BEBERAPA hari Bintang menemani Putri Mi hee ditempat itu, dari hari kehari, keceriaan Putri Mi hee sudah mulai kembali, karena hampir setiap malam, Putri Mi hee meminta Bintang untuk kembali menghidupkan kerangka orangtuanya, kasih sayang yang sejak dari kecil tak pernah Putri Mi hee dapatkan, kini seakan telah kembali, walaupun hanya sekedar berbicara dengan kerangka kedua orangtuanya. Dan ini membuat suasana hati Putri Mi hee semakin lama semakin membaik. Perubahan ini cukup membuat Bintang senang.
Pagi itu.
“Kak, hari ini biar Mi hee yang mencari makanan. Kakak disini saja...” ucap Putri Mi hee yang sudah mulai akrab dengan Bintang dan tidak lagi memanggil Bintang dengan sebutan tuan, tapi kakak. Bintang hanya tersenyum dan mengangguk.
Dengan senyum ceria, Putri Mi hee pergi meninggalkan tempat itu untuk mencari ayam hutan atau kelinci yang bisa ditemukannya. Tapi rupanya sulit juga mencari hewan yang bisa dimakan dilembah itu, hingga mau tak mau,
CRASSHHHH...!”“Aakkhhhh!” Putri Mi Hee berteriak keras menahan sakit saat sebuah samurai menembus dada hingga kepunggungnya. Putri Mi Hee mencoba bertahan keadaannya yang sudah terluka parah disana sini.Crasshhh..!!!Dengan sisa tenaganya, Putri Mi Hee menebaskan samurai putihnya kearah lawan yang ada dihadapannya. “Aaakhhh!” lawannya tersungkur bersimbah darah, tewas dihadapan Putri Mi Hee. Sementara itu samurai lawan masih menancap didadanya.Dengan langkah gontai, Putri Mi Hee mencoba bertahan dengan bertopang pada samurai putihnya agar tidak terjatuh kebawah. Putri Mi Hee mencoba menatap lawan-lawannya yang tersisa 6 orang, pandangannya mulai nanar. Dengan tangan kirinya, Putri Mi Hee mencoba memegang gagang samurai yang mencancap didadanya, dan ;Crasshhh..!“Ugghh!” dengan sekali tarik, samurai yang menembus dadanya itu ditarik lepas, tapi cukup memucratkan darah yang begitu banyak, sosok Put
“Uuuhhh.” erangan lembut terdengar dari bibir pucat Putri Mi Hee yang baru saja tersadar dari kondisi tak sadarkan dirinya. Saat ini Putri mie hee tengah terbaring diperaduan didalam sebuah rumah. Putri Mi Hee dapat merasakan seluruh tubuhnya terasa begitu sangat lelah sekali, Putri Mi Hee mencoba mengingat apa yang terjadi, dan ; Tiba-tiba saja Putri Mi Hee membuka kedua matanya dengan cepat dan bangkit dari posisi berbaringnya, Putri Mi Hee dengan cepat memeriksa keadaan didadanya yang diingatnya telah tertembus samurai, lagi-lagi wajah Putri Mi Hee berubah saat melihat keadaan dadanya baik-baik saja, tidak ada bekas luka sedikitpun, lalu Putri Mi Hee memeriksa bagian-bagian tubuhnya yang terluka sejak pertarungan kemarin, tapi sekarang luka-luka itu benar-benar lenyap dari tubuhnya. Hilang tak berbekas. Hal ini benar-benar membuat Putri Mi Hee tak habis pikir. Wajah Putri Mi Hee kembali berubah terkejut saat baru menyadari kalau disebelahnya ada sosok seorang pemuda gagah yang san
SEJAK peristiwa malam itu, Putri Mi Hee benar-benar mencintai dan menyayangi Bintang dengan sepenuh hatinya, seakan tiada sesal didirinya yang telah menyerahkan kesuciannya pada malam itu. Bahkan di hari-hari berikutnya, Putri Mi Hee semakin tenggelam dalam kenikmatan kehangatan cumbuan Bintang pada dirinya, sedangkan bagi Bintang sendiri, kemolekan dan keindahan sosok Putri Mi Hee membuat Bintang memanfaat kepasrahan Putri Mi Hee dalam birahi cintanya, Putri Mi Hee bagaikan menjadi budak birahi Bintang yang selalu setiap saat bisa Bintang nikmati, pagi-siang-malam, seakan tak menjadi penghalang bagi keduanya untuk memadu birahi.Tempat yang sunyi, seakan mendukung keduanya layaknya suami istri yang menikmati bulan madu, bila Putri Mi Hee kecanduan akan kenikmatan yang diberikan oleh Bintang, Bintang sendiri kecanduan menikmati sosok Putri Mi Hee yang molek dan menggoda. Setiap malam yang sunyi, berubah menjadi penuh rintihan dan desahan-desahan nafsu penuh kenikmatan yang ke
Malam sunyi. Sesekali terdengar suara binatang malam menghiasi suasana malam. Kesunyian itu pula yang terjadi digubuk tempat Bintang dan Putri Mi Hee. Kita lihat kedalam. Terlihat sosok Bintang dan Putri Mi Hee yang tengah terbaring diperaduan dengan nafas yang memburu. Wajah Putri Mi Hee tampak lelah tapi ada senyum kepuasan diwajahnya, dirinya tampak tengah memeluk dan merebahkan kepalanya didada bidang Bintang, melihat bagian tubuh keduanya, dapat dipastikan kalau tubuh keduanya dibalik selimut tidaklah mengenakan pakaian alias bugil.Bintang dan Putri Mi Hee memang baru saja merajut birahi bersama dan saat ini keduanya tengah meredakan nafas yang memburu untuk kemudian melanjutkan ronde-ronde panas berikutnya.“Kak...” terdengar suara Putri Mi Hee memecah kesunyian.“Hhmm”“Mungkin besok kalau kita sudah kembali ke Istana Selatan, kita tidak bisa sebebas ini lagi” ucap Putri Mi Hee lagi.“Ya.. Hamba men
SAAT SORE datang menjelang, Bintang dan Putri Mi Hee akhirnya tiba di Istana Selatan, bila Putri Mi Hee langsung masuk kedalam istana, lain halnya dengan Bintang yang terlihat langsung mengambil jalan memutar dengan kuda yang ditungganginya. Bintang mengarahkan kudaya kearah penginapan Azumi. Untunglah saat itu Azumi sedang bersama Soda yang tentu saja terkejut dengan kedatangan Bintang.“Kakak kemana saja selama dua minggu ini” ucap Soda lagi.“Panjang ceritanya. Mana Putri Zhang?” tanya Bintang cepat.“Sebentar lagi juga datang kak” sambung Azumi“Oh ya, apakah kakak sudah dengar kalau Jenderal Mushahi akan mengeksekusi Hyuga-sama dan Putri Yuki dalam beberapa hari kedepan?” ucap Soda lagi, Bintang tak menjawabnya tapi hanya menganggukkan kepalanya.“Tok...tokk...tokk” sebuah suara ketukan terdengar dipintu kamar Azumi.Soda segera bangkit mendekati pintu dan membukanya.&l
LEMBAH PEDANG. Sebuah lembah yang dari kejauhan terlihat berbentuk seperti pedang, tapi begitu didekati, hanyalah berupa dedahan pohon yang tumbuh liar merayapi dinding-dingin lereng lembah terjal. Tapi di sepanjang Lembah Pedang terlihat belasan bahkan mungkin ratusan pedang yang tergeletak dibiarkan begitu saja, ada pula yang tertancap di sana sini, di bebatuan dan di batang pohon. Entah apa sebabnya, tapi mungkin karena itulah lembah itu dinamakan Lembah Pedang. Selain pedang yang berserakan, juga terlihat potongan-potongan tangan yang sudah berbentuk tulang belulang.Sudah menjadi rahasia khalayak ramai bahwa di Lembah Pedang berdiam seorang pendekar pedang legendaris yang bergelar DEWA PEDANG dan sudah menjadi rahasia umum, bagi siapa saja jago pedang yang ingin mendapatkan gelar sebagai Raja Pedang, harus bisa mengalahkan Dewa Pedang yang legendaris.Saat fajar baru saja datang menjelang, 4 ekor kuda tampak memasuki kaki Lembah Pedang. Dan ke-4nya menghentikan la
Bintang sendiri tampak memperhatikan keadaan disekitarnya, dengan kepekaan tingkat tinggi yang dimiliki oleh Bintang, Bintang tetap tak dapat merasakan keberadaan orang lain ditempat itu selain mereka berempat. Padahal suara tawa keras masih terdengar membahana ditempat itu.Suara tawa keras itu secara perlahan hilang, setelah merasakan keadaan aman, Bintangpun segera menutup Segel Dewa Langit, Jubah Sakti Sembilan Dewa miliknya yang tadi digunakan untuk melindungi Putri Zhang, Soda dan Azumi.“Hebat juga perisai pelindung milikmu” tiba-tiba saja sebuah teguran terdengar hingga membuat Bintang, Putri Zhang, Soda dan Azumi mengangkat kepala mereka kearah asal suara yang berasal dari atas tebing.Semua terkejut, sesosok lelaki bertubuh besar dan kekar terlihat berdiri dengan gagahnya dipuncak tebing, mengenakan pakaian kimono khas jepang yang terbuka disebelah kanannya, hingga menampakkan tangan kanan dan dadanya yang sangat kekar ber
ANGIN di Lembah Pedang tampak berhembus kencang, hingga mengibarkan pakaian yang dikenakan oleh Bintang dan Dewa Pedang yang kini sudah saling berhadapan satu sama lain.“Sreggg!” Dewa Pedang tampak terlebih dahulu mencabut samurai dipinggangnya. Sebilah samurai berwarna keperakan tampak berkilau diterpa sinar mentari.“Werrrrr” tiba-tiba saja dari tangan Dewa Pedang mengalir sebuah aura hitam keungu-unguan yang menjalar ke samurai yang ada ditangannya, aura hitam keungu-unguan itu tampak membungkus pedang samurai yang ada ditangan Dewa Pedang dan begitu aura hitam keungu-unguan itu menghilang, samurai ditangan Dewa Pedang berubah menjadi lebih berkilau hitam, terlihat begitu kokoh dan sangat kuat sekali samurai itu begitu dilapisi oleh aura hitam keungu-unguan tadi. Bintang sendiri ditempatnya tampak terkejut melihat hal itu, ini pertama kalinya Bintang melihat kemampuan seperti itu.“Keluarkan kemampuanmu!” terdengar suara b
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu