“Crasshhh...crasshhh...crasshhh”. beberapa batu besar terlihat hancur berantakan begitu tersenyum kuku Achak, tapi rupanya pertahanan jurus Tabib Tangan Budha mampu mengatasi serangan Achak.
Pertarungan berlangsung sengit, tanpa terlihat kalau keduanya akan mengalah, serangan ganas yang dilancarkan oleh Achak benar-benar sangat luar biasa, kuku tajamnya bergaung menebar maut disekeliling tubuh Tabib Tangan Budha, untung saja jurus Memutar Roda Dharma milik Tabib Tangan Budha memiliki pertahanan yang sangat sulit ditembus, hingga Achak sidukun hitam semakin marah dibuatnya.
Memasuki jurus ke 28, Achak Adahy sidukun hitam melompat mundur kebelakang dalam langsung mengubah gerakannya.
“Hebat juga tuan hamba, coba tuan hamba hadapi jurus Penghancur Tulang dan Batu hamba ini.... hyatt...hyattt”. sosok Achak Adahy kembali berkelebat kedepan dengan jurus mautnya. jurus Penghancur Tulang dan Batu adalah ke-6 dari
Dengan masih tertawa keras, sosok Achak kini melangkah kearah sosok Tabib Tangan Budha yang juga mulai terlihat sadar dari keadaannya. Dan belum lagi Tabib Tangan Budha menyadari keadaannya, tiba-tiba saja dadanya sudah diinjak keras oleh Achak, sidukun hitam.“Sudah saatnya tuan hamba mati ditangan hamba tabib”. Ucap Achak lagi seraya mengangkat tangan kanannya siap menghabisi Tabib Tangan Budha. Tabib Tangan Budha sendiri hanya terlihat pasrah untuk menerima nasibnya. Luka dalam yang dideritanya benar-benar tak kuasa untuk menghalangi niat Achak yang ingin menghabisinya.“Berhenti!”. tiba-tiba saja sebuah suara keras membahana ditempat itu hingga membuat Achak menghentikan niatnya untuk segera menghabisi Tabib Tangan Budha. Sejenak Achak terlihat mengalihkan pandangannya kearah asal suara dan berubahlah wajah Achak saat melihat sesosok jelita yang berdiri beberapa tombak dihadapannya, tapi yang lebih mengejutkan Achak adalah apa yang ada
Ternyata tabung yang tadi dipecahkan oleh Putri Ahisma Raya adalah tabung yang berisi sukma Bintang, begitu tabung tersebut pecah, sukma Bintang langsung keluar dan melesat masuk kedalam raganya yang tergeletak tak jauh dari situ. Begitu sukmanya kembali ketubuhnya Bintang segera tersadar dan sangat terkejut melihat sosok Achak tengah berdiri dihadapan sosok bugil Putri Ahisma Raya. Tanpa menunda waktu lagi, Bintangpun segera berkelebat dan dengan kekuatan penuh Bintang melemparkan tubuh Achak. Achak yang sudah dikuasai oleh nafsu birahinya tak kuasa untuk menghindar. Hingga dia harus merelakan tubuhnya yang hancur lebur menghantam bebatuan yang ada dalam goa tersebut yang langsung menimpa tubuhnya.“Tuan putri tidak apa-apa?”. terdengar suara lembut Bintang, bukannya menjawab pertanyaan Bintang, Putri Ahisma Raya justru langsung memeluk Bintang dengan erat dan menumpahkan air mata kebahagiaannya didada Bintang. Putri Ahisma Raya benar-benar tak kuasa menahan tang
Matahari sudah beranjak tinggi diufuk timur. Sementara itu di istana Wijayanagara keramaian sudah membuncah hingga sampai ke jalan-jalan kotaraja dipenuhi dengan kemeriahan. Seperti yang telah direncakan beberapa hari sebelumnya, hari ini di istana Wijayanagara akan dilangsungkan pernikahan antara Tuan Muda Hararaya, putri tunggal perdana menteri Bukka Raya dan Putri Kim Si Hyang.Sementara itu didalam istana Wijayanagara, proses pernikahan sudah berlangsung, satu persatu prosesi adat pernikahan sudah dilewati oleh Tuan Muda Hararaya dan Putri Kim Si Hyang. Sosok Tuan Muda Hararaya terlihat gagah dengan pakaian merah kebesarannya, senyum bahagia terpancar jelas diraut wajahnya, sementara itu disebelahnya, sosok seorang gadis yang juga mengenakan pakaian serba merah dan cadar berwarna merah yang menutupi wajah dan tubuhnya, sosok tubuhnya begitu ramping dan semampai, kita dapat menduga kalau sosok gadis itu tak lain adalah Putri Kim Si Hyang. Tanpa seorangpun tahu kalau dibali
“Kakak”. bahkan Putri Kim Si Hyangpun sampai ikut cemas melihat situasi saat ini, tapi Bintang mencoba untuk tenang.“Hamba adalah saksi atas semua yang telah dilakukan Tuan Muda Hararaya!”. tiba-tiba saja sebuah suara lembut terdengar membahana ditempat itu, seketika saja semua pandangan langsung mengarah kearah asal suara yang ternyata berasal dari 2 sosok tubuh yang baru saja muncul ditempat itu. Yang satu adalah sosok seorang wanita berparas cantik nan jelita yang mengenakan jubah biru ditubuhnya, dia adalah Putri Ahisma Raya, sedangkan sosok Tabib Tangan Budha terlihat berdiri disebelah Putri Ahisma Raya.Putri Ahisma Raya dan Tabib Tangan Budha pun melangkah kedepan diiringi juraan hormat orang-orang yang ada ditempat itu. Sementara itu ditempatnya, wajah Tuan Muda Hararaya mulai berkeringat dingin, kehadiran Putri Ahisma Raya benar-benar sangat diduga dan tak diharapkannya.“Putriku.”. Maharaja Harihara Raya langs
“Ayah tak perlu bersandiwara lagi. Hamba sudah tahu kebenarannya kalau hamba bukanlah putra kandung ayah”. Ucap Tuan Muda Hararaya tiba-tiba dan sontak langsung membuat wajah tuan Bukka Raya berubah.“Apa yang kau katakan putraku ? siapa yang mengatakan hal itu padamu?” ucap tuan Bukka Raya lagi.“Tak penting darimana hamba tahu, tapi yang terpenting adalah kebenarannya. Katakan padaku ayah, apakah itu benar?”. ucap Tuan Muda Hararaya lagi. Ditempatnya tuan Bukka Raya terlihat terdiam dan menghela nafas panjang.“Mungkin kau bukan putra kandungku, tapi sejak kecil aku sudah menganggap kau seperti putra kandungku sendiri”. Ucap tuan Bukka Raya lagi dengan suara bergetar. Ucapan tuan Bukka Raya ini sontak membuat semua yang ada ditempat itu terkejut.“Kalau begitu menyingkirlah dari hadapanku tuan Bukka Raya, jika tidak jangan salahkan hamba”. Ucap Tuan Muda Hararaya lagi dengan tegas menyebut nama
Suasana yang tadi begitu meriah dan riuh yang terjadi di istana Wijayanagara kini berubah menjadi hening. Semua mata tertuju kearah tengah halaman luas kerajaan Wijayanagara. Apa yang mereka lihat hingga mampu membius setiap pandangan dengan keheningan yang begitu terasa.Angin berhembus kencang, menyapu kibasan pakaian dari dua sosok tubuh yang kini saling berdiri berhadapan, keduanya hanya berjarak beberapa tombak saja. Mereka tak lain adalah Bintang dan Tuan Muda Hararaya. Hal ini pula yang membuat suasana menegangkan semua yang ada ditempat itu, menantikan apa yang akan terjadi.Para prajurit Wijayanagara terlihat sibuk mencoba menjauhkan para penduduk kota raja agar tidak terlalu dekat dengan arena pertarungan, tapi beberapa orang terlihat tidak mengindahkan hal itu, demi untuk melihat pertarungan yang terjadi dengan lebih jelas.“Terimalah jurus pertama dari kepalan Budhaku. Cahaya Budha Merekah”. ucap Tuan Muda Hararaya lagi seraya te
Semakin Bintang mengerahkan tenaga untuk melepaskan himpitan tersebut, semakin Bintang merasakan serangan Tuan Muda Hararaya serangan itu semakin kuat terhadap dirinya. Menyadari hal itu, Bintangpun segera berniat untuk mencabut pedang pusaka Yudha Manggala nya untuk menggunakan seruling yudhanya tapi kali ini Bintang tak kuasa untuk menggerakkan tangannya, disaat terjepit seperti ini, tiba-tiba saja Bintang teringat akan satu jurus yang ada di kitab Leluhur yang pernah dipelajarinya yaitu jurus Perintah Jenderal yang selama ini belum pernah Bintang gunakan.“Tak ada jalan lain. Akan kucoba jurus itu”. Batin Bintang lagi dengan cepat memejamkan kedua matanya. Tak lama kemudian tiba-tiba saja dari bibir Bintang mengalun sebuah syair kuno yang berasal dari kitab Leluhur yang dipelajarinya. Anehnya semakin lama Bintang mulai bisa merasakan kalau tubuhnya sudah bisa digerakkan kembali. Menyadari jurus Perintah Jenderal yang digunakannya mamp
“Huh! Dihentikan. Sebelum ada pemenang diantara kita. Lita akan terus bertarung untuk membuktikan siapa yang terhebat diantara kita. Kecuali kau mau mengaku kalah dan berlutut dihadapanku!”. ucap Tuan Muda Hararaya dengan penuh kesombongan.Bintang terdiam mendengar hal itu, sebenarnya tidak apa-apa bagi Bintang kalau harus mengaku kalah asalkan tidak ada lagi korban akibat pertarungan mereka, tapi kalau harus berlutut dihadapan Tuan Muda Hararaya, ini tidak mungkin Bintang lakukan. Tapi keselamatan banyak orang harus lebih didahulukan saat ini sebelum semakin banyak korban yang berjatuhan.“Jangan menyerah tuan Bintang. Jangan menyerah!”. sebuah suara mengejutkan Bintang dan Tuan Muda Hararaya yang langsung menoleh ke arah asal suara.“Tuan Bukka Raya”. Ucap Bintang terkejut saat melihat sosok tuan Bukka Raya sudah berdiri tak jauh dari arena pertarungan. Sementara Tuan Muda Hararaya hanya menatap sinis kearah ayah angkatnya
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu