ANGIN di Lembah Pedang tampak berhembus kencang, hingga mengibarkan pakaian yang dikenakan oleh Bintang dan Dewa Pedang yang kini sudah saling berhadapan satu sama lain.
“Sreggg!” Dewa Pedang tampak terlebih dahulu mencabut samurai dipinggangnya. Sebilah samurai berwarna keperakan tampak berkilau diterpa sinar mentari.
“Werrrrr” tiba-tiba saja dari tangan Dewa Pedang mengalir sebuah aura hitam keungu-unguan yang menjalar ke samurai yang ada ditangannya, aura hitam keungu-unguan itu tampak membungkus pedang samurai yang ada ditangan Dewa Pedang dan begitu aura hitam keungu-unguan itu menghilang, samurai ditangan Dewa Pedang berubah menjadi lebih berkilau hitam, terlihat begitu kokoh dan sangat kuat sekali samurai itu begitu dilapisi oleh aura hitam keungu-unguan tadi. Bintang sendiri ditempatnya tampak terkejut melihat hal itu, ini pertama kalinya Bintang melihat kemampuan seperti itu.
“Keluarkan kemampuanmu!” terdengar suara b
Di tempatnya. Dewa Pedang terkejut melihat perubahan wujud Bintang, Dewa Pedang langsung bersikap waspada, Bintang sendiri kini sebenarnya tengah menggunakan Cermin Sakti Alam Semesta miliknya untuk mendeteksi setiap benda yang ada disekitarnya. Bintang dapat melihat ribuan senjata yang bertebaran di Lembah Pedang, selain dapat melihat Bintang juga dapat merasakan kekuatan dari masing-masing senjata tersebut, tiba-tiba saja pancaran kekuatan alam yang ada ditubuh Bintang bergetar dengan hebat, menandakan didekat tempat itu ada sebuah senjata yang mengeluarkan kekuatan alam yang sangat dahsyat. Tapi sejauh mata memandang, Bintang tak dapat menemukan senjata yang mengeluarkan kekuatan alam yang dahsyat itu.Bintang tampak memejamkan kedua matanya untuk meraba lebih tajam dimana keberadaan senjata yang mengeluarkan energi kekuatan alam yang maha dahsyat tersebut.Sementara itu, ditempatnya Dewa Pedang sendiri semakin menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Saat fajar baru saja menyingsing, Bintang dan Dewa Pedang sudah kembali berhadapan satu sama lain.“Dulu Raja Pedang menggunakan jurus pedang pusaka langitnya untuk menghadapi jurus Dewa Pedang milikku. Sebagai muridnya, Raja Pedang pasti juga mewariskan jurus itu padamu” ucap Dewa Pedang lagi. “Kali ini aku akan menantang kembali jurus pedang pusaka langit milik Raja Pedang” sambung Dewa Pedang lagi seraya mengangkat samurai hitam ditangannya.“Sreggg...” samurai ditangannya terlepas dari sarungnya.“Jurus pertamaku, Tiada Lawan!” ucap Dewa Pedang lagi seraya memutar-mutar samurai ditangannya. Sementara itu Bintang yang ada dihadapan Dewa Pedang sendiri cukup terperanjat melihat kemampuan berpedang Dewa Pedang.“Sepertinya memang harus menggunakan jurus pedang pusaka langit” batin Bintang lagi, jurus pedang pusaka langit adalah jurus pedang tertinggi
Berikutnya, Dewa Pedang dan Bintang bertarung sengit diudara.“Gleegarrr!” “Cleetarrr!”Alampun seakan menggila, langit yang sudah menghitam, petir dan halilintar silih berganti bersahut-sahutan. Sementara itu pertarungan udara antara Bintang dan Dewa Pedang terus berlangsung seakan tak menghiraukan keadaan alam yang semakin menggila.Seperti pertarungan dijurus pertama, di jurus kedua inipun sudah berlangsung ratusan jurus, setiap jurus yang dimiliki oleh Bintang dan Dewa Pedang terbagi menjadi ratusan pecahan jurus yang sangat sulit dinalar oleh jago-jago pedang biasa, itulah dahsyatnya jurus pedang pusaka langit milik Bintang dan jurus Dewa Pedang milik Dewa Pedang.“Gleegarrr!” “Cleetarrr!”“Gleegarrr!” “Cleetarrr!”“Tranggg ! tranggg !! tranggg !!! tranggg!”“Tranggg ! tranggg !! tranggg !!! tranggg!”Pertarungan terus
FAJAR baru saja menyingsing di ufuk timur, bias kuning keemasan terlihat memancar keluar menerangi alam. Segerombolan burung-burung terbang dari sangkar untuk mencari makan.LEMBAH PEDANG, mungkin nama itu tak pantas lagi disandang oleh lembah yang banyak berserakan pedang disana sini, kenapa ? karena saat ini tidak ada Lembah Pedang yang selama ini dilegendakan orang-orang, lembah itu sudah rata dengan tanah, sejauh mata memandang, hanya dataran luas yang datar yang terlihat, dinding tebing yang sebelumnya tinggi menjulang sudah tak tampak lagi.“Dhuarrr !!”“Blegarr !!”Ledakan dahsyat dan menggoncangkan Lembah Pedang itulah yang menjadi penyebabnya, ledakan yang berasal dari pertarungan dua jago pedang yang sudah berlangsung dari kemarin membuat Lembah Pedang tamat riwayatnya.Pertarungan hebat antara Bintang dan Dewa Pedang sungguh sangat menakjubkan dan berlangsung dengan sengit, walau sudah bertarung seharian dan semal
