“Hampir separuh usiaku telah kuhabiskan untuk berkelana keseluruh permukaan bumi, ada banyak orang yang telah menganggapku sebagai guru mereka, tak terkecuali ketiga gurumu diTanah Jawa. tapi pada dasarnya aku hanya memiliki 3 orang murid, murid pertamaku juga putraku yang bernama Miyamoto Ryo yang bergelar si Raja Pedang, murid ke-2 ku bernama Kun Liong bergelar Raja Matahari dan murid terakhirku bernama Lian-Erl bergelar Ratu Bulan.. dalam hidupku, ada 2 musuh besar yang selalu berhadapan denganku, yang pertama adalah titisan Iblis Langit, dan yang kedua adalah musuh bebuyutanku Raja Iblis Kegelapan.. dalam pertarungan terakhir kami, aku berhasil membunuhnya tapi akupun tak luput dari kemalangan, pertarunganku dengan Raja Iblis Kegelapan seharusnya juga telah merenggut nyawaku, hanya saja untungnya kematian tidak akan pernah kudapatkan sebelum Segel Sembilan Dewa milikku belum kuwariskan pada seseorang”. Kakek Huang menghentikan sejenak ceritanya untuk m
GOA SEMBILAN DEWA, adalah sebuah goa yang memiliki lintasan waktu yang sangat berbeda dari dunia luar. Di mana perbedaan waktu ini sangatlah jauh berbeda, waktu 1 hari berjalan didalam Goa Sembilan Dewa sama dengan waktu 1 tahun berjalan di dunia luar, hal inilah yang membuat kenapa perjalanan waktu didalam Goa Sembilan Dewa terasa sangat lama bagi Bintang. Bahkan saat Bintang mempelajari jurus Cermin Agung Matahari Rembulanpun hanya memakan waktu sebentar.Jurus Cermin Agung Matahari Rembulan benar-benar jurus tingkat tinggi yang mengandung panasnya matahari dan dinginnya rembulan. Untunglah didalam tubuh Bintang telah memiliki Hawa Inti Surya dan Hawa Inti Salju pemberian Raja Penidur, hingga tak sulit bagi Bintang untuk mempelajari jurus Cermin Agung Matahari Rembulan, karena pada dasarnya Hawa Inti Surya dan Hawa Inti Salju yang dimiliki oleh Raja Penidur juga berasal dari kakek Huang sewaktu mengembara dan menetap di Tanah Jawa. Hawa Inti Surya
“Dewa Kera.”. wajah kakek Huang berubah“Apakah dia Kera Sakti dalam legenda.. dimana kau bertemu dengannya Bintang?”“Hamba bertemu dengannya saat menghadapi Ratu Kegelapan di dunia alam kegelapan..” . ucap Bintang dan lagi-lagi wajah kakek Huang berubah.“Kau pernah bertemu dengan Ratu Kegelapan dari dunia alam kegelapan?”“Benar kakek guru, hamba dan sahabat hamba Dewa Kera berhasil mengalahkannya waktu itu.”. lalu secara gamblang Bintangpun menceritakan tentang pertemuannya dengan si Dewa Kera di dunia alam kegelapan. (Baca : Munculnya Ratu Kegelapan).“Tidak salah lagi, dia adalah Kera Sakti dalam legenda ratusan tahun yang lalu, dan mengenai Ratu Kegelapan ini, kau harus terus waspada kepadanya, dia sama berbahayanya dengan Pangeran Iblis dan Iblis Langit”. Ucap kakek Huang lagi.“Kalau begitu aku akan memberikan satu ajian mata lagi kepadamu
Bukit Pedang adalah sebuah bukit yang berbentuk sebuah pedang, hal ini terjadi bukanlah karena keajaiban alam hingga bukit tersebut membentuk sebilah pedang, tapi bukit itu seperti telah dibentuk oleh seseorang, tentunya seseorang tersebut bukanlah orang sembarangan, pastinya berilmu tinggi.Jalan terjal dan setapak diseluruh oleh Bintang menuju ke puncak bukit pedang, Bintang melangkah dengan hati-hati kalau tidak ingin jatuh ke jurang terjal. Sesekali Bintang memperhatikan keadaan disekitarnya, sungguh jalan yang amat sulit dicapai untuk menuju ke puncak bukit pedang.Untunglah hal tersebut tak berlangsung lama, begitu jalan setapak dan terjal itu habis, Bintang dihadapkan oleh sebuah dataran yang panjang dan luas yang dipenuhi oleh pepohonan pinus yang tumbuh subur di puncak bukit pedang. Bintang dapat menarik nafas lega melihat keindahan yang ada dihadapannya.“Sing”.tiba-tiba saja pendengaran Bintang yang tajam dapat mendengar desingan benda hal
Setelah seberapa lama. “Hebatnya kau bisa menghindari jurus ‘Pedang Peri Terbang’ku, sekarang coba rasakan jurus pedang sinar unguku, kilat menyambar!”. ucap gadis muda belia itu lagi seraya menggenggam erat kedua pedang ditangannya dan bagaikan kilat menyambar langsung melancarkan serangan dahsyat kepada Bintang.Tak ingin kebobolan, Bintangpun terpaksa harus melayani serangan itu dengan Kelana Pemabuknya yang telah disempurnakan. Perpaduan jurus Kijang Kelana dan 8 Langkah Pemabuk benar-benar sangat mengaggumkan, serangan dahsyat sepasang pedang yang dilancarkan oleh gadis muda itu sedikitpun tak mampu menyentuh tubuh Bintang, tapi hal ini justru semakin membuat sang gadis terlihat penasaran dalam melancarkan serangan mautnya.Memasuki jurus ke-72, gadis muda itu terlihat menarik serangannya, nafasnya terlihat naik turun, wajahnya yang putih cantik nan jelita terlihat bercucur keringat. Mat
BUKIT PEDANG yang menjadi tempat kediaman Raja Pedang memanglah bukan sembarangan, bentuknya yang menyerupai sebilah pedang bukan terjadi begitu saja, dengan kesaktian yang dimilikinya Raja Pedang mampu mengubah bukit pedang yang tadinya hanya berupa bukit-bukit terjal dan tinggi menjadi berbentuk sebilah pedang. Di jagat dunia persilatan tak ada yang tak mengakui kehebatan Raja Pedang sebagai Raja Pedang nomor 1 di dunia.Saat ini di puncak bukit pedang, tepatnya ditempat kediaman Raja Pedang, didalam sebuah ruangan yang cukup luas terlihat beberapa orang yang tengah duduk saling berhadapan. Yang berada ditengah adalah sosok Bintang, dihadapan Bintang telah duduk sosok kakek yang tadi telah menyelamatkan si nona muda, sedangkan disebelahnya sosok nona muda jelitapun yang sejak tadi tampak melirik nakal kearah Bintang. Disebelah kanan mereka, tampak sepasang suami istri yang sebelumnya telah diselamatkan oleh Bintang.“Nama hamba Bintang, kedatangan hamba kemari
“Kakek Huang juga menceritakan bahwa beliau mempunyai 3 orang murid, murid pertamanya bernama Miyamoto Ryo yang bergelar si Raja Pedang, murid ke-2 bernama Kun Liong bergelar Raja Matahari dan murid terakhirnya bernama Lian-Erl bergelar Ratu Bulan.. kakek Huang juga mengatakan bahwa ada 2 musuh besar dalam hidupnya, yang pertama adalah Iblis Langit dan yang kedua adalah Raja Iblis Kegelapan”. Ucap Bintang menguraikan secara jelas kepada Raja Pedang, kali ini wajah Raja Pedang berubah, matanyapun tidak menatap tajam tapi sudah menatap dengan tatapan lembut.“Jika memang begitu, berarti guru masih hidup”. batin Raja Pedang lagi seraya menatap kosong. Kembali terbayang diingatan masa mudanya saat dia berguru pada kakek Huang, Manusia ½ Dewa. Tanpa sadar air matanya mengalir.“Ayah.. Ayah!”. ucapan Hisui Yuki cukup membuat Raja Pedang tersadar akan keadaannya.“Coba ceritakan padaku bagaimana keadaan guruku sekarang d
“Nanti kalau terlalu lama menatap wajah kakak, adik Yuki suka lagi”.“Ihhh... ge-er banget, siapa bilang Yuki suka sama kakak”. Ucap Hisui Yuki dengan wajah bersemu merah hingga semakin membuat Bintang tersenyum geli.Pagi itu bersama Hisui Yuki, Bintang menghadap Raja Pedang yang sudah menunggunya disebuah halaman luas dibagian belakang. Bintang segera menjura hormat dihadapan si Raja Pedang.“Jika kau sanggup menghadapi Jin Rulai Shan dari sekte Budha Hidup, maka kepandaianmu tentu tidak rendah, apakah kau memiliki beberapa jurus pedang yang bisa kau perlihatkan padaku”“Yuki, pinjamkan pedangmu padanya”. Ucap Raja Pedang lagi. Hisui Yuki segera meraih salah satu dari pedang kembarnya dan memberikannya pada Bintang.Setelah menjura hormat, Bintangpun segera memainkan jurus-jurus pedang yang dimilikinya, jurus pertama yang Bintang perlihatkan adalah jurus ‘pedang lentur’. Jurus p
Bintang bingung mendengar permintaan si Raja Pedang, bukannya Bintang tak ingin memperlihatkannya, hanya saja tak ada senjata yang bisa digunakan untuk memperagakan jurus pedang naga manggala.Si Raja Pedang terlihat mengangkat pedang Yudha Manggala yang hanya berupa gagang tersebut. “Werrr”. betapa terkejutnya Bintang saat tiba-tiba bilah pedang muncul dari gagang pedang Yudha Manggalanya, hebatnya bilah pedang yang muncul mengeluarkan semburat cahaya keemasan dari pangkal pedang sampai hulu pedang. “Gunakan pedang ini!”. si Raja Pedang menyerahkan pedang Yudha Manggala kepada Bintang.Bintangpun segera menerimanya dengan takjub, ditatapnya dengan seksama pedang Yudha Manggala yang kini ada ditangannya.“Bilah pedang ini bukan terbuat dari besi, tapi apa ini.”. batin Bintang memperhatikan bilah pedang yang kini sudah menyatu dengan gagang pedangnya, sungguh sulit dimengerti bagi Bintang apa yang sebenarnya terjadi sa