Suasana yang tadi begitu meriah dan riuh yang terjadi di istana Wijayanagara kini berubah menjadi hening. Semua mata tertuju kearah tengah halaman luas kerajaan Wijayanagara. Apa yang mereka lihat hingga mampu membius setiap pandangan dengan keheningan yang begitu terasa.
Angin berhembus kencang, menyapu kibasan pakaian dari dua sosok tubuh yang kini saling berdiri berhadapan, keduanya hanya berjarak beberapa tombak saja. Mereka tak lain adalah Bintang dan Tuan Muda Hararaya. Hal ini pula yang membuat suasana menegangkan semua yang ada ditempat itu, menantikan apa yang akan terjadi.
Para prajurit Wijayanagara terlihat sibuk mencoba menjauhkan para penduduk kota raja agar tidak terlalu dekat dengan arena pertarungan, tapi beberapa orang terlihat tidak mengindahkan hal itu, demi untuk melihat pertarungan yang terjadi dengan lebih jelas.
“Terimalah jurus pertama dari kepalan Budhaku. Cahaya Budha Merekah”. ucap Tuan Muda Hararaya lagi seraya te
Semakin Bintang mengerahkan tenaga untuk melepaskan himpitan tersebut, semakin Bintang merasakan serangan Tuan Muda Hararaya serangan itu semakin kuat terhadap dirinya. Menyadari hal itu, Bintangpun segera berniat untuk mencabut pedang pusaka Yudha Manggala nya untuk menggunakan seruling yudhanya tapi kali ini Bintang tak kuasa untuk menggerakkan tangannya, disaat terjepit seperti ini, tiba-tiba saja Bintang teringat akan satu jurus yang ada di kitab Leluhur yang pernah dipelajarinya yaitu jurus Perintah Jenderal yang selama ini belum pernah Bintang gunakan.“Tak ada jalan lain. Akan kucoba jurus itu”. Batin Bintang lagi dengan cepat memejamkan kedua matanya. Tak lama kemudian tiba-tiba saja dari bibir Bintang mengalun sebuah syair kuno yang berasal dari kitab Leluhur yang dipelajarinya. Anehnya semakin lama Bintang mulai bisa merasakan kalau tubuhnya sudah bisa digerakkan kembali. Menyadari jurus Perintah Jenderal yang digunakannya mamp
“Huh! Dihentikan. Sebelum ada pemenang diantara kita. Lita akan terus bertarung untuk membuktikan siapa yang terhebat diantara kita. Kecuali kau mau mengaku kalah dan berlutut dihadapanku!”. ucap Tuan Muda Hararaya dengan penuh kesombongan.Bintang terdiam mendengar hal itu, sebenarnya tidak apa-apa bagi Bintang kalau harus mengaku kalah asalkan tidak ada lagi korban akibat pertarungan mereka, tapi kalau harus berlutut dihadapan Tuan Muda Hararaya, ini tidak mungkin Bintang lakukan. Tapi keselamatan banyak orang harus lebih didahulukan saat ini sebelum semakin banyak korban yang berjatuhan.“Jangan menyerah tuan Bintang. Jangan menyerah!”. sebuah suara mengejutkan Bintang dan Tuan Muda Hararaya yang langsung menoleh ke arah asal suara.“Tuan Bukka Raya”. Ucap Bintang terkejut saat melihat sosok tuan Bukka Raya sudah berdiri tak jauh dari arena pertarungan. Sementara Tuan Muda Hararaya hanya menatap sinis kearah ayah angkatnya
“Kesaktian Budha Tiada Tara.... Heaaa... wusshh...wushh!” sosok Tuan Muda Hararaya langsung melesat kebawah dengan jurus yang sangat luar biasa dahsyatnya, bayangan Budha raksasa yang langsung melesat dengan tapak yang mengeluarkan semburat cahaya kuning keemasan, begitu besarnya wujud sang Budha sampai-sampai ingin menutupi cakrawala langit. Bagaikan seekor rajawali yang tengah menukik deras kebawah, sosok Tuan Muda Hararaya melesat dengan kecepatan yang sangat luar biasa dengan diiringi kedahsyatan jurus tingkat ke-8 dari kepalan Budha, jurus Kesaktian Budha Tiada Tara.Di bawah, sosok Bintang masih belum terlihat dari dalam lubang yang terbentuk karena tadi terhantam tubuh Bintang hingga tubuh Bintang melesat kedalam tanah dan menimbulkan lobang yang cukup besar. Sementara itu serangan Tuan Muda Hararaya sudah semakin mendekat dan terus mendekat. Sebelum sosok Tuan Muda Hararaya masuk kedalam lubang tersebut, ; “Perisai Bintang.