“Tubuh dan pedang sudah menyatu, mampu bergerak tanpa harus berfikir, menyerang dan bertahan selaras antara pemilik pedang dan jurus pedang” ulang Bintang lagi mengingat ucapan Raja Pedang.Bintang kemudian tampak memejamkan mata, secara perlahan tapi pasti, sosok Bintang tiba-tiba mengeluarkan aura putih kebiru-biruan yang meringkupi sekujur tubuh Bintang. Saat Bintang membuka kedua matanya, kedua bola mata Bintang tak lagi berwarna hitam, tapi berwarna keperak-perakan. Inilah Insting dewa, Sebuah jurus yang mengandalkan naluri bertarung penggunanya, penggunanya bisa bergerak otomatis saat menyerang atau ketika diserang tanpa harus berpikir. Tubuh mereka akan beradaptasi secara otomatis dalam segala pertarungan. Kemampuan ini hanya bisa didapatkan oleh petarung yang sudah sangat terlatih. Dalam keadaan ini, seseorang tidak mengandalkan apa yang mereka pikirkan untuk melakukan gerakan selanjutnya, akan tetapi mengandalkan tubuh mereka yang sudah terlatih
“Hamba sungguh tak menyangka masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan tuanku, putra mahkota Maharaja Bintang”“Aku juga terkejut bisa bertemu denganmu disini, Dewa Pedang”“Hamba adalah salah satu dari 9 pelindung Maharaja Bintang, ratusan tahun hamba menunggu tuanku disini!” ucap Dewa Pedang lagi.“Ya.. Aku sudah bertemu beberapa orang diantara kalian” jawab Bintang lagi hingga membuat wajah Dewa Pedang berubah.“Siapakah yang sudah tuanku temui?”“Mahlagha si dewi bumi, Dewa Mars Pyroeis, Venus dan juga kau Dewa Pedang” ucap Bintang lagi. “Oh ya Dewa Pedang. Kalau boleh aku tahu, pedang apakah ini? Aku merasa memiliki hubungan yang sangat dekat dengan pedang ini?” tanya Bintang lagi.“Tentu saja tuanku, pedang ini bernama Pedang Bintang Angkasa, terbuat dari bahan yang sama dengan Bintangmas yang tuanku miliki, pedang ini diberikan Maharaj
Di kaki lembah, tiga ekor kuda yang ditunggangi 3 orang tampak mulai menaiki Lembah Pedang. Bila menilik dari pakaian yang dikenakan oleh ketiganya, mereka tak lain adalah Jenderal Mushahi, Souji dan orang kepercayaan Hijikata. Tapi semakin memasuki Lembah Pedang, ketiganya semakin dibuat terkejut melihat Lembah Pedang yang luluh lantah rata dengan tanah. “Ayah.. Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Souji lagi. “Sepertinya sudah terjadi pertarungan hebat ditempat ini” ucap Jenderal Mushahi lagi. “Ayo cepat!” sambung Jenderal Mushahi lagi dengan cepat menggebah kudanya. Souji dan Hijikata dengan cepat mengikuti Jenderal Mushahi dengan menggebah kuda mereka dengan cepat. Benar saja dugaan mereka, dipuncak Lembah Pedang, keadaan lebih hancur lagi, Lembah Pedang bagaikan baru dilanda gempa dan badai topan yang maha dahsyat yang tak dapat terbayangkan kekuatannya hingga mampu memporak porandakan Lembah Pedang seperti itu. “Dimana tuan Dewa Pedang, ayah?” ta
“Nona Babby..” terdengar suara lembut menyapa yang langsung membangunkan Babby Cherry dari tidurnya.Babby Cherry yang sempat tertidur saat menjaga Bintang tadi, kini mulai terbangun. Dan bibirnya langsung melempar senyum saat melihat sosok Bintang yang sudah duduk dihadapanya. Babby Cherry sedikit terkejut saat melihat luka di lengan Bintang sudah hilang.“Luka tuan?” ucap Babby Cherry bingung.Bintang hanya tersenyum dan menyuruh Babby Cherry untuk duduk didekatnya. Dengan tersenyum Babby Cherry bangkit berdiri dan duduk disebelah Bintang.“Terima kasih sudah merawatku ya nona Babby”“Tidak apa-apa tuan, Babby senang kok melakukannya”Bintang tampak tersenyum.“Siapa sebenarnya tuan ini?” tanya Babby Cherry lagi tiba-tiba hingga mengejutkan Bintang. Bintang seakan baru menyadari kalau penyamaran wajahnya sudah hilang.Dengan menarik nafas panjang“Nama k
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu