masih berdiri tenang ditempatnya dan melihat kearah goa yang kini sudah terlihat jelas dihadapan mereka. “Kalau begitu ayo sekarang kita masuk kang”. ucap Jaka Daru lagi dengan bersemang

  • Ksatria Pengembara Season 1   14. Bagian 5

    “Ja... jadi selama ini kekacauan yang terjadi dinegeri ini adalah semua telah kau rencanakan Patih.”. sebuah suara terdengar menyeletuk dibelakang Gusti Prabu Anggoro Putro, semua mata segera tertuju kearah asal suara tersebut yang rupanya berasal dari sosok jelita yang tak lain adalah Roro Ajeng yang baru saja disadarkan oleh para pembantu Gusti Prabu Anggoro Putro, walau masih terlihat lemah, tapi dengan dibantu oleh Gusti permaisuri, Roro Ajeng terlihat berjalan kedepan. “Kau tidak apa-apa Ajeng” “Aku tidak apa-apa kangmas.”. sambut Roro Ajeng berusaha tersenyum. “Benar! Terakhir rencanaku adalah menggunakan tangan Ki Prabaskara untuk menggulingkan kekuasaan Gusti prabu, tapi itupun gagal. Dan ini adalah jalan satu-satunya yang bisa kutempuh.”. ucap Patih Pasura lagi. “Rencanamu tidak akan berhasil paman Patih.”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi tersenyum sinis. “Ha ha ha...! siapa bilang ini tidak akan berhasil Gusti prabu, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang, sa

  • Ksatria Pengembara Season 1   Pemberontakan Sang Patih – 6

    Bintang sangat dikejutkan oleh 2 teriakan yang hampir bersamaan, dan saat Bintang berpaling, Bintang dapat melihat bagaimana sosok Jaka Daru yang terpental deras kebelakang, dilain pihak Bintang juga dapat melihat salah seorang dari ke-2 penyerang Jaka Daru juga ikut terpental.Tapi yang membuat Bintang amat terkejut adalah salah seorang dari kedua penyerang Jaka Daru kini terlihat terus memburu sosok Jaka Daru yang masih terpental.“Wuutt......bett..bettt.”. Bintang terpaksa mengurungkan niatnya untuk menolong Jaka Daru, karena saat itu 2 serangan sudah datang menggebraknya.“Desss...desss”. dua serangan beruntun dengan telak harus diterima oleh Jaka Daru hingga sosok Jaka Daru terpental dengan keras kebelakang bahkan baru berhenti saat membentur dinding batu yang ada dibelakangnya. “Huakkkk”. Jaka Daru langsung memuntahkan darah segar dari mulutnya, jelas terlihat kalau luka dalam yang diderita oleh Jaka Daru cukup parah.

  • Ksatria Pengembara Season 1   Pemberontakan Sang Patih – 7

    Gerakan yang dilakukan Bintang ini jelas memancing semua perhatian para tawanan yang ada ditempat itu, Jaka Daru yang saat itu berada paling dekat ikut heran melihat Bintang terlihat akan melakukan suatu pukulan yang bisa dikatakan tidak bertenaga sama sekali, ini terlihat jelas saat Bintang menempelkan telapak tangannya kearah gagang kerangkeng baja tersebut.“Krakkk.”. tapi tiba-tiba saja terdengar suara berderak yang suaranya cukup keras hingga terdengar disemua penjura goa tersebut, dan Jaka Daru lebih terkejut lagi saat melihat tiba-tiba saja pintu kerangkeng baja yang telah mengurung mereka terbuka.“Ayo Jaka Daru”. ucap Bintang menyadarkan Jaka Daru yang masih terpaku ditempatnya, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan, bahkan saat dia melangkah keluar melewati pintu kerangkeng tersebut, Jaka Daru terlihat berhenti dan melihat kearah pintu kerangkeng tersebut yang kini telah terlihat patah hancur berantakan.“Bagaim

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 14

    “Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 13

    Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 12

    Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu

DMCA.com Protection Status