Cabut senjatamu Ksatria Pengembara! atau kau akan menyesal”. Ucap Tuan Muda Hararaya lagi dengan suara keras. Bintang sendiri semakin bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang, haruskah dia mengadu jiwa dengan Tuan Muda Hararaya.“Kakak! jangan sampai kalah”. Tiba-tiba saja sebuah suara terdengar ditelinga Bintang, sebuah suara yang tentu saja Bintang sangat mengenalinya.“Adik kim”. ucap Bintang lagi. Rupanya Putri Kim Si Hyang telah mengirimkan suaranya lewat ajian Sutra Batin yang pernah Bintang ajarkan padanya. Sejenak Bintang menolehkan pandangannya kearah sebuah bukit yang berada cukup jauh dari tempatnya berada sekarang. Bintang dapat mendeteksi suara Putri Kim Si Hyang berada di bukit itu.“Kim mohon kakak jangan sampai kalah... Kim takkan bisa hidup kalau kakak sampai tewas ditangan Tuan Muda Hararaya” kembali terdengar suara Putri Kim Si Hyang lagi dengan suara terisak. Ucapan Putri Kim Si Hy
Malam itu adalah malam bulan purnama, terangnya sinar bulan yang bersinar malam itu membuat kota raja Wijayanagara terang benderang, jalanan kotaraja sudah tampak sepi, sesekali beberapa orang prajurit terlihat meronda memantau suasana kota. Di istana wijayangara sendiri, semua orang sudah kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat. Di salah satu kamar, terlihat sepasang muda-mudi yang tengah berdiri didepan sebuah jendela yang terbuka, keduanya terlihat tengah menatap keindahan bulan purnama malam itu, yang saat itu adalah sosok seorang dara berparas cantik nan jelita dengan pipi merona merah yang terlihat mengenakan pakaian putih yang berlapis dengan pakaian sutra berwarna biru. Rambutnya yang panjang terlihat ditatanya membentuk poni dengan begitu indah ditambah sebuah mahkota emas kecil bertahtakan diatas kepalanya dan dihiasi dengan butiran-butiran mutiara yang berkilau bila diterpa cahaya, sepasang anting mutiara tersampir indah dikedua belah telinganya,
ISTANA DEWA, negeri para dewa, tepatnya di istana tertinggi yang ada dipuncak bukit dewa. Sesosok tubuh terlihat melangkah menaiki tangga Istana Dewa. Menilik dari sosoknya jelas kalau sosok ini tampak mengenakan pakaian baju jirah besi yang menutupi tubuhnya yang terbuat dari emas. Sebuah jubah panjang membentuk sayap juga terlihat dipunggungnya. Saat dilihat lebih dekat, ternyata sosok berjubah emas ini adalah sosok seorang gadis muda. Wajahnya terlihat begitu anggun dan cantik menawan, jirah emas yang dikenakan ditubuhnyapun tak mampu menutupi keindahan dan kemolekan tubuh yang dimilikinya. Langkahnya terlihat begitu tenang menaiki satu demi satu tangga batu yang menjadi penghubung di Istana Dewa tersebut. Begitu sampai di puncak bangunan, sosok molek ini tidak menghentikan langkahnya yang terus berjalan memasuki bangunan tersebut.Langkahnya baru terhenti saat tiba disebuah ruangan besar yang penuh dengan gemerlap keemasan, dimana bahan bangunan ruangan itu lebih banyak t
Malam menyelimuti alam, kegelapan menghampar membentang disepanjang cakrawala langit. Rembulan bersinar redup malam itu, tapi Bintang-Bintang bertaburan memenuhi angkasa. Sebuah nyala api unggun terlihat menerangi disalah satu sudut hutan.Bila kita menilik lebih dekat, didekat api unggun terlihat sesosok tubuh tengah duduk seraya menatap nyala api unggun yang ada dihadapannya, walau hanya diterangi oleh nyala api, tapi kecantikan dan kejelitaan wajahnya terlihat dengan jelas, sosok ini tampak mengenakan pakaian berwarna hijau pupus yang menutupi tubuhnya sampai ke paha, hingga pahanya yang putih terlihat begitu indah dan mulus, Rambutnya panjang terurai hingga sebatas pinggang terlihat dikuncir seperti ekor kuda, tapi yang luar biasa adalah warna rambutnya yang tidak berwarna hitam seperti gadis pada umumnya, melainkan berwarna merah menyala. Dipunggungnya terlihat tersampir sebuah busur panah dan anak panahnya. Siapakah gadis muda ini sebenarnya, pada cerita sebelumnyapun (
“Nama hamba Kun Yu dan ini adik saya Kun Huan. Kami adalah Pelindung kanan dan kiri dari Sekte Budha Hidup, kalau boleh kami tahu, siapakah nama nona?”. Ucap rahib yang bernama Kun Yu ini lagi seraya memperkenalkan dirinya untuk membuat diri mereka berkesan dihadapan sang gadis.“Sekte Budha Hidup...”. batin Putri Virgo sempat tertegun mendengar nama Sekte Budha Hidup, Sekte Budha Hidup adalah sebuah aliran besar yang ada didaerah selatan yang nama besarnya juga sampai kenegerinya, negeri para dewa, tapi walaupun begitu Putri Virgo tetap tenang dan tidak menampakkan wajah terkejutnya. Mendengar sebutan Pelindung kanan dan kiri, Putri Virgo yakin kedua orang yang ada dihadapannya ini bukanlah orang sembarangan. Melihat sikap dingin sang gadis, membuat Kun Yu semakin gemas dan penasaran. Seakan-akan nama besar Pelindung kiri dan kanan Sekte Budha Hidup tidak dipandang sama sekali. Kun Yu yakin gadis menawan yang ada dihadapannya ini adalah orang pe
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu